THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Jumat, Februari 27, 2009

sisi lain P O N A R I

Jombang itulah nama daerahnya, konon sejarahnya daerah ini dinamai dengan sebutan Jombang dikarenakan adanya dua dimensi yang ada dalam masyarakatnya, setidaknya bisa disebut ijo abang (hijau dan merah). Sebuah warna yang memang dipilih sebagai simbol untuk sebuah strata seseorang, hijau mewakili orang yang melek huruf, atau santri kata yang berasal dari bahasa kuno sastri (melek huruf) dan berkaitan juga dengan cantrik anda bisa membacanya secara lengkap dalam catatan sejarah yang ada.


Untuk memberi gambaran secara lebih dekat anggap saja Ryan (si jagal jombang) mewakili kelompok merah alias masyarakat yang membuat nilai daerahnya tertulis dengan nilai merah, dan Ponari sebagai wakil dari kelompok hijau (penyembuh) hal demikian adalah sebagai bentuk penyeimbang, dan mungkin hebohnya berlipat ganda dibanding hebohnya Ryan.

Itu adalah contoh terkini, dan hampir seluruh Indonesia tahu, meski pada sejarahnya banyak juga kisah rakyat dan mungkin realita pada zamannya, bahwa disanalah gudang dua hal itu, toh dimanapun hal demikian juga akan selalu ada, dimana ada baik disitu ada buruk, sebab tidak akan mungkin sebuah kebaikan itu hadir tanpa diimbangi dengan keburukan, surga pun tak akan laku jika neraka tidak ada.

Sebuah fenomena yang unik bagi saya melihat puluhan ribu orang mengantri untuk minta obat, yang secara rasional tertolak mentah-mentah, namun toh sehebat apapun rasio tak bisa mengalahkan realita yang ada. Banyak dari kalangan kesehatan terweleh-welehkan (dalam bahasa gaulnya, ilmu yang dipelajarinya dicampakkan dengan kejadian ponari), bocah umur 9 tahun yang habis tersambar petir dan mendapat batu, dan ketika batu itu dibuang ternyata kembali ketempat ponari lagi, pembaca boleh percaya boleh tidak, namun penulis yakin ponari bukan pembohong layaknya dukun-dukun itu.

Orang mengatakan Ponari adalah dukun cilik, namun menurut penulis dia bukan dukun, namun hanya kebetulan diberi kelebihan oleh Allah, itu pun karena batu yang datang min haitsu la yahtasib, namun setidaknya efeknya positif, kalau memang itu bisa membuat orang jadi sembuh lantaran hal itu, toh juga yang menyembukan Allah. Jika ada orang yang kurang berilmu berkata itu syirik, saya kira perlu hati-hati, berobat ke dokter dan ke ponari adalah sama, menyakini jika minum obat dari dokter membuat dia sembuh adalah keliru, sebagaimana menyakini minum air yang dicelupi batunya ponari. Kecuali jika mereka tetap yakin yang menyembuhkan adalah Allah, lewat air itu, atau obat dari dokter.

Anda bisa simak sejarah nabi Musa ketika sakit gigi, ketika dia memohon kesembuhan pada Allah dia disuruh mengambil sebuah rerumputan, disaat yang lain dia sakit lagi, dan langsung mengambil rerumputan dan melupakan Allah, akhirnya sakitnya malah parah, setelah itu baru sadar dan mendapat teguran dari Allah.

Kisah ponari ini menurut penulis adalah sebuah peringatan kepada pemerintah Indonesia, dimana pelayanan kesehatan begitu minim dan mahal, baru daftar menjadi pasien saja sudah mahal apalagi resmi menjadi pasien dan harus menebus obat-obat yang mahal, maka tak heran jika puluhan ribu orang rela antri berhari-hari hanya karena pengobatan yang murah.

Hal demikian juga mengulang sejarah nabi Isa, juru pengobatan yang tak masuk akal pada saat kekuatan akal diagung-agungkan oleh kaum yahudi yang memang rasionalis, bahkan nabi Isa pun dilahirkan tanpa ayah, sebagai bukti bahwa Allah mampu melakukan apa yang akal manusia tak mampu menjangkau.

Penulis pun terkadang terbentur dengan hal demikian, ketika mencoba menjadikan sesuatu sesuai akal dalam sejarah-sejarah para nabi, para wali, dan orang sholeh lainya. Satu contoh adalah Hajar aswad, batu hitam yang diciumi jutaan orang, yang sekarang terletak disebuah sudut ka´bah, batu itu dalam tafsir yang penulis pelajari, adalah batu dari surga, buah-buahan yang diberikan untuk maryam ketika i´tikaf dalam tempat khalwatnya adalah dari surga, Istri salah seorang wali di Indonesia .juga bidadari dari surga.

