THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Rabu, Oktober 22, 2008

MANUSIA butuh ALLAH

Manusia itu selalu membutuhkan Allah baik di dunia maupun di akhirat sebagai hakikat kehambaannya tanpa melalui sebab-sebab tertentu. Hanya saja kebanyakan manusia baru merasa butuh Allah jika sudah ada sebab-sebab tertentu dan ketika sebab itu hilang maka akan hilang juga rasa butuhnya kepada Allah. Padahal salah satu kunci dikabulkannya suatu doa adalah selalu merasa butuh.

Masalahnya adalah bagaimana kita bisa mengondisikan hati kita untuk terus merasa butuh kepada Allah. Kemarin pun saya juga masih belum paham bagaimana caranya melatih hal itu, tapi alhamdulillah tiba-tiba saja ada pemahaman baru yang sementara ini bagi saya yang awam bisa menerimanya secara sederhana dan semoga kesadaran ini bisa terpatri dalam hati. Tiba-tiba saja terlintas kalimat yang sering kita baca yaitu : "Laa haula walaa quwwata illaa illaahil'aliyyil' adzhim." (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung). Dalam pemahaman saya, berarti kita itu NOL, tidak punya daya dan kekuatan bagai sesosok jazad tak bernyawa. Siapa bisa menjamin besok pagi ketika bangun tidur, kita masih bisa menggerakkan tubuh kita ? Siapa bisa menjamin satu jam ke depan kita masih segar bugar ? Siapa bisa menjamin nanti masih tergerak hati kita untuk sholat? Kalau toh kita bisa beraktivitas dalam keseharian karena kondisi
tubuh kita yang sehat, dari mana sebenarnya kesehatan itu berasal ? Kalau toh kita berargumen bahwa tubuh kita sehat karena kita menerapkan pola hidup sehat dengan pola konsumsi makanan yang sehat, istirahat dan olah raga yang teratur, maka dari mana niatan atau kesadaran untuk berpola hidup sehat itu muncul. Beranikah kita mengklaim bahwa niatan atau kesadaran itu muncul karena kehendak atau kekuatan kita sendiri ? Atau ketika kita ringan dalam menjalankan ibadah kita, beranikah kita untuk juga mengklaim itu atas kekuatan kita sendiri atau lebih jauh beranikah kita memastikan di akhir hidup kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah ?
Sungguh, dalam setiap detik kehidupan kita tidak pernah lepas dari pengaturan Allah, karena sebenarnya kita itu faqir di hadapan Allah, sehingga kita semua sangat-sangat tergantung pada Allah, sangat-sangat butuh kepada Allah. Di dalam setiap gerak dan langkah kita, di dalam setiap tarikan dan hembusan napas kita, di dalam setiap detak jantung kita, di dalam setiap dzikir dan pikir kita, Allah-lah yang sejatinya menggerakkan dan memberi kita kekuatan.
Untuk itu dalam setiap kegiatan, kita awali dengan bacaan bismillah dan bersamaan dengan itu mari kita sama-sama belajar menggerakkan kesadaran hati kita untuk meng-NOL-kan diri kita agar bersamaan dengan itu pula kita selalu mengharapkan pertolongan Allah. Dalam setiap apa pun juga saya biasakan mohon kemudahan dari Allah : Mudahkan Yaa Allah – Mudahkan Yaa Allah. Insya Allah kita akan selalu diberikan kemudahan, sesulit apa pun situasi yang harus kita hadapi.
Semoga Allah mengangkat kita semua pada derajad hamba-hambanya yang selalau merasa membutuhkan- Nya. Aamiin.




Kamis, Oktober 16, 2008

J O D O H ???

oleh Siti Aisyah Nurmi

Aktivitas
cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak budaya
melakukannya Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.
Apa
ada aktivitas cari jodoh? Atau…apakah jodoh memang harus dicari? Yang
pasti, setiap orang normalnya ingin menikah. Meskipun ada yang karena
satu dan lain hal menjadi tak ingin atau tidak ditakdirkan berjodoh di
dunia.

