THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Selasa, Desember 30, 2008

Tahun Baru 1430 H

Dalam memasuki tahun 1430 hijriyah,kita dapat melakukan muhasabah perjalanan (mereview) hidup kita, selama setahun yang lalu, apakah lebih berat timbangan kebaikannya, atau lebih berat timbangan keburukannya? Umur kita akan terus bertambah dan semakin mendekati datangnya kematian. Kematian adalah kepastian. Tak ada satupun makhluk di muka bumi yang selamat dari kematian. Dan, manusia harus bersiap-siap menyongsong kehidupan baru, yang lebih lama, lebih panjang, kekal, selama-lamanya, yaitu kehidupan akhirat.


Dalam kehidupan ini kita akan memilih. Kita memilih kebahagian di dunia atau memilih kebahagiaan di akhirat? Atau kita memilih keduanya, seperti dalam doa yang selalu kita ucapkan : “ Ya Rabb anugrahilah aku kehidupan di dunia yang bahagia, dan kehidupan di akhirat yang mulia”. Inilah jalan para anbiya’ (nabi), khulafaur rasyididn, dan para generasi shalaf, yang senantiasa mencintai Rabbnya, dan tidak pernah berpaling selama-lamanya dari-Nya. Generasi ini yang terus menapaki kehidupan dengan segala amal kebaikan.
Mereka senantiasa menolak dengan tegas perbuatan yang bathil dan fasad, yang dapat menjerumuskan diri mereka kedalam bencana. Ghirahnya (kecemburuannya) terus menyala-nyala, tak pernah padam, selalu marah ketika melihat segala penyimpangan, penolakan manusia atas segala ajaran-Nya, dan tidak pernah mau menerima segala bentuk kekafiran, kemusyrikan, dan kemunafikan. Karena, sifat-sifat itu, tak layak dimiliki oleh orang-orang yang senantiasa bertaqwa kepada Rabbnya. Sifat-sifat itu yang sangat dibenci oleh Allah Azza Wa Jalla.
Tapi, kita memasuki kehidupan modern, yang penuh dengan tarikan dunia, yang senantiasa menggoada manusia menjadi lalai. Manusia tidak ingat akan datangnya kematian. Kehidupannya terus disibukkan dengan berbagai ambisi dan angan-angan, yang tak pernah habis-habis. Sampai datangnya hari tua, dan kematian merenggutnya. Adakah penyesalan? Segalanya menjadi terlambat. Segala penyesalan tak ada gunanya.
Seperti halnya, Fir’aun, yang saat ditenggelamkan di laut Merah, baru menyadari kemahakuasaan Allah Rabbul Jallal. Apakah sifat dan sikap manusia seperti itu? Datangnya kesadaran selalu terlambat. Datangnya penyesalan selalu terlambat. Ketika manusia sudah memasuki kehidupan di akhirat, dan masing-masing harus mempertanggungjawab kan kehadapan sang Khaliq, selalu mereka mengatakan, ketika di dunia belum mendapatkan keterangan tentang hakikat al-haq.
Bagaimana nasib manusia hari ini yang senantiasa menggantungkan hidupnya kepada materi? Ketika krisis datang dan menghampiri mereka, maka mereka banyak yang merasa kehilangan keseimbangan, merasakan kehampaan, dan kehilangan motivasi, serta semangat hidup. Kesalahan yang mendasar manusia modern adalah menjadikan benda sebagai sesembahan, dan makhluk sebagai sesembahan.
Kehidupan modern sekarang ini, tak ubahnya seperti ketika kehidupan di masa lalu, pada masa Nabi Ibrahim a.s., mereka menyembah patung-patung, benda, matahari, rembulan, dan sesama manusia, yang mereka kira dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka. Sama antara jahiliyah di masa lalu dengan kehidupan di zaman sekarang. Mungkin hanya suasananya yang berbeda.
Manusia modern yang sangat berkecenderungan pada kehidupan materialisme, hanya menghabiskan seluruh waktu dan umurnya, mengumpulkan materi dengan bekerja. Waktunya, dari pagi hingga malam, hanya digunakan bekerja. Tujuannya mendapat materi. Lalu, mereka bersenang-senang, mengunjungi tempat-tempat hiburan, hotel, tempat wisata, dan segala yang berbau ‘luxury’, yang dapat memberikan kenikmatan bagi kehidupan mereka.
Manusia betul-betul sebagai pemuja kenikmatan. Kenikmatan kehidupan di dunia, yang sengaja mereka ciptakan sendiri. Seakan mereka berkekalan atas segala kehidupan di dunia, yang tak pernah bakal berakhir. Mereka adalah orang-orang yang memanipulasi kehidupannya sendiri, membodohi kehidupan sendiri, dan akhirnya mereka menjadi korban dari pilihan hidup mereka sendiri. Mereka mengejar fatamorgana, yang mereka sangka sebagai kehidupan yang nyata.
Ketamakan manusia modern dalam menggunakan materi, dipertontonkan dengan telanjang oleh masyarakat Barat. Mereka menghabiskan sumber daya alam dari negara-negara Dunia Ketiga, yang sengaja diekploitasi habis-habisan, harta benda mereka dikeruk di bawa ke Barat, dan mereka menikmati. Mereka membiarkan kehidupan yang sangat menyakitkan bagi rakyat di Dunia Ketiga, yang miskin papa, dan tidak memiliki apa. Bahkan, masyarakat Barat, sengaja melanggengkan kemiskinan dan ketidak adilan, dan hancurnya sendi-sendi kehidpan di dalam masyarakat. Semua itu, tak lain adalah akibat orientasi masyarakat modern yang sangat menuhankan materi.
Seperti dikatakan oleh Sayid Qutb rahimahullah, yang mengatakan masyarakat modern, nantinya akan menghadapi kehancuran dari akibat budaya jahiliyah yang mereka bangun. Ibn Taimiyah berpendapat, ‘Sebuah negeri dikatakan sebagai daarul kufri, daarul iman atau daaru fasik, bukan karena hakikat yang ada pada negeri itu, tetapi karena sifat para penduduknya’. Maka, bagaimana kehidupan masyarakat itu, yang akan menentukan status sebuah negeri. Apakah negeri itu daarul kufri atau daarul iman. Kalau kehidupan jahiliyah yang mendominasi kehidupan mereka, maka layak sebuah negeri mendapatkan status sebagai : ‘daarul kufri’, meskipun penduduknya sebagian besar adalah muslim.
Marilah kita tinggalkan kehidupan jahiliyah yang penuh dengan dosa dan maksiat, dan kita gantikan dengan kehidupan yang lebih menuju jalan yang diridhai oleh Allah Azza wa Jalla. Mari kita masuki tahun 1430 hijriyah ini dengan memperbaharui tekad dan niat menuju jalan yang telah ditentukan oleh Allah Ta’ala, jalan Islam. Wallahu ‘alam.

Jadikan Tahun 1430 H lebih baik dari tahun sebelumnya dan tetap istiqomah di jalan Allah, perbanyak taqorrub.
Smoga apa yg menjadi hajat kita di RIDOI Allah. Amin Ya Rabb.






Jumat, Desember 19, 2008

teruntuk SAHABATKU

Wahai sahabatku bagaimanakah kabarmu hari ini? Apakah engkau sudah mempersaksikan di hadapan seluruh makhluk dan malaikat yang menjunjung 'Arsy yang agung dan malaikat seluruhnya bahwa engkau seorang muslim? Mempersaksikan bahwa Dia lah Robb yang agung, yang paling pedih azabnya sekaligus paling luas rahmatnya, sebagai Dzat yang satu-satunya berhak diberikan seluruh kecintaan, rasa takut dan harap dengan ketundukan dan penyerahan diri yang sempurna?

Sahabatku, sudahkah engkau bertekad hari ini untuk mengerjakan sunnah Rosululloh dengan benar dan ikhlas di atas syariat yang haq, yang tidak dinodai kebatilan syahwat dan syubhat yakni dengan cara mengikuti metode pemahaman dan pengamalan islam yang dilakukan oleh sahabat yang mustaqiim?

Sahabatmu menulis risalah ini saat hatinya sedang terbang melihat sahabatnya yang mencintai agama Allah... menginginkan kebaikan pada dirinya dan orang-orang yang disayanginya. ..
Sahabatmu menulis risalah ini mengharapkan agar sekiranya risalah ini menjadi batu perbaikan untuk meraih metode pemahaman dan pengamalan islam yang lurus dan meraih jalan kebaikan...
Sahabatmu menulis risalah ini dengan niat -yang semoga Alloh meluruskannya- yang menginginkan kebaikan bagi engkau wahai sahabatku...
Sahabatmu menulis risalah ini dengan harapan semoga melapangkan dada, menjernihkan akal dan bisa diterima oleh hati...
Sahabatmu menulis risalah ini agar ilmu menjadi bersinar dan tersebar... dan menjadi pembuka menuju jalan ke jannah-Nya.. .
Sahabatmu menulis risalah ini dan sangat mengharapkan persatuan kata dalam satu shaf yang sama, bersama-sama menapaki atsar Rosullulloh dan sahabatnya dan meraih beribu-ribu keindahan iman yang dicapai tholabul 'ilmi...
Sahabatmu menulis risalah ini dan dia yakin dengan pasti dan tanpa ragu didalamnya ada kesalahan dan kekurangan.. . karenanya dia memohon ampun kepada Alloh dan memohon maaf kepadamu sahabatku...

Tausiyah Untukku dan Untukmu

Sahabatku, bacalah apa yang Allah firmankan padamu...

"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar: 9)

"Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Al-Mujadillah: 11)

"Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba- Nya hanyalah orang-orang yang berilmu." (Fathir: 28)

Sahabatku, ingatlah pesan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam kepadamu...

"Barangsiapa yang Allah menghendaki suatu kebaikan pada dirinya maka Dia memberinya pemahaman dalam masalah dien." (HR. Bukhori Muslim)

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi termasuk pula semut di dalam liangnya, termasuk pula ikan paus, benar-benar bersholawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia." (HR. Tirmidzi)

"Kelebihan orang yang berilmu atas ahli ibadah ialah seperti kelebihan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang gemintang. Sesungguhnya orang-orang yang berilmu itu adalah para pewaris para nabi. Para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil ilmu itu, berarti dia telah mengambil bagian yang banyak." (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

"Sesungguhnya para malaikat benar-benar mengepakkan sayap-sayapnya pada orang-orang yang mencari ilmu, karena ridho terhadap apa yang dicarinya." (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

"Barang siapa meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalan baginya ke surga." (HR. Muslim)

"Barangsiapa yang didatangi kematian pada saat dia sedang mencari ilmu, yang dengan ilmu itu dia hendak menghidupkan islam, maka antara dirinya dan para nabi hanya ada satu derajat di surga." (HR. Ath-Thabrani)

Ketahuilah sahabatku... hukum mencari ilmu dien adalah wajib. Rosululloh bersabda, "Mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Ketahuilah sahabatku... diantara semua ilmu ada ilmu yang terpuji dan ada ilmu yang tercela. Dan di antara ilmu yang terpuji ada yang hukumnya fardhu 'ain dan ada yang hukumnya fardhu kifayah. Ilmu yang hukumnya fardhu 'ain adalah ilmu yang dengannya engkau dapat mengenal Allah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam setiap gerak-gerikmu, ucapanmu, perbuatanmu yang kau tampakkan maupun yang ada di dalam hatimu. Sedangkan ilmu yang termasuk fardhu kifayah adalah setiap ilmu yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup di dunia seperti ilmu kedokteran dan farmasi.

Maka ilmu yang fardhu 'ain wajib untuk dicari oleh setiap muslim sedangkan ilmu yang fardhu kifayah adalah wajib untuk dicari oleh seorang muslim, namun apabila sudah dikerjakan oleh sebagian muslim maka gugur kewajiban yang lain.