Disitulah manusia diuji antara percaya dan tidak percaya, dan disitu pula manusia diajari bahwa yang gaib itu ada, dan yang ada itu gaib. Yang atas itu bawah dan yang bawah itu atas, up is down kata orang inggris, dan penulis yakin ketika pembaca berpikir sejenak dari contoh yang akan penulis berikan, pembaca akan sadar.

Contoh atas adalah bawah.

Kita semua tahu bahwa bumi adalah bulat, langit yang kita anggap diatas kita sebenarnya adalah dibawah bumi, dan langit yang dibawah bumi sebenarnya diatas kita. Anggap saja apa yang dianggap tertinggi dibagian bumi amerika, adalah apa yang dianggap rendah oleh bagian bumi Indonesia, dan semakin tinggi orang menumpuk harta, semakin dalam pula ia terkubur dengan harta.

Kalau saja umur kita diakhirat nanti sama dengan umur kita didunia, anda bisa bayangkan jika satu hari penuh kita berdosa, sebagai balasan kejelekan adalah 1:1 maka kita akan terhukum selama 1000 tahun dunia, karena satu hari diakhirat sama dengan 1000 tahun didunia. Nah kalau berbuat baik kan sistemnya 1:10, so jika kita beramal baik satu hari penuh maka balasannya 10.000 tahun, coba bayangkan kalau seumur hidup kita mampu beramal baik.

Maka, kata guruku "dalam diam, janganlah hatimu diam, dalam ramai, janganlah hatimu ramai", ini penulis jabarkan aja, yang jelas iintinya guruku berpesan jika hatimu menyebut Allah tiap detaknya, bukankah itu tabungan kebaikan dan setiap kebaikan akan dibalas, sementara waktu tak bisa di pause atau di replay, jika hari ini kamu tidak menyebut Allah, maka kamu tak akan dapat mencari waktu hari ini, setelah hari ini.

Dalam diamnya mulut kita, dzikirlah yang keras dengan hati kita, dan dalam ramainya mulut kita, janganlah hati kita ramai kecuali untuk menyebut Allah. Janganlah mulut kita dzikir dengan keras sementara hati kita tidur atau bahkan wisata kemana-mana, apalagi mulut kita tidak berdzikir, hati kita maksiat, na´udzubillah!.

by: "firliana putri" firlianaputri@yahoo.com



Rabu, Februari 18, 2009

antara BENCI dan CINTA

Benci
dan cinta, selalu ada dalam hati manusia. Adalah fitrah, bila manusia mencintai sesuatu yang menyenangkan hatinya, dan membenci segala yang menyusahkannya. Yang harus diperhatikan, seorang muslim hendaknya selalu menimbang rasa benci dan cintanya, berdasarkan syariat Allah l. Ia harus mencintai apa yang dicintai-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh-Nya. "TERJALNYA" JALAN KE SURGA

Surga adalah impian dan cita-cita tertinggi setiap mukmin. Namun,
untuk menuju ke sana, seseorang harus melalui berbagai ujian dan
rintangan. Sebaik-baik bekal yang mesti dibawa adalah takwa. Yaitu
menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah yang
berat, dan membuat jalan ke surga menjadi "terjal" atau sulit dilalui.
Hanya orang-orang yang terpilih dan mendapat hidayah-Nyalah yang akan
berhasil melaluinya.

Setiap orang akan mendapatkan ujian sesuai dengan kadar keimanannya.
Semakin tinggi imannya, semakin berat pula ujiannya. Rasulullah n pada
permulaan dakwahnya, banyak menghadapi celaan, caci-maki, hinaan,
bahkan tindakan kasar dan keji dari kaumnya. Namun beliau tetap
bersabar. Ketika pamannya, Abu Thalib meminta beliau untuk menghentikan
dakwahnya, beliau menjawab, "Wahai pamanku, meskipun matahari
diletakkan di tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku, aku tak
akan menghentikan dakwahku, hingga maut menjemput diriku." Itulah bukti
cinta Rasulullah n kepada Allah l, sekaligus kepada kaumnya.

Sesungguhnya, Rasulullah n sangat menyayangi pamannya itu. Namun,
ketika pamannya memerintahkan suatu perkara yang bertentangan dengan
perintah Allah l, beliau dengan tegas menolaknya. Kemudian, setelah
Islam berkembang pesat dan mengalami kejayaannya, Rasulullah n tidaklah
sombong dan menepuk dada.