Aktivitas cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak
budaya melakukannya. Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.

Apakah Islam juga menyediakan aktivitas ini untuk muda-mudi kita?
Sejujurnya penulis belum pernah menemukan sebuah ritual resmi atas nama
Islam tentang ini, yang ada dan cukup banyak adalah berbagai arahan
tentang mencari jodoh, memilih, dan memutuskan yang mana.

Mencari jodoh:

Ada sebuah tuntunan sangat praktis langsung dari Allah SWT.

” Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (An Nur 26).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT sudah menjodohkan setiap orang
bersesuaian jiwanya satu sama lain, mereka yang ”sesuai” akan cenderung
betah satu sama lain dan karenanya akan mudah berjodoh. Jika kita masih
lajang dan ingin cari jodoh, maka jika kita ingin mendapat jodoh yang
baik berarti kitalah yang lebih dahulu harus menjadikan diri kita baik,
maka Insya Allah kita akan dijodohkan dengan yang baik oleh Allah.
Mudah ’kan? Itu langkah adalah langkah pertama.

Langkah pertama ini jika diyakini dengan sepenuh hati Insya Allah
menjadi doa sekaligus usaha yang diajukan kepada Allah SWT tentang
calon pendamping seperti apa yang kita inginkan.

Apakah kriteria ”baik” itu? Bagaimanakah kita ingin jodoh yang baik dengan cara kita berusaha menjadi baik terlebih dahulu?

Ketaqwaan adalah ukuran baku dari Allah SWT. Kadar ketaqwaan ini
berdampak luas kepada semua sisi kehidupan seorang manusia. Ketika ia
sedang diuji dengan kesenangan, ia akan bersyukur dengan pas, tepat,
akurat, sehingga Allah menambah nikmat dariNya. Ketika ia diuji dengan
musibah dan kesulitan, ia bersabar, sehingga Allah bertambah
menyayanginya dan memberikan pahala yang banyak.

Hanya saja angka ketaqwaan tak dapat ditera manusia. Hanya Allah-lah
yang Maha Tahu kadar ketaqwaan manusia. Bahkan si manusia itu sendiri
tak pernah tahu berapa derajat ketaqwaannya, sebab ia sebagai manusia
selain sarat dengan khilaf, lupa dan lalai, juga seringkali tidak
mempertajam matahatinya sehingga semakin buta hakikat.

Manusia hanya mampu ”khawatir tak diterima Allah” (khouf) dan berharap ”agar ia diterima oleh Allah” (roja’).
Khouf dan Roja’ ini seyogyanya ada dalam diri manusia yang sadar ia
manusia yang sangat mungkin salah. Panjang lebar berbagai ulama modern
maupun ulama salaf membahas dalam topik-topik tentang taqwa dan
manajemen hati. Di situlah taqwa dibina.

Orang yang terbiasa mengelola hatinya Insya Allah juga mampu
memprogram dirinya untuk maju menjadi lebih baik setiap harinya tanpa
terjebak rasa sombong dan pongah bahwa ia sudah sampai kepada ”maqom”
taqwa padahal sesungguhnya belum. Alah bisa karena biasa. Pepatah ini benar adanya.

Hendaknya kaum muda sibuk mengelola hatinya, sibuk meningkatkan
taqwanya dengan keyakinan itulah kelak tiketnya ke surga dan ke
pelaminan. Janganlah kaum muda muslim harapan ummat malah sibuk ”te-pe
te-pe” (tebar pesona) di berbagai mal maupun layar kaca atau media lain
dalam rangka membangun masa depan mereka.

Ada yang pernah bertanya kepada penulis: kalau begitu kapan
berkesempatan berkenalan dengan orang banyak? Kalau sibuk menata hati
kapan berjumpa orang-orang yang potensial menjadi calon? Bukankah harus
”gaul”?