Ketahuilah sahabatku... jadilah salah seorang diantara dua jenis manusia. Pertama jadilah orang yang sibuk dengan dirimu sendiri dengan hal yang fardhu 'ain. Kedua setelah selesai dengan kesibukan diri sendiri berilah manfaat pada orang lain dengan hal yang fardhu kifayah. Jangan menjadi orang yang hanya sibuk memperbaiki orang lain sebelum memperbaiki diri sendiri. Perhatikanlah hati dan amalanmu. Jika engkau belum bisa menata diri sendiri dan hatimu, maka janganlah engkau menyibukkan diri dengan yang fardhu kifayah sebab orang lain telah banyak yang mengamalkan ilmu ini. Orang yang hendak mencelakakan dirinya sendiri dengan memperbaiki keadaan orang lain adalah orang yang bodoh. Perumpamaan dirinya seperti orang yang di dalam pakaiannya tersusupi kalajengking, lalu dia mengendap-endap untuk menghalau seekor lalat agar tidak hinggap di tubuh orang lain di sampingnya.

Jika engkau sudah bisa menata diri sendiri, engkau boleh menyibukkan diri dengan ilmu yang fardhu kifayah. Mulailah mencari ilmu dari Kitabullah dan Sunnah baru engkau mendalami ilmu yang lain. Janganlah engkau menghabiskan umurmu dalam satu jenis ilmu karena ingin mendapatkan predikat spesialisasi. Sesungguhnya ilmu itu sangat banyak sementara umur manusia sangat terbatas. Maka pilihlah ilmu yang paling bermanfaat bagimu yang dengannya engkau bisa meraih ridho Allah.

Sahabatmu ini pernah mendapatkan nasihat, "Sempatkan waktumu menemui majelis-majelis ta'lim yang lurus aqidah, akhlaq dan manhajnya sekalipun harus menempuh jalan yang jauh dan sulit. Sempatkan hatimu untuk menerima belaian dan makanan berupa ilmu. Ingat dan ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu bagi hati bagaikan air bagi ikan. Apa jadinya ikan tanpa air? Lalu apa jadinya hati tanpa ilmu?"

Namun sahabatmu ini sibuk sekali dengan urusan dunia dan prestasi, menganggap bahwa dunia sudah cukup untuk menepis musibah dan meraih kebahagiaan. Kebahagiaan datang lalu pergi dan hatinya terasa begitu kering. Musibah datang silih berganti dan membuat hatinya semakin kering hingga sahabatmu ini mendapat nasehat lagi...

Zuunuun rodhiyallahu 'anhu berkata, "Wahai saudaraku berdirilah di hadapan tuhanmu seperti anak kecil di hadapan ibunya. Setiap kali ia dipukul oleh ibunya, ia malah bergerak ke arahnya dan setiap kali ia diusir ia malah mendekatinya. Keadaannya tetap seperti itu sampai sang ibu mendekapnya. "

Sabarlah jika engkau sedang ditimpa musibah, berdoalah kepada Allah agar semua itu bisa mengurangi dan menghapus dosa-dosamu. Kembalilah pada Allah dan carilah solusi dari Rosulullah. Sesungguhnya dalam Islam terdapat solusi bagi seluruh permasalahan. Dan cukupkan dirimu dengan solusi yang Allah dan Rosul-Nya berikan. Karena Allah lah yang Maha Bijaksana, menentukan yang terbaik bagi hambaNya. Dan memang, solusi terbaik atas seluruh urusan adalah islam, agama yang sempurna dan indah dari segala segi. Kebahagiaan hakiki ada pada Islam.

Sahabatku... bersabarlah untuk terus melangkah menggapai manisnya iman. Kita tidak akan pernah tahu, kapan umur kita pupus. Maka manfaatkanlah waktu untuk bersegera merajut manfaat dalam ridho Allah. Perjalanan sungguh amat jauh dan berat karenanya perlu bekal yang banyak agar kita tidak merugi. Dan kumpulkan bekal itu sekarang karena kita tidak tahu sampai kapan kita hidup. Bahkan sampai besok pagi pun kita tidak tahu apakah kita masih.

Kelak di akherat, Robb kita tidak akan menanyakan: Bagaimana duniamu? Apakah orang tuamu kau bahagiakan dengan duniamu?

Tidak, sama sekali tidak...
Justru Robb kita akan bertanya: Untuk apa masa mudamu kau gunakan? Dan semoga saat itu walidain kita akan bangga dengan kesholehan anaknya, bukan dengan hal-hal yang dibanggakan di dunia tapi hakikatnya menjadi tamparan yang amat menyakitkan bagi mereka di akherat. Manakah yang engkau ridho atasnya sahabatku?

Jangan tertipu oleh alasan-alasan maya yang dibisikkan syaithon untuk membenarkan yang salah, menghalalkan yang haram dan menyamarkan hal-hal yang jelas.

Sahabatku... tentulah kita semua tahu bahwa terbukanya pintu taubat adalah hingga ditariknya nyawa sampai tenggorokan. Setelah itu tertutuplah pintu taubat untuk selamanya dan tak berguna lagi penyesalan sesudah itu. Tapi sahabatku, tak seorang pun tahu kapan kematian menjemput, kapan pintu taubat ditutup, apakah tahun depan, bulan depan, malam ini atau setelah beranjak dari tempat ini?? Tak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya hingga begitu banyak manusia meremehkan bersegera dalam bertaubat dan dalam keadaan merasa aman dengan ilmu, amal, dan agama yang ia miliki sekarang. Padahal barangsiapa yang merasa aman dengan agamanya maka Allah mencabut agamanya pada saat itu juga.

Sahabatmu ini hanya bisa berdoa semoga dalam kesendirian kita masing-masing kita tetap bersemangat berpegang teguh terhadap al-haq, tetap istiqomah, menjunjung nilai-nilai sunnah dalam setiap tingkah, langkah, menit dan detik kita. Kita berlindung kepada Allah dari fitnahnya dunia dan segala perhiasannya. Semoga kita diselamatkan dari tipu daya dan bisikan syaithon yang melalaikan kita dari mengingat agungnya akherat.

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Kita sudah mengetahui maknanya. Lalu kapankah kita mengamalkan?

Risalah ini hanya sekadar mengingatkanmu sahabatku, sesungguhnya ilmu yang kita pelajari di kampus bermanfaat. Tidak ada yang melarang kita untuk mempelajarinya, bahkan sangat dianjurkan demi kemaslahatan umat Islam. Apalagi jika kita belajar untuk birul waliddain, tentu pahalanya akan lebih berlipat lagi. Tapi sekali lagi sahabatku, tentu engkau sudah mampu mempertimbangkan manakah yang seharusnya lebih didahulukan, bahwa ilmu yang kita pelajari hukumnya fardhu kifayah dan butuh ilmu yang fardhu 'ain sebagai landasannya. Sahabatku, engkau sudah dewasa dan engkaulah yang berhak menentukan jalan yang akan engkau tempuh. Sahabatmu ini sekedar menyampaikan ilmu yang sudah sampai padanya. Karena sahabatmu ini sangat menyayangimu karena Allah dan berharap kelak bertemu denganmu di surgaNya dan masih bersamamu ketika menuai ridho-Nya dan memandang wajah-Nya. Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Penulis: Ummu Habibah
Muroja'ah: Ustadz Abu Salman


Rabu, Desember 10, 2008

Wanita Luar Biasa

Wanita Makhluk dengan jenis kelamin yang satu ini rasanya memang selalu terus menerus membesut perhatian yang tiada pernah surut. Bukan.
Ini bukan tulisan yang mengupas tentang keindahan fisik seorang wanita. Terkadang, ulasan tentang apa itu cantik dan seksi serta siapa yang pantas menyandang predikat sebagai wanita tercantik hanya karena dianggap memenuhi point-point kriteria cantik, membuat seorang wanita menjadi terpenjara. Dalam hal ini, wanita pada akhirnya hanya dipandang sebagai sebuah objek barang pajangan.

Bisa dibolak balik untuk menilai berapa taksiran harga tertingginya lalu jika tidak memenuhi syarat, dibuang. Aih.
Apa iya tidak ada sisi lain dari wanita yang bisa diperhatikan dan insya Allah punya nilai menarik? Terus terang. Ada banyak sisi lain dari seorang wanita yang menarik dan sesungguhnya amat kaya untuk dikupas. Salah satunya yang terkait dengan alat reproduksi yang dia miliki. Atau dengan kata lain, fungsi alamiah seorang wanita sebagai seorang ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan anaknya.

Subhanallah
Menjadi seorang ibu adalah sebuah pekerjaan yang amat mulia. Islam amat menghormati kedudukan seorang ibu. Rasulullah SAW pernah suatu hari ditanya siapa yang harus dihormati, maka Rasulullah SAW menjawab ibumu, ibumu, barulah kemudian ayahmu. Begitu pentingnya kedudukan seorang wanita sebagai seorang ibu sehingga peranan wanita di dalam rumah tangganya, jika dia berusaha untuk menjadi seorang istri yang sholehah dan seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya maka insya Allah dia akan mendapatkan pahala setimpal dengan pahala seorang mujahid (mereka yang pergi berperang fisabillah). Tapi, ada sebuah catatan yang amat jelas dalam Islam. Hendaknya, semuanya dilakukan dengan ikhlas dan niat untuk mencari keridhaan Allah semata. Tidak boleh dipaksa juga tidak boleh dalam keadaan terdzalimi.

Adakah seorang wanita yang terdzalimi hanya semata karena dia menjadi seorang ibu? Jawabnya ada. Di pedalaman Ethiopia, Benua Afrika sana, seorang gadis kecil ternyata dipaksa menikah ketika mereka berusia 12 tahun atau kurang. Tentu saja, hal ini dilakukan karena gadis tersebut telah mengalami menstruasi pertama mereka (usia 10 - 12 tahun biasanya). Menstruasi pertama memang sering diidentikkan oleh budaya masyarakat sebagai saat yang tepat bagi seorang gadis untuk dinikahkan. Masalahnya adalah, tubuh kecil mereka (apalagi karena kebanyakan mereka tumbuh dengan gizi yang kurang) sebenarnya belum siap untuk melakukan tugas pertama seorang ibu yaitu: Mengandung dan melahirkan.

Alam Ethiopia yang keras, dimana tanahnya yang tandus, panas serta krisis air memaksa gadis-gadis belia ini harus berkutat antara kerasnya alam, beratnya tugas rumah tangga serta menjalani masa-masa kehamilan. Yah. Seorang istri di masyarakat Ethiopia memang harus bekerja keras membantu suaminya. Hal ini karena memang Ethiopia termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Jadi, dengan tubuh kecil dan kurusnya, dengan perut membuncit karena mengandung, gadis-gadis kecil tersebut harus berlari-lari guna mengembalakan ternak suaminya, memanggul tempayan air yang berat di atas kepala, menggotong kayu bakar, bahan makanan serta berbelanja. Bisa ditebak. Bayi yang mereka kandungpun akhirnya sebagian besar lahir dalam keadaan tidak bernyawa. Tapi, sebagai istri yang harus melayani suaminya, dia tetap harus melayani suaminya sehingga sebelum sempat istirahat, kandungan tersebut harus mulai diisi lagi. Dan kejadian janin yang gugur terjadi lagi. Sebuah penelitian menelusuri bahwa ternyata, sampai akhirnya seorang gadis bisa sempurna melahirkan bayi yang hidup itu, setelah sebelumnya mereka dua atau tiga kali mengalami keguguran atau melahirkan bayi yang telah meninggal sejak dalam kandungan. Padahal, di daerah keras tersebut, sama sekali tidak ada dokter atau rumah sakit bersalin yang kompeten untuk melakukan pertolongan pada mereka. Biasanya, penolong para gadis muda ini adalah seorang dukun beranak atau sesepuh wanita yang dianggap telah berpengalaman. Jadi, tidak ada yang namanya jahitan, pengobatan rahim yang luka, dan sebagainya. Ditambah dengan kegiatan dorong dan mengeluarkan (sesuatu yang terjadi ketika harus melahirkan atau mengeluarkan janin dari rahim), kegiatan seksual yang terus berlangsung, maka otot rahim, otot vagina, serta otot kandung kemihpun menjadi kendur, bahkan rusak dan tidak lagi dapat berfungsi dengan baik. ASTAGHFIRULLAH
Beberapa yang parah malah juga mengalami kerusakan/kekendura n hingga di bagian otot dubur. Akibat dari tidak berfungsinya otot-otot di daerah tersebut, maka para gadis muda ini pun tidak dapat lagi mengendalikan saluran pembuangan mereka. Jadi, jangan heran jika mereka sedang berdiri atau duduk atau tidur, tiba-tiba dari alat pembuangan tersebut keluarlah cairan atau gas atau benda padat yang merupakan sisa pembuangan dari tubuh (maaf, maksudnya air kencing, kentut, darah menstruasi, cairan keputihan hingga buang air besar). Benda-benda busuk ini mengalir begitu saja dari tubuh mereka lewat saluran pembuangan tanpa bisa diketahui atau dikendalikan. Kondisi ini biasa disebut dengan Fistula. (Hmm.. mungkin kalau orang tua sering bilang, turun berok yah? Wanita dengan fistula ini, pada akhirnya dikucilkan tidak hanya oleh suami dan keluarganya tapi juga oleh masyarakatnya. Mereka dianggap bau, jorok, dan Sampah! Beberapa gadis yang terbuang akhirnya membentuk sebuah komunitas yang tersendiri. Jadi, jangan heran jika ada sebuah desa yang isinya melulu adalah janda wanita tua atau janda wanita muda yang berwajah muram dan terlihat penyakitan. Keluarga mengusir menngucilkan mereka, masyarakat mengusir mereka, dan suami telah mencari istri baru yang muda, yang sehat dan belum rusak.