Beliau n juga tetap amanah dan hidup sederhana, meski ada kesempatan
untuk bermewah-mewah. Beliau tetap tawadhu', dan memperbanyak amal
ibadah. Shalat malam, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan istighfar,
itu adalah "makanan" sehari-harinya, yang diteladani oleh para
sahabatnya yang mulia. Semua itu tetap beliau dan para sahabatnya
lakukan, meski di antara mereka sudah dijamin surga! Itulah wujud cinta
dan tanda syukur mereka kepada-Nya. Hati mereka sudah dipenuhi dengan
keagungan nama-Nya.

Jiwa mereka sangat merindukan untuk dekat dengan-Nya. Kini,
bagaimanakah dengan kita? Sampai di mana usaha kita untuk dapat meraih
surga-Nya? Kesibukan dunia, ternyata telah banyak melalaikan kita
dari-Nya. Shalat yang lima waktu saja sering terlambat, bahkan kadang
terlewatkan (na'udzubillaah) .

Shalat malam? Jangankan bangun untuk mengambil air wudhu kemudian
shalat di pertengahan malam. Saat adzan subuh pun, kadang masih malas
untuk bangun. Lebih nikmat berselimut dan memeluk bantal, daripada
memenuhi panggilan-Nya. Astaghfirullaah.

"MULUSNYA" JALAN KE NERAKA

Dalam kamus setan, tak dikenal kata menyerah dan putus asa, selama
itu demi menyukseskan misi abadinya, untuk menyesatkan manusia: ke
neraka. Sejauh mungkin, dengan apa pun caranya, bagaimana pun
bentuknya, serta kapan pun waktunya.

Setan akan senang sekali, bila melihat manusia memilih jalan ke
neraka. Ia juga akan membantu manusia untuk melaluinya, serta menghiasi
berbagai sarana yang menjadikan manusia tertarik padanya. Beberapa
jalan setan untuk menjebak manusia di antaranya:

- Indahnya syahwat

Nafsu syahwat senantiasa ada dalam diri manusia. Terkadang ia
bergejolak dan menggelegak, menghentak-hentak, minta segera disalurkan.
Allah l telah memberi solusi penyaluran syahwat ini melalui pernikahan,
dengan segala hikmahnya yang agung.

Namun, setan pun memberi solusi dengan berbagai cara lain yang sudah
pasti haram, meski banyak manusia menyukainya. Misalnya dengan pacaran
yang dilanjutkan dengan hubungan di luar nikah, berselingkuh dengan
PIL, WIL atau PSK.

Cara ini, bagi sebagian orang justru lebih nikmat dan disukai.
Adakalanya mereka lebih mencintai pasangan selingkuhnya, daripada
pasangan sahnya. Jelas, yang seperti ini sangat tercela dan berdosa.

- Nikmatnya narkoba

Narkoba, dengan segala bentuknya, juga merupakan perangkap setan
yang tampak indah dan nikmat, dalam pandangan sebagian orang. Bagaimana
tidak? Dengan mengonsumsinya, seseorang bisa seolah "terbebas" dari
segala macam keruwetan dan masalah kehidupan.

Seseorang bisa melepaskan segala stres dan kepenatan, juga
kejenuhan. Karena narkoba akan membawanya terbang ke awang-awang. ..jiwa
terasa bebas dan segala beban pun lepas.... Namun...itu hanya terjadi
sesaat saja. Setelah itu, seluruh tubuh akan terasa sakit dan ngilu,
karena narkoba telah merusak berbagai organ vital di dalamnya. Efek
ketagihan pun menyertai. Rasa sakit tak akan reda bila pengonsumsian
dihentikan.. ..

- Harta yang menggoda

Hampir setiap manusia mencintai harta. Allah l telah memberikan
rambu-rambu pada manusia untuk memperolehnya. Di antaranya dengan
ayat-ayat yang menjelaskan halalnya jual beli dan haramnya riba. Juga
dengan ayat yang menjelaskan keharaman memperoleh harta dengan
menzhalimi orang lain.

Sayang, meskipun rambu-rambu itu begitu jelas dan tegas, masih
banyak manusia yang "tertarik" untuk melanggarnya. Praktik riba,
merebak di mana-mana. Korupsi, sudah menjadi tradisi sebagian
masyarakat negeri ini. Pencurian, perampokan, dan berbagai tindak
kriminal lainnya frekuensinya kian meningkat tajam. Semua itu adalah
pertanda, bahwa banyak manusia telah "kehilangan" hati nuraninya.
Mereka tak merasa bersalah sedikit pun, atau merasa sayang dan kasihan
kepada orang-orang yang mereka aniaya. Hukum rimba telah berlaku di
alam manusia.