Tergantung apa makna ”gaul”. Jika ”gaul” bermakna harus ikut segala
tren dan mode, segala hura-hura dan pesta-pesta, maka itu tak perlu.
Berapa banyak remaja dan anak muda justru terjebak mendapat jodoh buruk
di tempat pergaulan semacam itu, dan bahkan bertemu dengan narkoba!

Bergaul normal, sebagaimana aktivitas sehari-hari, itu cukup. Bahkan
aktivitas zaman ini tidak terbatas di lingkungan fisik belaka, ada
dunia maya yang juga dapat menjadi ajang silaturahim. Sejak ketemu di
dunia maya, lanjut ke dunia nyata, maka selanjutnya terserah anda.

Itu cukup, asalkan dalam bergaul sehari-hari, patokan bergaul terus dipegang sesuai aturan Islami. Ini sangat penting.

Dalam pergaulan, cara seseorang bergaul akan menentukan siapa
selanjutnya kawannya. Seorang gadis yang berhati-hati dalam bergaul
maka sikapnya akan menyingkirkan
pemuda mata-keranjang sebab gadis ini
ogah diperlakukan sembarangan. Sebaliknya jika si gadis selalu memberi
”lampu hijau” bagi teman-teman prianya untuk memperlakukan dirinya
dengan sembarangan, maka dirinya hanya akan dipermainkan kemudian
dicampakkan.

Jangan khawatir sikap yang ”penuh aturan” ini akan menjauhkan teman,
sebaliknya, akan menseleksi dengan baik. Lagipula, buat apa punya teman
yang hanya ingin mempermainkan?

Allah SWT tak pernah lupa dan tak pernah tidur. Allah SWT selalu
memberikan kita bimbingan dan petunjuk, asal saja kita mau melihatnya.

Allah juga selalu menguji kita, hanya saja kita sering tak sadar.
Kadang kita menyangka sedang ditawarkan sesuatu yang baik karena seolah
indah dan baik (tampaknya), padahal sesungguhnya itu adalah ujian yang
harus kita hindari dan jauhi karena di balik itu ada keburukan
tersembunyi dan bahaya kepada agama.

Ada banyak anak muda muslim dan muslimah yang tertipu dengan
manusia-manusia penuh misi pemurtadan. Para misionaris ini memang
sengaja menjadi ”kawan terbaik” bagi calon sasarannya. Tujuannya adalah
menjadi kawan akrab, kemudian, pacar, kemudian menikahi, kemudian
memurtad-kan.

Entah ini memang sebuah gerakan terselubung atau hanya aktivitas
pribadi, yang pasti fenomena ini sudah sangat banyak dan sudah
berlangsung sejak puluhan tahun di bumi pertiwi ini. Ahh, andai saja
setiap pemuda-pemudi muslim tetap berpegang pada aturan Islam dalam
bergaul, berteman, bersahabat apalagi mencari jodoh, niscaya segala
kisah pemurtadan seperti itu tak pernah terjadi. Waspadalah.

Wallahua’lam





Rabu, Oktober 15, 2008

T A U H I D

Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allohu Ta'ala. kita memujiNya meminta pertolongan kepadaNya dan memohon ampunanNya, serta berlindung kepada Alloh dari kejelekan diri diri kita dan dari kejahatan amalan amalan kita. Barangsiapa yang Alloh beri petunjuk padanya, maka tiada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Alloh sesatkan, maka tiada yang bisa menunjukkinya.
Dan aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allohu Ta'alaa dan tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya.


Penulis: Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, kita semua tentu menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita pertanyakan bagaimana cara untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh) . Islam satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya Jalla Sya'nuhu.
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak didapatkan satu ajaranpun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan satu prinsip pun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.
Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan firman-Nya, "Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridloanNya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS Al Hadid: 20).

"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS Huud: 15-16).

Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah berfirman, "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." (QS An Nuur: 63).

Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para sahabat meraih gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya. Itulah mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid selama kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan yang kokoh dalam kehidupannya.

Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. " (QS Adz Dzariyaat: 56). Ibnu Katsir berkata: makna "ya'buduun" dalam ayat ini adalah "yuwahhiduun" (mentauhidkan Allah). Al Imam Al Baghowi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Ibnu Abbas RA mengatakan: "Setiap perintah beribadah dalam Al Qur'an maka maknanya adalah tauhid."

Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, bagaimana tidak dikatakan bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridloi ahli tauhid. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Sesungguhnya Allah meridloi kalian tiga perkara: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan- Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, dan memberikan nasihat kepada orang yang Allah jadikan pemimpin atas urusan-urusan kalian." (HR Muslim dari Abu Hurairoh).

Itulah tauhid, tauhid adalah sebagai jalan untuk mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti menegakkan keadilan yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Allah berfirman, "Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." (QS Al Hadiid: 25).

Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh para ahli tauhid. Allah berfirman, "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS Al An'aam: 82). Berkata Ibnu Katsir pada ayat ini: "Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat."

Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang damai, aman, dan sentosa berbangsa dan benegara hanya akan diraih melalui tauhid. Allah berfirman, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.

Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridloinya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS An Nuur: 55).

Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ahli tauhid mereka orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan- Nya dengan sesuatu apapun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan- Nya, ia akan masuk neraka." (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah). Ahli tauhid mereka orang-orang yang akan berbahagia dengan syafa'atnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam. Abu Hurairoh bertanya kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam, "Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu?" Beliau menjawab, "Orang yang mengatakan 'laa ilaaha illallah' ikhlas dari lubuk hatinya." (HR Bukhori dari Abi Hurairoh).

Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan terpelihara darah dan hartanya. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah." (HR Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar).

Demikianlah para pembaca -kaum muslimin- tauhid adalah rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (QS Al Anbiyaa: 25).

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam berkata kepada sahabat Muadz bin Jabal radhiallahu `anhu ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman, "Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika Engkau mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah..." (HR Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu `anhu).

Imam Al Hafizh Al Hakami mengatakan, "Kewajiban pertama atas hamba, mengenal Ar Rahmaan (Allah) dengan tauhid." Dan tauhid juga yang menjadi kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang kematiannya Abu Tholib, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam datang menemuinya dan berkata, "Wahai paman, ucapkanlah 'laa ilaaha illallah', kalimat yang menjadi hujjah untukmu di sisi Allah..." (HR Bukhori Muslim dari Sa'id ibnul Musayyab dari bapaknya (Musayyab)).

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam juga bersabda, "Barangsiapa yang akhir ucapannya 'laa ilaaha illallah', ia akan masuk surga." Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan diridloinya. Amin ya Mujibas sailiin.