Maha Suci Allah yang menggenggam hidup manusia.

Itulah salah satu gambaran dari wanita-wanita luar biasa yang mendapat Chutfah Award. Chutfah Award adalah penghargaan bagi para wanita yang dianggap telah melakukan hal yang amat luar biasa bagi orang lain tanpa pamrih. Para wanita yang menerima penghargaan ini, memang sungguh luar biasa. Mereka tidak lagi peduli dengan kesenangan dunia yang telah mereka miliki sebelumnya. Mereka lepaskan semua kemapanan yang sedang mereka genggam, mereka lepaskan semua harta, kesenangan dan kedudukan yang mereka miliki di kehidupan mereka demi membantu orang lain.
Air mata haru melihat kehebatan para wanita-wanita tersebut.

Menyaksikan kisah keberanian wanita tersebut, saya jadi teringat betapa kita sebagai manusia benar-benar tidak dapat meramalkan apa yang terjadi di hari esok. Betapa semua yang kita miliki sebenarnya sama sekali tidak kita miliki. Semua hanyalah barang titipan yang bersifat sementara saja. Bisa lenyap dalam sekejap dan tidak terduga. Dan kehidupan seperti roda yang akan terus berputar. Tidak selamanya kehidupan yang serba enak, mapan dan mudah akan berlangsung. Suatu hari akan tiba masanya roda membawanya ke bawah, menyentuh lumpur dan tanah becek. Akan tiba masanya saat-saat sulit, penuh perjuangan, dan gelimang ujian. Hasbunallah wa ni'mal wakil.
Ya Allah bimbinglah hamba yang daif dan tetapkan Iman Islam dan Ihksan jadikanlah penutup umur kami khusnul khotimah.
Dan ...jadikanlah kami Wanita Sholihah.

Apakah kita sadar dengan diri kita sebagai wanita sekarang?
Padahal, kelak di pengadilan tertinggi nanti, pertanyaan yang harus saya jawab adalah kemana kaki ini telah saya langkahkan dan apa saja yang dilakukan oleh tangan ini. Padahal nanti juga ada pertanyaan kemana harta dan ilmu yang saya miliki ini telah saya gunakan.
Astaghfirullahaladz iim. Ternyata diri ini amat kecil seperti debu di padang pasir. Padahal Rasulullah SAW telah memberitahu kita bahwa manusia yang paling baik adalah mereka yang paling bertakwa dan paling bermanfaat bagi orang lain.




Selasa, Desember 09, 2008

SALAM IDHUL ADHA

by. HAMBA FAKIR

Falsafah korban - Cinta Allah Mengatasi Cinta Makhluk

Bulan Zulhijjah ialah antara bulan Islam yang banyak merakamkan beberapa peristiwa besar dalam sejarah Islam. Peristiwa terpenting yang berlaku, di antaranya seperti ibadah haji dan peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dengan anaknya demi ketaatan baginda kepada perintah Allah s.w.t. Rentetan daripada peristiwa itu, amalan ibadah korban telah menjadi sebahagian daripada syariat Allah s.w.t. yang dituntut terhadap umat Islam untuk melaksanakannya.Â


Bulan Zulhijjah ialah antara bulan Islam yang banyak merakamkan beberapa peristiwa besar dalam sejarah Islam. Peristiwa terpenting yang berlaku, di antaranya seperti ibadah haji dan peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dengan anaknya demi ketaatan baginda kepada perintah Allah s.w.t. Rentetan daripada peristiwa itu, amalan ibadah korban telah menjadi sebahagian daripada syariat Allah s.w.t. yang dituntut terhadap umat Islam untuk melaksanakannya. Nabi s.a.w. menjelaskan lagi syariat tersebut dalam sebuah hadis yang bermaksud:Â

Daripada Zaid bin Arqam, dia berkata: Suatu hari sahabat Rasulullah s.a.w. bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah yang ada pada korban itu?'' Jawab Rasulullah: "Ia adalah sunah bapa kamu, Ibrahim.'' Mereka berkata: "Apa yang akan kami peroleh daripadanya wahai Rasulullah?' ' Rasulullah menjawab: "Bagi setiap helai rambut ada kebajikannya. '' Mereka berkata: "Bagaimana pula dengan bulunya wahai Rasulullah?' ' Rasulullah s.a.w. menjawab: "Bagi setiap helai bulu ada kebajikannya. '' (Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmizi)Â

Untuk sama-sama kita memahami falsafah pengorbanan besar di sebalik kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail itu, Allah s.w.t. merakamkannya di dalam al-Quran ayat 99-112 surah as-Shaffat yang bermaksud: Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.... . Dan Kami beri dia khabar gembira dengan (kelahiran) Ishak, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang soleh.Â

Di sebalik kisah yang dirakamkan itu, terdapat dua dimensi pengorbanan yang boleh dijadikan iktibar untuk renungan kita bersama. Pertama, pengorbanan seorang ayah yang begitu lama menantikan seorang anak, kemudian apabila sudah memilikinya terpaksa pula mengorbankan perasaan cinta dan kasih tersebut, demi kepatuhan dan keredhaannya terhadap perintah Allah Taala. Kedua, ketaatan dan keyakinan penuh Nabi Ismail terhadap pengorbanan yang dituntut oleh ayahnya untuk dilakukan. Sebagai seorang anak, baginda sanggup pula mengorbankan kasihnya kepada ibu dan ayahnya dan zaman keseronokan remajanya, malah ke tahap sanggup mengorbankan nyawanya sendiri, semata-mata kerana ketaatan baginda terhadap perintah Allah s.w.t. dan perintah seorang ayah. Kedua-dua pengorbanan ini sebenarnya berpusat daripada hubungan cinta sejati mereka kepada Allah s.w.t. yang tidak berbelah bahagi.Â

Dalam kes di atas, logik naluri kita akan bertanya, mengapa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sanggup mengorbankan cinta dan kasih sayang mereka demi perintah Allah Taala? Bukankah Nabi Ibrahim sudah lama mengidamkan seorang anak? Mengapa setelah dikurniakan anak, diperintahkan pula supaya menyembelihnya? Dalam keadaan itu, tentu baginda berdua boleh berdalih dengan pelbagai alasan. Tetapi mereka tidak berbuat begitu, kerana cinta mereka kepada Allah s.w.t. mengatasi cinta kepada makhluk. Tetapi persoalannya, sejauh manakah kita dapat memahami falsafah korban seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu? Bolehkah tahap pengorbanan umat Islam hari ini setinggi itu? Sanggupkah seorang Muslim itu menerima takdir dengan pasrah seperti kematian atau kehilangan orang yang disayanginya? Atau adakah kita lebih banyak mempertikaikan takdir yang telah Allah Taala aturkan? Mungkinkah ada lagi pada zaman serba canggih ini, remaja sehebat Nabi Ismail yang
sanggup berkorban nyawa, kasih dan keseronokan zaman remajanya demi ketaatan dan kecintaan kepada Allah Taala?Â

Sesungguhnya seandainya seorang Muslim itu apabila mereka mendahulukan cinta Allah daripada cinta makhluk, mereka pasti akan beroleh jaminan besar sebagaimana yang disebut oleh Rasulullah s.a.w. dalam sebuah hadis yang bermaksud: Ada tujuh golongan yang mendapat perlindungan daripada Allah pada hari yang tidak ada perlindungan melainkan perlindungan Allah s.w.t. iaitu imam yang adil, pemuda yang mengabdikan diri untuk beribadah kerana Allah, lelaki yang hatinya sentiasa terpaut dengan masjid, dua orang lelaki yang bersahabat, mereka bertemu kerana Allah dan berpisah juga kerana Allah, lelaki yang digoda oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan kemudian menolaknya lalu berkata: "Sesungguhnya aku takutkan Allah'', lelaki yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang tangan kanannya sedekahkan dan lelaki yang menitiskan air mata, beribadah menyebut nama Allah ketika bersendirian. (Riwayat Muslim)Â

Sehubungan itu, Islam menjelaskan bahawa cinta seseorang hamba kepada Allah s.w.t. itu haruslah berlandaskan kepada ittiba' (ikutan) dan ketaatan sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah s.w.t. seperti mana yang diamalkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam cerita tersebut.Â

Hal ini dijelaskan oleh Allah s.w.t. melalui firman-Nya yang bermaksud: Katakanlah (wahai Muhammad) jika benar kamu mengasihi Allah, maka ikutilah Aku, nescaya Allah mengasihi kamu dan mengampunkan dosa-dosa kamu dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani. (Ali Imran:31)Â

Sesungguhnya sumber cinta daripada Allah Taala merupakan sumber cinta yang paling tinggi dan utama. Apabila berlaku pertembungan antara cinta Allah Taala dengan cinta makhluk, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memenangkan cinta mereka untuk Tuhannya tanpa ragu-ragu. Baginda mengetahui bahawa meletakkan cinta Allah pada tempatnya adalah satu kedudukan cinta yang tinggi yang hanya akan lahir bagi orang yang sudah cukup kenal akan Allah Taala. Menurut Imam al-Ghazali bahawa ma'rifah (ilmu pengetahuan) itu akan mendahului cinta sebab, cinta tanpa ma'rifah tidak mungkin berlaku. Ini kerana manusia hanya dapat mencintai sesuatu yang dikenalinya sahaja. Pepatah Melayu ada menyebut, 'Tak kenal maka tak cinta'. Ia seolah-olah membenarkan pendapat Imam Ghazali tersebut.Â

Dalam kisah tersebut, demi membuktikan cinta mereka adalah benar, lalu Allah s.w.t. menguji mereka dengan bentuk ujian yang sukar diterima oleh akal manusia biasa. Oleh itu, benarlah bahawa cinta yang tulus ikhlas itu memerlukan pengorbanan yang mesti ditempuh melalui sesuatu ujian dan dugaan terlebih dahulu. Apakah bukti cinta mereka? Tidak lain dan tidak bukan mereka telah mengorbankan cinta mereka yang sementara kepada cinta yang kekal abadi.Â

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud: Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah s.w.t. mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang yang dusta. (Al-Ankabut: 3)Â