Selasa, Oktober 14, 2008

bunga CINTA dalam KELUARGA

Jika
kita merasa bahwa kebahagiaan dan rasa cinta yang terjalin di dalam
rumah tangga kita masih kurang, maka hendaklah kita mengerjakan shalat
tahajud bersama pasangan hidup kita. Sebab, perbuatan tersebut dapat
mengisi rumah tangga kita dengan kebahagiaan, kegembiraan, dan cinta.
Rasulullah Saw. bersabda, "Semoga
Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun pada sebagian waktu
malam, ...kemudian mengerjakan shalat (malam) dan membangunkan istrinya,
dan jika sang istri enggan untuk bangun maka ia akan memercikkan air ke
wajah istrinya; dan semoga Allah menyayangi seorang perempuan yang
bangun pada sebagian waktu malam, kemudian mengerjakan shalat (malam)
dan membangunkan suaminya, dan ketika suami enggan bangun maka ia akan
memercikkan air ke wajah suaminya." (HR. Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Rasulullah Saw. juga bersabda, "Barangsiapa
bangun pada sebagian waktu malam dan membangunkan istrinya, kemudian
mereka mengerjakan shalat dua rakaat maka mereka berdua akan dicatat
sebagai bagian dari orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah
Swt., baik kaum laki-laki maupun perempuan." (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Pada
suatu malam, Nabi Saw. keluar rumah, kemudian beliau pergi ke rumah
Fatimah dan Ali dengan tujuan membangunkan mereka berdua untuk shalat
malam. Beliau pun mengetuk pintu rumahnya (tampaknya mereka baru saja
bangun tidur). Nabi Saw. bersabda, "Apakah kalian berdua telah shalat
malam?" Ali menjawab, "Diri kami ini berada dalam genggaman Allah. Jika
Dia menghendaki untuk membangunkan kami, niscaya Dia akan membangunkan
kami."
Mendengar
jawaban itu, Nabi Saw. pun meninggalkan mereka dalam keadaan marah. Ali
berkata, "Saya mendapati beliau berpaling (untuk meninggalkan kami)
sambil memukulkan tangannya ke pahanya, lalu beliau membaca firman
Allah, 'Dan sesungguhnya Kami telah
mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam
perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah'." (QS. al-Kahfi: 54).
Nabi Saw. pernah bangun pada suatu malam, kemudian menemukan semua istrinya masih tidur. Beliau pun bersabda, "Siapakah
(di antara kalian) yang membangunkan para penghuni kamar
(istri-istri) nya? Maka sungguh di hari kiamat mereka akan telanjang." (HR. Bukhari).
Para
sahabat Nabi juga mencontoh apa yang dilakukan Nabi tersebut. Umar bin
Khaththab membangunkan keluarganya dan membaca firman Allah Swt., "Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa." (QS. Thaha: 132).
Anas
bin Malik Ra. selalu membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian. Anas
melakukan shalat malam pada sepertiga malam yang pertama, kemudian ia
membangunkan istrinya agar mengerjakan shalat malam pada sepertiga
malam kedua, lalu istrinya membangunkan anak perempuannya -- yang
merupakan anak satu-satunya -- agar mengerjakan shalat malam pada
sepertiga malam yang ketiga.
Ketika
sang istri wafat, Anas membagi waktu malamnya menjadi dua, separuh
untuk dirinya dan separuh yang lain untuk anak perempuannya. Ia
mengerjakan shalat malam pada separuh malam yang pertama, sedangkan
anak perempuannya mengerjakan shalat malam pada separuh malam lainnya.
Kemudian ketika Anas wafat, anak perempuannya berusaha keras untuk
mengerjakan shalat malam sepanjang malam.

Inilah
salah satu rahasia mengapa Rasulullah menasehati kita untuk mengerjakan
shalat tahajud bersama-sama keluarga kita. Karena, ia akan menyuburkan
kembali tanah cinta yang semula gersang, memekarkan bunga cinta yang
semula kuncup, menambah kedekatan hati dengan pasangan hidup kita. Saat
itulah waktu yang sangat jernih untuk menemukan makna cinta dalam satu
biduk rumah tangga.
Semoga
Allah memberikan kita kekuatan dan petunjuk agar kita dapat mengerjakan
shalat tahajud bersama keluarga kita. Dan, semoga Allah memberikan
rahmat-Nya karena apa yang kita lakukan tersebut. Amin ya Rabbal alamiin.

http://abufarras. blogspot. com

Senin, Oktober 13, 2008

PUASA SYAWAL

Bersabda Rasulullah : Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya (menambahnya) 6 hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti puasa selama satu tahun (sepanjang masa)


Catatan :

1. 6 hari yg dimaksud "Jumlah" artinya boleh dikerjakan berturut-turut selama 6 hari atau boleh juga tidak urut asalkan jumlahnya 6 hari di bulan Syawal.

2. Puasa sepanjang masa artinya bila hal itu (puasa 6 hari dibulan syawal) dilakukan terus menerus setiap tahun berarti orang tersebut dianggap puasa sepanjang masa.