Oleh itu, Muslim yang benar-benar kenal akan Allah Taala sanggup menggadaikan harta dan wang ringgit. Mereka juga sanggup mengorbankan kasih mereka terhadap anak-anak dan keluarga sendiri, malah nyawa sekalipun semata-mata kerana mendahului cinta Allah s.w.t. Apabila cinta Allah Taala sudah memenuhi hatinya, maka barulah datang cinta kepada Rasulullah s.a.w. dan makhluk-makhluk- Nya yang lain. Itulah kedudukan cinta yang betul yang menerbitkan kemanisan iman yang tiada taranya. Malangnya umat Islam hari ini tidak memahami konsep 'al-Aulawiyat' ini. Mereka dengan mudah terjerumus dengan cinta makhluk-Nya sehingga sanggup dikongkong oleh nafsu tamak, rakus, bakhil dan mengutamakan keuntungan dunia tanpa had dosa atau pahala. Akhirnya kebinasaan dan kerugian yang terpaksa diratapi dan disesali apabila jasad mereka menjadi bahan makanan kepada cacing dan ulat di dalam tanah.Â

Di dalam al-Quran Allah s.w.t. memberi amaran kepada manusia melalui firman-Nya yang bermaksud: Katakanlah (wahai Muhammad) jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu bimbang kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq. (At-Taubah: 24)Â

Hal ini kerana cinta yang hakiki bukan diukur berdasarkan pandangan mata makhluk atau kerana tuntutan hawa nafsu semata, tetapi lebih mengikut pandangan Allah Taala yang dialirkan ke dalam hati setiap makhluk-Nya. Malah semua anugerah Allah Taala kepada manusia seperti nikmat kebaikan, kemewahan, hidup dan mati semuanya adalah rahmat dan kasihan belas-Nya pada kita yang kadang-kadang gagal difahami falsafah sebenar di sebalik pemberian tersebut. Dalam sebuah hadis, Rasulullah s.a.w. mengingatkan kita melalui sabdanya yang bermaksud: Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dan seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan dan mengerumuni talam hidangan mereka.'' Maka salah seorang sahabat bertanya "Apakah kerana kami sedikit pada hari itu?'' Nabi s.a.w. menjawab, "Bahkan kamu pada hari itu ramai sekali, tetapi kamu umpama buih pada waktu banjir, dan Allah s.w.t. akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati
musuh-musuh kamu, dan Allah s.w.t. akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit wahan.'' Seorang sahabat bertanya, "Apakah wahan itu wahai Rasulullah?' ' Nabi s.a.w. menjawab, "Cinta pada dunia dan takut pada mati. (Riwayat Abu Daud)Â

Justeru itu Islam telah menyusun dan mengatur tatacara berkorban dengan kemas dan sempurna supaya kita memahami pengajaran di sebalik peristiwa agung tersebut. Falsafah daripada pensyariatan ibadat ini nanti akan mengekalkan ingatan kita kepada lambang cinta agung Nabi Ibrahim yang mengorbankan puteranya Nabi Ismail demi cinta dan taqarrub mereka kepada Allah s.w.t.Â

Firman-Nya yang bermaksud: Dan apabila hamba-hamba- Ku bertanya kepadamu mengenai Aku, maka (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka). Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menyahut seruan-Ku (dengan mematuhi perintah-Ku) , dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku supaya mereka menjadi baik serta betul. (Al-Baqarah : 186)Â




Selasa, Desember 02, 2008

10 HARI PERTAMA DZHULHIJAH

"Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah). " Para sahabat pun bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid)." (HR. Al-Bukhari).

Adapun amal-amal yang disyariatkan itu adalah :



1. Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah.

Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga".

2. Berpuasa selama hari-hari tersebut, atau pada sebagiannya, terutama pada hari Arafah.

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi :

"Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku".

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun". (Hadits Muttafaq 'Alaih).

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah Rahimahullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya".

3. Takbir dan Dzikir pada Hari-hari Tersebut

Sebagaimana firman Allah Ta'ala.

".... dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan ...". (Al-Hajj : 28).

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma.

"Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid". (Hadits Riwayat Ahmad).

Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhum keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha', tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan :

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu"

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah".

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.

"Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu ...".
(Al-Baqarah : 185)

4. Taubat serta Meninggalkan Segala Maksiat dan Dosa

Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta'atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya" (Hadits Muttafaq 'Alaihi).

5. Banyak Beramal Shalih

Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma'ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

6. Disyariatkan pada Hari-hari itu Takbir Muthlaq

Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah ; bagi selain jama'ah haji dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.

7. Berkurban pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq

Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta'ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu". (Muttafaq 'Alaihi).

8. Dilarang Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku bagi orang yang hendak Berkurban

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu 'Anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya".

Dalam riwayat lain :

"Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban".

Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya.


Firman Allah.
" ..... dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan. ..".
(Al-Baqarah : 196)

Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.

9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha dan mendengarkan Khutbahnya

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.

10. Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas

Marilah kita isi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan serta memanfaatkan kesempatan emas ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.

Semoga Allah melimpahkan Taufik dan Hidayahnya-Nya dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

disadur dari : www.nurulyaqin. org


Minggu, November 30, 2008

JANGAN MALU BERDO'A

Sepertiga malam adalah waktu yang paling baik untuk berdoa sebanyak-banyaknya. Rasulullah Saw. bersabda, "Tuhan kita Yang Maha Suci dan Maha Tinggi akan turun pada setiap malam ke langit dunia ini (yaitu) pada sepertiga malam yang terakhir, kemudian ia akan berfirman, 'Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan (doa)nya dalam setiap malam. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan memberikan kepadanya. Dan, barangsiapa yang memohon ampunan kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya' ." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).



Berdoalah, berdoalah, berdoalah! Insya Allah doamu akan didengar dan dikabulkan meskipun dosa-dosamu sebanyak buih dilautan. Yang mesti engkau lakukan adalah bertaubat dan memperbanyak istighfar sebelum berdoa. Karena dengan cara itulah dosa-dosamu -- meskipun mungkin tidak semua -- sedikit demi sedikit terkikis.

Oleh karena itu, janganlah engkau khawatir doamu tidak dikabulkan karena setan pun tidak khawatir jika doanya tidak dikabulkan. Buktinya toh Allah mengabulkan keinginan Iblis untuk menggoda manusia hingga akhir zaman. Sufyan bin Uyainah berkata, "Janganlah engkau merasa khawatir Allah tidak akan mengabulkan doamu hanya karena engkau mengetahui bahwa dalam dirimu terdapat kejahatan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah mengabulkan permintaan makhluk yang terjahat, yaitu Iblis ketika ia berkata: '...beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan' . (QS. al-A'raf: 14), kemudian Allah mengabulkan permintaannya. Allah berfirman, 'Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh'. (QS. al-A'raf: 15)."

Sedangkan engkau? Dosa-dosamu tidak lebih banyak dari Iblis, tetapi mengapa engkau malu? Mengapa engkau merasa minder untuk berdoa kepada-Nya, sedangkan Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?

Jangan terjebak pada rayuan setan yang mengatakan, "Malulah kamu, sudah banyak dosa tapi tetap saja berdoa kepada-Nya!" Itu bohong! Karena, doa itu 100% baik bagimu. Kamu tidak diminta malu dalam berdoa. Justru Allah sangat senang dengan hamba-Nya yang berdoa, dan Allah sangat murka dengan hamba-Nya yang enggan berdoa. Singkirkanlah rasa malumu dan mulailah berdoa, "Ya Allah ampunilah dosa-dosaku. ..Ya Allah berikanlah aku rezeki...Ya Allah kuatkanlah imanku...Ya Allah berilah aku petunjuk...Ya Allah perbaikilah akhlakku..."

Perhatikanlah doa para Nabi berikut ini dan jawaban atas doa itu dari Allah:

Nabi Nuh As. berdoa: "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah aku (Ya Allah)." (QS, al-Qamar: 10). Kemudian Allah Swt. menjawab doa itu: "Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemu- lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh)." (QS. al-Qamar: 11-14). Demikianlah, akhirnya Allah menyelamatkan Nuh dan kaumnya yang beriman.

Nabi Zakariya As. berdoa: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik." (QS. al-Anbiya: 89). Kemudian Allah Swt. menjawab doa itu: "Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami." (QS. al-Anbiya: 90). Akhirnya Allah memberi Nabi Zakariya dan istrinya keturunan meskipun mereka sudah tua dan mandul.

Nabi Ayyub As. berdoa: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. al-Anbiya: 83). Kemudian Allah Swt. menjawab doa itu: "Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiya: 84). Nabi Ayyub As. yang semula sakit parah kemudian Allah sembuhkan.

Nabi Muhammad Saw. berdoa sambil menangis pada perang Badar: "Ya Allah, wujudkanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau hancurkan segelintir orang ini maka Engkau tidak akan disembah (lagi) di bumi ini." (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad). Ya, akhirnya doa itu dikabulkan-Nya. Hanya dengan segelintir orang mampu mengalahkan pasukan yang jumlahnya lebih banyak sepuluh kali lipat.

Perhatikanlah keadaan kaum muslimin ketika sedang dikepung oleh musuh-musuh mereka dalam perang Khandaq. Pada saat itu, mereka berkata, "Apa yang akan kita lakukan, wahai Rasulullah, sungguh mereka telah mengepung kita?" Rasulullah Saw. pun bersabda, "Katakanlah oleh kalian: 'Ya Allah, tutuplah aurat-aurat kami dan amankanlah (lenyapkanlah) ketakutan-ketakutan kami'." (HR. Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Majah, dan Ahmad). Sejak saat itu, para sahabat selalu membaca dan mengulang doa tersebut, dan belum lewat satu hari atau dua hari, Allah Swt. telah mengirimkan angin badai yang menghantam wajah orang-orang kafir.

Doamu akan memberikan kekuatan kepadamu yang sebelumnya kamu lemah karena dosa. Doamu akan memberikan maghfirah-Nya kepadamu yang sebelumnya Dia tidak mengampunimu. Doamu akan memberikan rezeki kepadamu yang sebelumnya tersendat karena kedurhakaanmu kepada-Nya.

Biarkan rasa malumu berganti dengan airmata penyesalan dan pengharapan. Karena, itulah rasa malu yang sesungguhnya. Yusuf As. malu kepada Allah sehingga dia tidak mau diajak berzina walaupun kesempatan begitu terbuka lebar. Malik bin Dinar yang semula adalah orang yang berbuat maksiat kemudian bertaubat dan rajin berdoa dan beribadah. Rasa malumu kepada-Nya bukannya menyurutkanmu untuk beribadah kepada-Nya, tapi justru menyemangatimu dan mendorongmu untuk lebih intensif memuja-Nya.



Jumat, November 14, 2008

pecinta SEPERTIGA MALAM

Surat Cinta Dari Manusia-Manusia Yang Malamnya Penuh Cinta

Wahai orang-orang yang terpejam matanya, perkenankanlah kami
manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti
halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga
terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasiaNya yang
penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari
berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah.
sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.

Wahai orang-orang yang terlelap, sungguh nikmat malam-malammu,
gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya
yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut
tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat
dirimu terlena, menikmati tidurmu diatas pembaringan yang empuk,
bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik
selimutmu yang demikian hangatnya.

Wahai orang-orang yang terlena, ketahuilah, kami tidak seperti dirimu!
Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira.
Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak
sepeti dirimu!! kami adalah para perindu kamar di surga. Tak pernahkah
kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda: "sesungguhnya di
surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi
dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi
makan orang-orang yang memerlukan, menyebarkan salam serta mendirikan
sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam." itulah sebuah
kamar yang menakjubkan bagi kami dan orang-orang yang mendirikan
sholat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.

Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta, kau pasti pernah
mendengar namaku disebut. Aku Abu Khurairah , Periwayat Hadits.
Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tidak terperi.
penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau?
kenikmatan itu tidak serat merta kukecap sendiri, ku bagi
malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu
untuk istriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi.
Jika salah satu dari kami telah selesai mendirikan sholat, maka kami
bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya.
Subhanallah, tak tergerakkah dirimu? pedulikah kau pada keluargamu?
adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka? sekedar untuk
membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu?

Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. sejarah mencatatku
sebagai sang Penakluk Kesombongan pasukan salib, suatu kali seorang
ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, "Nuruddin itu
kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah
yang benar. "Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku.
Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata
mereka, "Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang
banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan". Aku
tersenyum, mereka memang benar, kemenangan yang kuraih adalah karena
do'a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu'an. Tahukah kau
dengan orang yang selalu setia mendampingiku? Dialah Istriku tercinta,
Khotum binti Atabik. Dia adalah istri sholehah di mataku, terlebih di
mata Allah, malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam
bingkai Tuhan.

Gemersikan dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik
kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang
panjang. Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat
belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang
membuatnya resah. Ya Allah, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada
malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah.
Astaghfirullah, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah
peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang
pegawai khusus untuknya, pegawai yang kuperintahkan untuk menabuh
genderang agar kami terbangun di sepertiga malamnya.

Wahai orang-orang yang terbuai, kau pasti mengenalku dalam kisah
pembebasan Al-Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta
emas itu, seorang Panglima Perang, sholahuddin Al-Ayyubi, orang-orang
yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang panglima yang
selalu menjaga sholat berjamaah. Kesenanganku adalah mendengarkan
bacaan Al-Quran yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang
paling kutunggu. saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku,
sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuang an nyata.

Wahai orang-orang yang masih terlelap, Pernahkah kau mendengar
penaklukan Konstantinopel? Akulah orang di balik penaklukan itu,
Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala
tentaraku, namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku
telah memerintahkan kepada para pasukanku untuk berpuasa pada siang
hari dan pada saat malam tiba kami melaksanakan sholat malam dan
munajat penuh pertolongan padaNya, jika Allah memberikan kematian
kepada kami pada siang hari di saat kami berjuang, maka kesyahidan,
itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung
kematian, namun sebelum itu di ujung malamnya Allah temukan kami
berada dalam kehidupan, kehidupan dengan menghidupkan malam kami.

Wahai orang-orang yang tergoda, begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk
lehermu saat kau tidur? ya sangat kuat, tiga ikatan kuat di tengkuk
lehermu, dia lalu menepuk setiap ikatan sambil berkata "Hai manusia
sadarlah, engkau masih punya malam panjang, maka tidurlah!!" "Hei
sadarlah, sadarlah jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya,
syetan itu berbohong kepadamu, maka bangunlah! bangkitlah kerahkan
kekutaanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Allah, maka akan
lepas ikatan yang pertama, kemudian berwudhulah maka akan lepas ikatan
yang kedua, dan terakhir sholatlah, sholat seperti kami maka akan
lepaslah semua ikatan-ikatan itu.

Wahai orang-orang yang masih terlena, masihkah kau menikmati
malam-malammu dengan kepulasan? masihkah? adakah tergerak hatimu untuk
bangkit, bersegera mendekat kepadaNya, memohon ampunanNya walaupun
hanya dengan dua rakaat? tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata. "Akulah
Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa
yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni," Dia terus berkata
demikian hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, bagi kami manusia-manusia
malam, dunia ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami
kehidupan sesungguhnya, sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang
penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap? Apakah kau
menginginkan kehidupan sesungguhnya? maka ikutilah jejak kami,
manusia-manusia malam, kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu
sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, nikmatilah
tidurmu diatas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal
gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya,
maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu.

Semoga Allah mempertemukan kita di sana, di surgaNya, mendapati dirimu
dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam
dan sisi dalamnya terlihat dari luar.

Amin........ .



Selasa, November 11, 2008

CINTA karena ALLAH

Kedudukan Orang Yang Cinta Mencintai Kerana Allah
Sesungguhnya terdapat banyak hadith Rasulullah SAW yang menerangkan kedudukan dan darjat dua manusia yang saling cinta mencintai kerana Allah. Hadis-hadis ini menggambarkan kedudukan mereka yang mulia dan tinggi yang telah disediakan oleh Allah di dalam SyurgaNya.

Di antara hadis-hadis itu ialah yang menceritakan kisah tujuh golongan lelaki atau wanita yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungannya ketika mana tidak ada lagi naungan yang lain kecuali naungan Allah sahaja.


Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya:
"Sebilangan manusia yang dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat Yaitu hari yang tidak ada sebarang naungan padanya selain daripada naungan Allah; di antaranya ialah: Pemerintah yang adil, pemuda yang hidupnya sentiasa dalam mengerjakan ibadah kepada tuhannya, orang yang hatinya sentiasa terikat dengan masjid, dua orang yang berkasih sayang kerana Allah di mana kedua-duanya berkumpul dan berpisah untuk mendapat keredaan Allah, orang yang dipujuk oleh perempuan yang kaya lagi rupawan untuk bersatu dengannya lalu ia menolak dengan berkata:Aku takut kepada Allah orang yang bersedekah secara bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberi oleh tangan kanannya, dan orang yang menyebut atau mengingat Allah dengan keadaan tidak ada dalam ingatannya perkara lain, lalu menitis air matanya kerana mengingatkan sifat Jalal dan sifat Jamal Allah." (Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah )

Ini adalah dalil dan nas yang jelas menggolongkan dia sebagai orang yang berkasih sayang kerana Allah di kalangan tujuh orang yang baik lagi terpilih untuk dinaungi dibawah naungan-Nya di mana masing-masing orang mengharap sangat lindungan dari matahari yang sejengkal saja dari kepala. Inilah penghormatan dan kemuliaan paling tinggi yang dikurniakan oleh Allah kepada mereka. Di manakah lagi kita akan dapati kemuliaan yang seperti itu ???

Sesungguhnya kemulian ialah hak bagi kedua-dua orang yang berkasih sayang kerana Allah S.W.T. Dimana pada hari tersebut (kiamat) Allah Taala Rabbul Izzah menyeru mereka dan mempersilakan mereka untuk menerima anugerah yang paling tinggi, Yaitu pada hari berhimpunnya sekelian bani (anak) Adam di Padang Mahsyar yang maha luas itu.

Di dalam hadis Qudsi yang bermaksud:
"Dimanakah orang-orang yang berkasih sayang kerana kemuliaanku pada hari ini, Aku perlindungi mereka dibawah naungan Ku pada hari yang tiada lagi naungan kecuali nuangan-Ku" (Riwayat Muslim)

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muaz dari Rasulullah S.A.W baginda bersabda:
"Allah Azzawajalla berfirman: orang-orang yang berkasih sayang kerana kemuliaanku, mereka mempunyai beberapa-beberapa mimbar dari cahaya, sangat dicita-citakan tempat-tempat mereka itu oleh para Nabi, Shiddiqin dan Syuhada." (Riwayat At-tirmizi, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim)

"Berhak mendapatkan cintaku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, berhak mendapat cintaku orang-orang yang saling menasihati karena Aku, berhak mendapatkan cintaku orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku, berhak mendapatkan cintaku orang-orang yang saling membei karena Aku, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya." (Riwayat Ibnu Hibban, di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib Wa Tarhib, 3019)

Rasul bersabda, "Barangsiapa ingin merasakan nikmatnya iman, hendaklah dia mencintai saudaranya, dan dia tidak mencintainya kecuali karena Allah." (Riwayat Ahmad dan Al-Hakim dan dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, 2300)

"Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah, melainkan orang yang paling dicintai Allah di antara keduanya adalah yang paling besar kecintaannya kepada saudaranya." (Riwayat Al-Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad, dan di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib Wa Tarhib 3014).

"Wahai manusia, dengarkan dan fahamilah; ketauhilah bahwa Allah memiliki para hamba yang mereka itu bukan para nabi ataupun syuhada. Para nabi dan syuhada ingin seperti mereka, padahal mereka memiliki kedekatan dan kedudukan di sisi Allah."
Seseorang Badui berkata, "Wahai Rasulullah tolong sifatkan mereka kepada kami." Rasulullah lantas tersenyum mendengar ucapan lelaki badui tersebut , dan bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang tidak dikenal dan asing, mereka tidak memiliki tali kekerabatan satu sama lain, mereka saling mencintai karena Allah dan menjadi satu barisan. Allah menyediakan mimbar-mimbar dari cahaya, untuk mereka sebagai tempat duduk mereka dan menjadikan wajah dan pakaian mereka bercahaya. Pada hari kiamat manusia diliputi rasa takut namun mereka tidak, mereka adalah wali-wali Allah, mereka tidak merasa takut dan bersedih." (Riwayat Ahmad, di-shahih-kan Al-Albani dalam Shahihut Targhib 3027)

Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya di surga terdapa pilar-pilar dari yakut, di atasnya ada kamar-kamar dan zamrud. Kamar-kamar ini memiliki pintu yang terbuka dan bersinar seumpama mutiara." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah penghuninya? " Beliau menjawab, "Orang-orang yang saling mencintai karena Allah, orang-orang yang duduk bersama karena Allah dan orang-orang yang bersua karena Allah." (Riwayat Al-Bazzar, dilemahkan oleh Al-Albani dalam At-Targhib dan di-hasan-kan oleh para pen-tahqiq At-Targhib).

Alangkah tingginya kemuliaan mereka. Alangkah sempurnannya ganjaran yang akan mereka dapati kerana mereka berkasih sayang kerana Allah.

Sesungguhnya cinta kerana Allah bukan kerana sesuatu yang lain sahaja yang ada dalam hidup ini. Hidup ini adalah hidup yang penuh dengan pelbagai kepentingan diri dan pelbagai perkara yang disukai oleh hawa nafsu. Jadi, cinta kerana Allah dalam suasana yang demikian sangat payah untuk dicapai dan dicari. Tiada siapa yang mampu mencapainya kecuali orang yang telah bersih jiwanya, tinggi semangatnya dan mereka mampu melihat betapa hinanya dunia ini berbanding keredhaan Allah. Tidak hairanlah kalau Allah telah menyediakan bagi mereka darjat yang tinggi sesuai dengan ketinggian mereka didunia dalam mengatasi segala kesibukan dunia yang serba mewah dan penuh dengan perhiasan ini.

Memang orang sifatnya demikian sangat sukar didapati pada zaman ini, meskipun tidak dapat dinafikan mereka itu ada dalam masyarakat kita masa ini, tetapi terlalu sedikit sekali bilangannya. Mereka tidak semestinya datang dari kalangan saudara-mara, atau kaum kerabat sendiri. Tetapi kalau ada memang itulah yang paling baik sekali, supaya hubungan keluargaan itu menjadi lebih erat dan berpanjangan. Memang itu merupakan suatu nikmat, apabila ada seorang saudara sedarah sedaging mengambil berat terhadap saudaranya, masing-masing memberikan perhatian kepada yang lain dalam serba-serbinya di kehidupan ini.

Yang anehnya, bila orang-orang seperti ini datangnya dari luar kaum kerabat, seperti teman rakan dan sahabat yang tiada hubungan darah di antara kita dengannya, tetapi hubungannya dengan kita dan pengambil-beratanny a dengan diri kita justeru lebih teguh dan erat dari kaum kerabat sendiri. Itulah tandanya persaudaraannya kerana Allah Ta'ala, yang kerana ikhlasnya dalam persahabatannya itu, dia malah memandang kepada kita. Orang-orang yang semacam inilah yang sangat dikasihi oleh Allah Ta'ala, yang disebutkan dalam sabdanya di atas, bahawa 'Aku akan menaunginya nanti di Hari Kiamat di bawah naunganKu!', firman Allah Ta'ala.

Bertuahlah siapa yang sudah mendapat taufiq daripada Allah untuk bersifat dengan sifat ini. Ini adalah kurnia luar biasa, sebab itulah balasannya juga adalah luar biasa. Kalau sudah dijanji Allah akan mendapat lindunganNya di Hari Kiamat, tentulah hidupnya di dunia ini akan dilindungi Allah pula, supaya dia berjalan di atas jalan yang diridhaiNya, tiada menyelewang dari jalanNya yang lurus. Alangkah besarnya cinta yang sedemikian yang mengangkat manusia sampai ke darjat di mana Allah mencintai dan meredhainya. Berbahagialah orang ini, dan mudah-mudahan kita juga akan diberi Allah taufiqNya untuk menjadi orang yang seperti ini, Insya Allah Ta'ala.

Marilah sama-kita renung seketika hadis-hadis Abu Hurairah (R.A) maksudnya: "Bahawasanya ada seorang lelaki yang pergi menziarahi saudaranya (sahabat) di sebuah kampung yang lain, lalu Allah menyuruh malaikat memerhatikannya di atas jalannya. Maka tatkala dia sampai dia berkata : Engkau hendak ke mana ? Lelaki tersebut menjawab: Aku hendak menemui seorang saudara ku di kampung itu. Malaikat bertanya lagi " Adakah engkau telah berbudi kepadanya dan engkau mengharapkan balasannya?" Beliau menjawab " tidak, aku mencintainya kerana Allah" Maka malaikat itu berkata kepadanya "Bahawa sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepada engkau, sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai dia kerana Allah.

Dari kitab Nasihat Agama dan Wasiat Iman oleh Imam Habib Abdullah Haddad :
1) Apabila seseorang mencintai orang lain, bersahabat dan membiasakan diri dengannya, kerana dilihatnya orang itu mencintai Allah dan taat-setia kepada perintah Allah, maka hal sedemikian itulah yang dikatakan bercinta-cintaan kerana Allah Ta'ala.
2) Ataupun jika ia mencintai orang itu dan bersahabat dengannya, kerana orang itu membantunya di dalam selok-belok agama, dan mengarahkannya untuk bertaat-setia terhadap Tuhannya, maka hal sedemikian itu juga dikira bercinta-cintaan kerana Allah.
3) Ataupun jika ia mencintai orang itu dan bersahabat dengannya, kerana orang itu membantunya dalam urusan keduniaan, yang mana dengannya pula ia bisa mengurus urusan akhiratnya, maka itu juga termasuk cinta-mencintai kerana Allah.
4) Ataupun jika ia mencintai orang itu dan bersahabat dengannya, kerana dirinya merasa senang berkawan dengan orang itu, dan dadanya merasa lapang senang berkawan dengan orang itu, dan dadanya merasa lapang bila duduk bersama-sama dengannya.
5) Ataupun orang itu dapat menolongnya di dalam urusan dunianya, dan di dalam hal-ehwal kehidupannya, yang menerusinya ia bisa hidup senang-lenang, maka cinta serupa itu adalah cinta biasa yang tidak ada kena-mengena sedikit pun dengan Allah.
6) Adapun jika ia bersahabat kepada seseorang, kerana orang itu bisa menemaninya untuk pergi ke tempat maksiat, atau membantunya untuk menganiaya orang, ataupun memimpin dan menunjuknya ke jalan-jalan fasik dan mungkar, maka persahabatan serupa itu dan kecintaan serupa itu adalah persahabatan dicela dan kecintaan yang tidak berguna, kerana ia menarik kita ke jalan syaitan, yang tidak kena-mengena dengan Allah. Persahabatan dan kecintaan serupa inilah yang akan bertukar menjadi permusuhan di akhirat.

Kesan Cinta Kepada Allah Di Dalam Kehidupan Orang Islam

Diriwayatkan oleh Anas bahwa seorang laki-laki dari al-Baadiyah bertanya kepada Nabi saww, "Wahai Rasulullah! Bilakah tibanya Hari Qiyamat?�E Tetapi tiba-tiba waktu shalat pun tiba sehingga Nabi saww menunda untuk menjawab pertanyaan orang tersebut. Setelah Nabi menyelesaikan shalatnya, Nabi saww pun bertanya, "Dimana orang yang tadi bertanya tentang Hari Qiyamat?�E Lelaki itu pun datang menjawab, "Aku, ya Rasulullah!�E Nabi bertanya kepadanya, "Apa yang sudah engkau persiapkan untuk itu?�E Laki-laki itu pun berkata, "Demi Allah, tidak banyak amal yang kupersiapkan untuk itu, termasuk shalat dan puasa, kecuali aku sungguh-sungguh mencintai Allah dan Rasul-Nya�E Maka Nabi pun berkata kepadanya,"Seseorang bersama yang dicintainya�E Lalu Anas berkomentar : "Tidaklah kulihat sebelumnya kaum muslimin sebegitu gembiranya karena sesuatu pun setelah Islam melebihi kegembiraan mereka setelah mendengar pernyataan Nabi mengenai hal ini�E (Bihar al-Anwar 17 : 13)

Juga sabda Rasulullah,
"Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka. ('Riwayat At-Tabrani dan di-shahih-kan Al-Albani dalam At-Targhib 3037).

Didalam hadis yang lain Rasulullah SAW menegaskan bahawa sesungguhnya Mahabbah (berkasih sayang) antara orang beriman adalah syarat-syarat iman yang memasukkan penganutnya kedalam syurga.
"Demi yang diriku di dalam genggamannya , kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman sehingga kamu berkasih sayang. Mahukah kamu aku (nabi) tunjukkan sesuatu yang apabila kamu melakukannya maka akan lahirlah kasih sayang? Sebarkan salam di antara kamu." (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Sesungguhnya Rasulullah telah mengetahui dengan pandangan tarbiah yang diperolehi dari Allah, bahawasanya tidak ada sesuatu pun yang dapat mencabut hasad dengki dari dada, dan kekotoran jiwa kecuali persahabatan yang sejati. Satu nilai persahabatan yang tinggi yang menguasai kehidupan orang Islam yang dibangunkan atas dasar Mahabbah, nasihat menasihati, perpaduan, bebas dari segala tipu daya, hasad dengki, benci membenci dan sebagainya.

Dengan kasih sayang yang gemilang inilah, Rasulullah telah membangunkan generasi Islam yang pertama, satu generasi yang telah menyampaikan langit kebumi (rahmat yang melimpah ruah) dan membina mahligai Islam di alam sejagat. Inilah dia kasih sayang dan perpaduan yang tiada siapa sudi menanamnya didalam hati kecuali Islam. Kasih sayang yang suci lagi kukuh dan cinta yang setia di antara mereka jualah yang akan menjayakan perjuangan mereka.

Rasulullah SAW bersabda maksudnya:
"Perumpamaan orang beriman yang berkasih sayang, dan saling rahmat merahmati dan di dalam kemesraan sesama mereka adalah seperti satu tubuh, apabila satu anggota mengadu sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasainya dan membantunya dengan berjaga malam dan demam." (Riwayat Muslim)

Sesungguhnya orang Islam yang menghayati ajaran agamanya akan mempunyai hati dan perasaan yang sentiasa berkobar-kobar untuk mencintai saudara dan sahabatnya. Dia akan menghadapi mereka dengan sepenuh hati dan perasaannya. Inilah asas-asas yang menjadi faktor perpaduan untuk mencapai cinta dan redha Allah di Akhirat kelak.

Fahamkanlah maksud Hadis ini baik-baik, moga-moga Allah merahmati anda! Dan membimbing anda ke jalan yang diridhaiNya, agar anda disayangiNya, serta diberikanNya balasan besar yang memang telah disediakanNya untuk siapa yang disayangiNya. Amin.

Fatwa Saiyidina Umar r.a :
"Orang yang bijaksana, tidaklah dia mahu mencari sahabat melainkan orang-orang yang panjang fikirannya, kuat agamanya, luas ilmunya, tinggi akhalaknya, lanjut akalnya, dan di waktu mudanya bergaul dengan orang-orang yang soleh. Barangsiapa yang melalaikan keteguhan percintaan dari sahabatnya, maka tidaklah dia akan merasai buah persaudaraan orang itu terhadapnya. Barangsiapa yang memutuskan persaudaraan sebab takut dikhianati, maka hiduplah dia dengan tidak bersaudara. Tidaklah ada kesenangan hati yang menyamai kesenangan bersahabat, dan tidaklah ada kedukaan yang melebihi kedukaan apabila putusnya persahabatan itu.�E
"Katakanlah (wahai Muhammad): "Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak kamu, dan saudara-saudara kamu, dan isteri-isteri (atau suami-suami) kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, - (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk ugamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya); kerana Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (derhaka)." (At-Taubah: 24)

Doa Rasulullah s.a.w.: Ya Allah, kurniakalah perasaan cinta kepada-Mu, dan cinta kepada orang yang mengasihi-Mu, dan apa sahaja yang membawa daku menghampiri cinta-Mu. Jadikanlah cinta-Mu itu lebih aku hargai daripada air sejuk bagi orang yang kehausan. Amin...




Kamis, November 06, 2008

G H I B A H

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tahukah kalian, apa itu ghibah" Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Yaitu, engkau menceritakan saudaramu apa yang tidak ia suka." Ada yang bertanya: Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada saudaraku?. Beliau menjawab: "Jika padanya memang ada apa yang engkau katakan, maka engkau telah mengumpatnya (menjadikannya ghibah) dan jika tidak ada, maka engkau telah membuat kebohongan atasnya (menjadikannya fitnah)." Riwayat Muslim.

Ilmu dan pengetahuan biasanya disandingkan dalam satu kata, padahal keduanya mempunyai substansi yang berbeda seseorang yang mempunyai pengetahuan belum tentu mempunyai ilmu dibidang sesuatu yang dia ketahui, begitu juga dengan orang yang berilmu belum tentu selalu menerima informasi atau pengetahuan mengenai ilmu yang dia dalami.

Seiring dengan kemajuan dalam bidang telekomunikasi maka penyebaran informasi melalui berbagai media terjadi setiap saat. Sayangnya tidak setiap infomasi yang kita terima mempunyai nilai kebenaran atau mempunyai nilai keilmuan didalamnya. Namun tetap saja kebutuhan akan informasi tersebut tidak bisa dibendung dan hal ini sering dimanfaatkan sebahagian orang untuk menggiring opini publik pada tujuan yang di kehendakinya, sehingga tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa jika ingin menguasai dunia maka kuasailah berbagai media informasi dan hal ini tebukti dimana ummat Islam sering terpojok oleh pemberitaan negatif dari berbagai media baik di luar maupun didalam negeri.

Menyampaikan informasi mengenai keadaan orang lain jika tidak hati-hati maka akan menjadi dilema karena jika tidak disebut ghibah maka akan disebut fitnah, namun belakangan ini hal tersebut sering diabaikan bahkan dengan menggunakan alasan yang paling logis dan tampak bijaksana seperti " mudah-mudahan dengan membahas hal ini bisa menjadi pelajaran dan bahan renungan agar kelak tidak terjadi lagi dikemudian hari " . padahal pelajaran itu disimpan di hati bukan di mulut.

Dalam salah satu kisah celoteh para munafikun, mereka berkata " Cara terbaik menyembunyikan keburukan kita adalah dengan mengungkapkan keburukan orang lain, dan jika kita tidak mendapatkannya maka lekatkan keburukan kita pada mereka sambil kita berpura-pura menasehati mereka dengan logika para dewa"

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." ( QS 60:5)



Senin, November 03, 2008

ketika NIKMAT berBICarA

Memang Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sekalipun kita durhaka kepada-Nya, tetap saja Dia memberi kita banyak kenikmatan. Namun Dia tidak memberikan "iman" kepada hamba-hamba- Nya yang durhaka. Sudah seharusnya kita merenungkan hal ini. Apakah kita akan menjual iman dengan harga yang murah, padahal harga iman itu setara dengan surga.

Kita menjadi makhluk-Nya yang kufur setelah kita melalui kenikmatan itu tanpa berterima kasih kepada-Nya. Jika kita berterima kasih kepada orang yang memberikan bantuan kepada kita, sesungguhnya Allah-lah yang lebih berhak dan lebih banyak kita haturkan terima kasih. Karena kenikmatan yang Dia berikan, tiada terhitung jumlahnya. Mulai dari udara yang kita hirup, mata yang berkedip, hingga kita dapat mengeluarkan kotoran dari anus kita. Semua itu kenikmatan yang tiada ternilai harganya. Jika Anda mengucapkan kata "Alhamdulillah" ketika memperoleh kenikmatan, itu sudah cukup bagi Allah, tapi jika dibandingkan nikmat pemberian-Nya, jauh sekali dari standar yang semestinya.

Pada hakikatnya, rasa syukur kita bukan untuk Allah, melainkan untuk diri kita sendiri. Kekuasaan Allah tidak akan bertambah dengan banyaknya orang yang bersyukur dan tidak akan berkurang dengan banyaknya orang yang kufur. Begitupun dengan perintah-perintah Allah yang harus kita jalankan dalam kehidupan ini, semuanya adalah untuk diri kita sendiri. Bukankah jika kita bersyukur, Allah akan menambahkan kenikmatan untuk kita? Dan bukankah jika kita kufur, azab-Nya amatlah pedih?

Begitu tingginya maqam syukur, sehingga banyak ulama yang mengatakan bahwa syukur adalah separoh dari iman. Mengapa? Karena syukur adalah pintu gerbang untuk mengenal Allah dan mengenal diri kita sendiri. Ketika kita mengucapkan "Alhamdulillah" , sesungguhnya kita sedang mengatakan bahwa seluruh puji-pujian hanyalah milik Allah (Tuhan semesta alam. Ketika kita memperlihatkan kenikmatan yang diberikan-Nya, sesungguhnya kita sedang mengatakan (dengan bahasa tubuh kita (Bahwa semua itu berasal dari-Nya, bukan dari usaha kita sendiri. Jika Allah menghendaki kehinaan pada diri seseorang, maka tak akan ada orang yang sanggup membuatnya mulia. Kehinaan tetap melekat padanya seumur hidupnya.

Mari kita renungkan enam kenikmatan besar berikut ini, dan semoga kita dapat menjadi bagian dari orang-orang yang bersyukur setelah mengetahuinya.

Nikmat iman dan Islam
Inilah nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hamba- Nya. Inilah nikmat yang mengantarkan seseorang ke surga-Nya (Bpuncak kebahagiaan dan keabadian. Kita bersyukur telah dilahirkan sebagai seorang muslim, sementara masih banyak orang di luar sana tersesat jalan hidupnya. Kita juga dengan sangat mudah mengerjakan shalat atau menggenakan jilbab di depan keluarga kita, karena keluarga kita muslim. Sementara ada orang yang berusaha menyembunyikan keislamannya karena bila ketahuan, ia akan dihukum, disiksa, dan dikucilkan oleh keluarganya yang notabene kafir.

Karena keimananlah, Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh Namrudz, Nabi Yahya digergaji tubuhnya hingga syahid, Nabi Yusuf rela tidak mendapatkan kenikmatan bersetubuh dengan wanita secantik Zulaikha, Nabi Muhammad dihina dan dicaci maki oleh pamannya sendiri, Bilal rela tubuhnya dihimpit batu besar ditengah sahara, Sumayyah dan Yasir syahid dengan penuh luka disekujur tubuhnya, dan Ammar (Banaknya (Bmenangis sejadi-jadinya melihat kondisi kedua orangtuanya tersebut.

Karena keimananlah, Ibnu Taimiyah dipenjara hingga wafatnya, Hasan al-Banna syahid diterjang peluru durjana, Sayyid Quthb digantung oleh thagut, Abdullah Azzam dan putranya syahid dalam sebuah ledakan besar, Ahmad Yasin tak pernah berhenti berjuang walau separuh tubuhnya lumpuh. Dimanakah kita berada saat mereka mengikrarkan kalimat iman dan Islam dalam perjuangan mereka? Dimanakah kita berada saat ruh, jiwa, dan tubuh mereka bersimbah darah?

Subhanallah, sudah seharusnya kita menjadi bagian dari mereka. Airmata ini sudah selayaknya bercucuran ketika mengenang perjuangan mereka. Wahai sahabatku, janganlah engkau gadaikan imanmu dengan harga yang murah, yaitu menjadi murtad dan membelakangi para mujahid. Istiqomahlah dan berpegang teguhlah! Islam ibarat intan berlian, dilihat dari sisi manapun tetap memancarkan kemilau. Islam adalah kebenaran yang nyata, tak terbantahkan!

Nikmat sehat
Ada yang sakit hingga tubuhnya rebah dipembaringan; ada yang lumpuh hingga tak dapat menggerakkan salah satu anggota tubuhnya; ada yang bisu hingga tak dapat berbicara; ada yang buta hingga tak dapat melihat; ada yang kaki dan tangannya diamputasi karena sebuah kecelakaan; ada yang tidak bisa membuang kotoran dalam tubuhnya; bahkan ada yang tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa berbaring menunggu ajal!

Lebih dari yang kita rasakan ketika kita sakit, sakit kita tak seberapa tapi kita banyak mengeluh; pusing sedikit, mengeluh; panas sedikit, mengeluh; uang sedikit, mengeluh; apakah kita hanya bisa mengeluh? Bukankah masih banyak saudara-saudara kita yang lebih parah dari kita? Lebih miskin dari kita? Tapi mereka toh tidak mengeluh!

Oh, mujahid Palestina, Irak, dan Afghan, serta mujahid dibelahan bumi manapun, sesungguhnya kami malu pada kalian. Setiap hari ada saja luka menganga akibat terjangan peluru atau pecahan bom, tapi kalian tetap bersabar. Hari-hari kalian begitu mencekam dan dilalui dengan huru-hara peperangan, tetapi wajah kalian tetap memancarkan keceriaan. Karena kalian memiliki iman yang lurus, maka kalian menjadi orang yang tidak pernah menyerah.

Nikmat harta
Orang-orang kaya belum tentu bahagia, demikian kata Donald Trump, pengusaha terkenal AS, buktinya, dia merasa tidak bahagia dan ada orang yang miskin namun tetap bahagia. Engkau lihat, para petani begitu asyik dengan lauk pauk yang dihidangkan istrinya ditengah hamparan luas sawah dan ladang. Namun, engkau lihat orang kaya yang dilarang makan ini dan itu oleh dokternya karena suatu penyakit yang kronis, atau tak berselara dengan segala bentuk hidangan menggiurkan karena stres.

Harta yang sedikit tapi dapat dinikmati dengan sepenuh jiwa, lebih baik daripada banyak tapi hanya menambah penyakit jiwa.

Jika Allah memberima banyak harta, itu adalah kenikmatan yang seluruhnya berasal dari-Nya, bukan dari hasil usahamu. Janganlah engkau seperti Qarun yang mengatakan bahwa harta yang ia peroleh sepenuhnya berasal dari usahanya sendiri, bukan dari pemberian Allah. Cara bersyukurmu adalah dengan memberikan sebagiannya untuk zakat dan sedekah. Dengannya kenikmatan itu akan bertambah, bukan hanya bertambahnya harta, tapi yang lebih penting adalah bertambahnya pahala, keberkahan, dan keimanan.

Nikmat ilmu
Allah akan mempermudah jalan ke surga bagi muslim yang menuntut ilmu. Kenikmatan menuntut ilmu terlihat dari konsistensi dalam menuntut ilmu dan aktivitas amal shalih yang kerap kita lakukan. Begitu asyiknya membaca hingga kita banyak mendapatkan pengetahuan dan pencerahan. Selepas membaca buku ini, kita membaca buku yang lain, begitulah seterusnya; kita tenggelam dalam lautan buku. Jika kita tenggelam di tengah lautan, kita akan mati. Tapi tidak jika kita tenggelam dalam lautan buku, kita akan bertambah haus dan rasa keingintahuan kita semakin bertambah.

Penelitian menunjukkan bahwa banyak membaca dapat memberikan kesehatan pada tubuh kita, salah satunya terhindar dari kepikunan (dimensia). Engkau dapat mengetahuinya dari para ulama yang tetap produktif menulis dan berkarya walau usianya sudah sepuh. Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam usianya yang ke 81, tetap aktif berkarya dan menulis. Bandingkan dengan orang-orang yang seusia dengannya namun otaknya sudah "beku" dan hanya bisa merepotkan orang lain saja.

Jika engkau mendapatkan nikmat ilmu, berbahagialah dan bersyukurlah, karena (Bkata Imam Ibnu al-Jauzy $B!&(Btidak ada kenikmatan inderawi yang lebih besar daripada kenikmatan dalam menuntut ilmu.

Nikmat ibadah
Selepas shalat fardhu, doa dan dzikir dilafadzkan, lalu shalat sunat dikerjakan, dengan hati yang khusyu dan syahdu. Jiwa dan raga ini berpaut menjadi satu memeluk kehangatan ibadah kepada-Nya. Jika demikian, tiada yang dapat menghalanginya beribadah meskipun kesenangan-kesenang an duniawi di depan mata.

Selepas berbuka dengan dua buah korma, ada hidangan begitu menggiurkan di atas meja. Air liur pun bisa saja turun membasahi kerongkongan. Tapi bagi orang yang merasakan nikmatnya ibadah, panggilan Allah untuk shalat jauh lebih menggiurkan baginya. Begitulah ciri khas orang yang merasakan nikmatnya ibadah. Dia merasakan jika tidak beribadah, seolah-olah seluruh tubuhnya lumpuh dan jiwanya mati rasa.

Nikmat waktu
Detik demi detik berlalu. Jam demi jam berlalu hingga kita mati! Kita pasti mati, tapi kini kita masih hidup! Oh waktu, sudah berlalu sekian lamanya. Yang lalu tak mungkin kembali lagi. Yang akan datang masih dalam angan-angan. Sudah banyak waktu yang terbuang percuma, tapi tetap kita merasa aman-aman saja. Bukankah disana ada seribu pedang yang siap menyayat-nyayat tubuh?

Motivator terkenal, John C. Maxwell dalam bukunya, mengutip sebuah penelitian yang menyebutkan tentang bagaimana rata-rata orang Amerika yang mencapai usia 72 tahun menggunakan waktu mereka:
21 tahun untuk tidur
14 tahun untuk bekerja
7 tahun untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
6 tahun untuk makan
6 tahun untuk melakukan perjalanan
5 tahun untuk menunggu giliran
4 tahun untuk belajar
3 tahun untuk menghadiri pertemuan
2 tahun untuk menjawab telepon
1 tahun untuk mencari barang-barang yang hilang
3 tahun untuk kegiatan-kegiatan lainnya

Selanjutnya beliau mengatakan, "Bila kita menargetkan untuk mencapai keberhasilan selama masa kerja kita berarti kita hanya punya waktu yang singkat untuk melakukannya, yakni kurang dari seperlima dari seluruh waktu yang kita miliki."

Nikmat waktu ini adalah nikmat yang berharga dalam hidup kita. Itu artinya, masih ada waktu untuk bertaubat, beribadah, menuntut ilmu, dan mengerjakan amal-amal shalih lainnya.

Demikianlah nikmat, begitu banyaknya melekat pada diri kita dan kehidupan kita, membuat Allah menegur kita secara berulang-ulang $B!&(Bdengan nada bertanya $B!&(Bdalam surat ar-Rahman: "Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan". Ketika Rasulullah dihina oleh orang-orang kafir dengan sebutan "batara", yang artinya keturunannya terputus karena anak laki-laki beliau semuanya mati. Lalu Allah menurunkan ayat yang berbunyi: "Inna a'thaina kal kautsar - sesungguhnya Allah telah memberimu kenikmatan yang banyak," sebagai hiburan kepada Rasulullah Saw.. Dan jika memang demikian adanya, mengapa kita mesti bersedih dengan hilangnya satu nikmat? Bukankah Allah telah banyak memberi kita kenikmatan yang lain, yang jauh lebih besar dari kenikmatan yang hilang itu?

http://abufarras. blogspot. com



Sabtu, November 01, 2008

NASIHAT AA' GYM

~> Jika kita memilihara kebencian dan dendam, maka seluruh waktu dan pikiran yang kita miliki akan habis dan kita tidak akan pernah menjadi orang yang produktif.

~> Kekurangan orang lain adalah ladang pahala bagi kita untuk memaafkannya, mendoakannya, memperbaikinya dan menjaga aibnya.

~> Bukan gelar atau jabatan yang menjadi orang menjadi mulia. Jika kualitas pribadi buruk, semua itu hanyalah topeng tanpa wajah.

~> Ciri seorang pemimpin yang baik akan nampak dari kematangan pribadi, buah karya, serta integrasi antara kita dengan perbuatannya.

~> Jika kita belum bisa membagikan harta, kalau kita tidak bisa membagikan kekayaan, maka bagikanlah contoh kebaikan.

~> Jangan pernah menyuruh orang lain sebelum menyuruh diri sendiri, jangan pernah melarang orang lain sebelum melarang diri sendiri.

~> Pastikan kita sudah bersedekah hari ini, baik dengan materi, dengan ilmu, tenaga, atau minimal dengan seyuman yang tulus.

~> Para pembohong akan dipenjara oleh kebohongannya sendiri, orang yang jujur akan menikmati kemerdekaan dalam hidupnya.

~> Bila memiliki banyak harta, kita akan menjaga harta. Namun jika kita memiliki banyak ilmu, maka ilmulah yang akan menjaga kita.

~> Kalo hati kita bersih, tak ada waktu untuk berpikir licik, curang atau dengki sekalipun.

~> Bekerja keras adalah bagian dari fisik, bekerja cerdas merupakan bagian dari otak, sedangkan bekerja ikhlash ialah bagian dari hati.

~> Jadikanlah setiap kritik bahkan penghinaan yang kita terima sebagai jalan untuk memperbaiki diri.

~> Kita tidak pernah tahu kapan kematian akan menjemput kita, tapi kita tahu persis seberapa banyak bekal yang kita miliki untuk menghadapinya.




Rabu, Oktober 22, 2008

MANUSIA butuh ALLAH

Manusia itu selalu membutuhkan Allah baik di dunia maupun di akhirat sebagai hakikat kehambaannya tanpa melalui sebab-sebab tertentu. Hanya saja kebanyakan manusia baru merasa butuh Allah jika sudah ada sebab-sebab tertentu dan ketika sebab itu hilang maka akan hilang juga rasa butuhnya kepada Allah. Padahal salah satu kunci dikabulkannya suatu doa adalah selalu merasa butuh.

Masalahnya adalah bagaimana kita bisa mengondisikan hati kita untuk terus merasa butuh kepada Allah. Kemarin pun saya juga masih belum paham bagaimana caranya melatih hal itu, tapi alhamdulillah tiba-tiba saja ada pemahaman baru yang sementara ini bagi saya yang awam bisa menerimanya secara sederhana dan semoga kesadaran ini bisa terpatri dalam hati. Tiba-tiba saja terlintas kalimat yang sering kita baca yaitu : "Laa haula walaa quwwata illaa illaahil'aliyyil' adzhim." (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung). Dalam pemahaman saya, berarti kita itu NOL, tidak punya daya dan kekuatan bagai sesosok jazad tak bernyawa. Siapa bisa menjamin besok pagi ketika bangun tidur, kita masih bisa menggerakkan tubuh kita ? Siapa bisa menjamin satu jam ke depan kita masih segar bugar ? Siapa bisa menjamin nanti masih tergerak hati kita untuk sholat? Kalau toh kita bisa beraktivitas dalam keseharian karena kondisi
tubuh kita yang sehat, dari mana sebenarnya kesehatan itu berasal ? Kalau toh kita berargumen bahwa tubuh kita sehat karena kita menerapkan pola hidup sehat dengan pola konsumsi makanan yang sehat, istirahat dan olah raga yang teratur, maka dari mana niatan atau kesadaran untuk berpola hidup sehat itu muncul. Beranikah kita mengklaim bahwa niatan atau kesadaran itu muncul karena kehendak atau kekuatan kita sendiri ? Atau ketika kita ringan dalam menjalankan ibadah kita, beranikah kita untuk juga mengklaim itu atas kekuatan kita sendiri atau lebih jauh beranikah kita memastikan di akhir hidup kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah ?
Sungguh, dalam setiap detik kehidupan kita tidak pernah lepas dari pengaturan Allah, karena sebenarnya kita itu faqir di hadapan Allah, sehingga kita semua sangat-sangat tergantung pada Allah, sangat-sangat butuh kepada Allah. Di dalam setiap gerak dan langkah kita, di dalam setiap tarikan dan hembusan napas kita, di dalam setiap detak jantung kita, di dalam setiap dzikir dan pikir kita, Allah-lah yang sejatinya menggerakkan dan memberi kita kekuatan.
Untuk itu dalam setiap kegiatan, kita awali dengan bacaan bismillah dan bersamaan dengan itu mari kita sama-sama belajar menggerakkan kesadaran hati kita untuk meng-NOL-kan diri kita agar bersamaan dengan itu pula kita selalu mengharapkan pertolongan Allah. Dalam setiap apa pun juga saya biasakan mohon kemudahan dari Allah : Mudahkan Yaa Allah – Mudahkan Yaa Allah. Insya Allah kita akan selalu diberikan kemudahan, sesulit apa pun situasi yang harus kita hadapi.
Semoga Allah mengangkat kita semua pada derajad hamba-hambanya yang selalau merasa membutuhkan- Nya. Aamiin.




Kamis, Oktober 16, 2008

J O D O H ???

oleh Siti Aisyah Nurmi

Aktivitas
cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak budaya
melakukannya Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.
Apa
ada aktivitas cari jodoh? Atau…apakah jodoh memang harus dicari? Yang
pasti, setiap orang normalnya ingin menikah. Meskipun ada yang karena
satu dan lain hal menjadi tak ingin atau tidak ditakdirkan berjodoh di
dunia.

Aktivitas cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak
budaya melakukannya. Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.

Apakah Islam juga menyediakan aktivitas ini untuk muda-mudi kita?
Sejujurnya penulis belum pernah menemukan sebuah ritual resmi atas nama
Islam tentang ini, yang ada dan cukup banyak adalah berbagai arahan
tentang mencari jodoh, memilih, dan memutuskan yang mana.

Mencari jodoh:

Ada sebuah tuntunan sangat praktis langsung dari Allah SWT.

” Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (An Nur 26).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT sudah menjodohkan setiap orang
bersesuaian jiwanya satu sama lain, mereka yang ”sesuai” akan cenderung
betah satu sama lain dan karenanya akan mudah berjodoh. Jika kita masih
lajang dan ingin cari jodoh, maka jika kita ingin mendapat jodoh yang
baik berarti kitalah yang lebih dahulu harus menjadikan diri kita baik,
maka Insya Allah kita akan dijodohkan dengan yang baik oleh Allah.
Mudah ’kan? Itu langkah adalah langkah pertama.

Langkah pertama ini jika diyakini dengan sepenuh hati Insya Allah
menjadi doa sekaligus usaha yang diajukan kepada Allah SWT tentang
calon pendamping seperti apa yang kita inginkan.

Apakah kriteria ”baik” itu? Bagaimanakah kita ingin jodoh yang baik dengan cara kita berusaha menjadi baik terlebih dahulu?

Ketaqwaan adalah ukuran baku dari Allah SWT. Kadar ketaqwaan ini
berdampak luas kepada semua sisi kehidupan seorang manusia. Ketika ia
sedang diuji dengan kesenangan, ia akan bersyukur dengan pas, tepat,
akurat, sehingga Allah menambah nikmat dariNya. Ketika ia diuji dengan
musibah dan kesulitan, ia bersabar, sehingga Allah bertambah
menyayanginya dan memberikan pahala yang banyak.

Hanya saja angka ketaqwaan tak dapat ditera manusia. Hanya Allah-lah
yang Maha Tahu kadar ketaqwaan manusia. Bahkan si manusia itu sendiri
tak pernah tahu berapa derajat ketaqwaannya, sebab ia sebagai manusia
selain sarat dengan khilaf, lupa dan lalai, juga seringkali tidak
mempertajam matahatinya sehingga semakin buta hakikat.

Manusia hanya mampu ”khawatir tak diterima Allah” (khouf) dan berharap ”agar ia diterima oleh Allah” (roja’).
Khouf dan Roja’ ini seyogyanya ada dalam diri manusia yang sadar ia
manusia yang sangat mungkin salah. Panjang lebar berbagai ulama modern
maupun ulama salaf membahas dalam topik-topik tentang taqwa dan
manajemen hati. Di situlah taqwa dibina.

Orang yang terbiasa mengelola hatinya Insya Allah juga mampu
memprogram dirinya untuk maju menjadi lebih baik setiap harinya tanpa
terjebak rasa sombong dan pongah bahwa ia sudah sampai kepada ”maqom”
taqwa padahal sesungguhnya belum. Alah bisa karena biasa. Pepatah ini benar adanya.

Hendaknya kaum muda sibuk mengelola hatinya, sibuk meningkatkan
taqwanya dengan keyakinan itulah kelak tiketnya ke surga dan ke
pelaminan. Janganlah kaum muda muslim harapan ummat malah sibuk ”te-pe
te-pe” (tebar pesona) di berbagai mal maupun layar kaca atau media lain
dalam rangka membangun masa depan mereka.

Ada yang pernah bertanya kepada penulis: kalau begitu kapan
berkesempatan berkenalan dengan orang banyak? Kalau sibuk menata hati
kapan berjumpa orang-orang yang potensial menjadi calon? Bukankah harus
”gaul”?

Tergantung apa makna ”gaul”. Jika ”gaul” bermakna harus ikut segala
tren dan mode, segala hura-hura dan pesta-pesta, maka itu tak perlu.
Berapa banyak remaja dan anak muda justru terjebak mendapat jodoh buruk
di tempat pergaulan semacam itu, dan bahkan bertemu dengan narkoba!

Bergaul normal, sebagaimana aktivitas sehari-hari, itu cukup. Bahkan
aktivitas zaman ini tidak terbatas di lingkungan fisik belaka, ada
dunia maya yang juga dapat menjadi ajang silaturahim. Sejak ketemu di
dunia maya, lanjut ke dunia nyata, maka selanjutnya terserah anda.

Itu cukup, asalkan dalam bergaul sehari-hari, patokan bergaul terus dipegang sesuai aturan Islami. Ini sangat penting.

Dalam pergaulan, cara seseorang bergaul akan menentukan siapa
selanjutnya kawannya. Seorang gadis yang berhati-hati dalam bergaul
maka sikapnya akan menyingkirkan
pemuda mata-keranjang sebab gadis ini
ogah diperlakukan sembarangan. Sebaliknya jika si gadis selalu memberi
”lampu hijau” bagi teman-teman prianya untuk memperlakukan dirinya
dengan sembarangan, maka dirinya hanya akan dipermainkan kemudian
dicampakkan.

Jangan khawatir sikap yang ”penuh aturan” ini akan menjauhkan teman,
sebaliknya, akan menseleksi dengan baik. Lagipula, buat apa punya teman
yang hanya ingin mempermainkan?

Allah SWT tak pernah lupa dan tak pernah tidur. Allah SWT selalu
memberikan kita bimbingan dan petunjuk, asal saja kita mau melihatnya.

Allah juga selalu menguji kita, hanya saja kita sering tak sadar.
Kadang kita menyangka sedang ditawarkan sesuatu yang baik karena seolah
indah dan baik (tampaknya), padahal sesungguhnya itu adalah ujian yang
harus kita hindari dan jauhi karena di balik itu ada keburukan
tersembunyi dan bahaya kepada agama.

Ada banyak anak muda muslim dan muslimah yang tertipu dengan
manusia-manusia penuh misi pemurtadan. Para misionaris ini memang
sengaja menjadi ”kawan terbaik” bagi calon sasarannya. Tujuannya adalah
menjadi kawan akrab, kemudian, pacar, kemudian menikahi, kemudian
memurtad-kan.

Entah ini memang sebuah gerakan terselubung atau hanya aktivitas
pribadi, yang pasti fenomena ini sudah sangat banyak dan sudah
berlangsung sejak puluhan tahun di bumi pertiwi ini. Ahh, andai saja
setiap pemuda-pemudi muslim tetap berpegang pada aturan Islam dalam
bergaul, berteman, bersahabat apalagi mencari jodoh, niscaya segala
kisah pemurtadan seperti itu tak pernah terjadi. Waspadalah.

Wallahua’lam