- Kesombongan yang tak terasa

Sikap sombong dan membanggakan diri, terkadang juga menghinggapi
jiwa manusia, baik disadari atau tidak. Orang yang sombong, hanya
mencintai dan mau bergaul dengan orang-orang yang dipandang "sederajat"
dengannya. Bila ia kaya dan berpangkat, ia enggan bergaul dengan
orang-orang miskin, yang tidak sederajat dengannya. Tak jarang, mereka
bersikap tidak pantas kepada orang-orang yang dianggap rendah. Mereka
juga merasa berat, untuk mengeluarkan zakat.

Hendaknya, kita senantiasa berusaha menjauhi sikap sombong ini,
sekecil apa pun, karena Rasulullah n bersabda, "Kelak akan menimpa
umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur
nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba
mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus
dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri,
dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezhaliman (melampaui
batas)." (Riwayat al-Hakim)

- Memandang bid'ah sebagai kebajikan

Di antara kita, banyak pula yang sangat mencintai amalan-amalan yang
dipandang sebagai kebajikan, padahal kenyataannya adalah kebid'ahan. Di
antaranya adalah tahlilan dan yasinan setelah kematian seseorang. Atau
memperingati kelahiran (maulid) maupun kematian (khaul) seseorang yang
dipandang sebagai orang shalih.

Sungguh, bila yang seperti itu adalah kebajikan dan suatu yang perlu
dilestarikan, maka Rasulullah n dan para sahabatnya adalah generasi
pertama yang akan melakukannya.

MEWUJUDKAN CINTA PADA SESAMA

Setelah mengetahui lika-liku jalan ke surga dan tipu daya jalan ke
neraka, maka seorang mukmin harus selalu mengupayakan dirinya untuk
meniti jalan menuju surga, dan mengajak orang-orang terdekatnya untuk
berbekal dengan takwa.

Setiap mukmin, tentu mencintai keluarganya. Setiap kita yang
mencintai keluarga, tentu tak akan rela bila di antara mereka masuk
neraka. Karena itulah, demi cinta kita, kita harus melaksanakan
perintah Allah l,

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. " (At-Tahrim: 6)

Kepada mereka, yaitu suami atau istri kita, orangtua serta anak-anak
kita, kita harus berusaha melakukan amar ma'ruf nahi mungkar (mengajak
pada kebajikan dan mencegah kemungkaran) , semampu kita. Bagaimana kalau
mereka melakukan kemaksiatan? Kita harus berusaha menasihatinya,
diiringi dengan doa, agar Allah l menyadarkan dan memberi hidayah
kepada mereka.

Dalam lingkup yang lebih luas, cinta pada sesama harus kita wujudkan
pula dengan beramar ma'ruf nahi mungkar di lingkungan terdekat kita,
yaitu tetangga dan sanak famili.

YANG MESTI KITA BENCI

Segala jalan ke neraka, itulah yang selayaknya kita benci dan jauhi.
Demikian pula dengan orang-orang kafir serta orang yang suka menentang
kebenaran risalah yang dibawa Rasulullah n, hendaknya kita tidak
menjadikan mereka sebagai teman dekat.

Allah l berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan
musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal
sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang
kepadamu..." (Al-Mumtahanah: 1)

Semoga kita tidak akan salah lagi dalam menempatkan benci dan
cinta....Kita benci apa yang dibenci-Nya, dan kita cintai apa yang
dicintai-Nya. (ummu fauzan)



Selasa, Februari 10, 2009

WAHAI KAUM WANITA

"Ya Allah semoga Engkau karuniakan kepadaku suami sholeh baik akhlak maupun agama sehingga dapat membimbingku di dunia dan akhirat menjadikan keluarga sakinah sampai ajal menjemput dan Engkau pertemukan ke dalam surga Mu "

Do'a ini sering dipanjatkan oleh seorang gadis yang belum menikah. Hampir semua muslimah kalau ditanya menginginkan pendamping hidup seorang suami yang sholeh. Apakah si muslimah sudah tau yang dimaksud laki-laki sholeh? Atau...tidak tahu sama sekali! Apakah iya jika sudah menikah dia bersyukur dengan suami nya itu?


Semoga apa yang menjadi harapan kita kaum muslimah dikabulkan oleh Allah SWT. Amin Ya Rabb...

WAHAI MUSLIMAH
Tau kah kamu, lelaki yg sholeh amatlah takut kepada Allah. Salah satunya adlh SHOLAT. Lelaki yg sholeh akan menyuruh malah memaksa istrinya mengerjakan sholat. Tp, knp anda bandel tdk mau nuruti suami? Kenapa ketika diajak QIYAMUL LAIL anda marah-marah kepada suami?Dulu ktka masih gadis, menginginkan suami yg sholeh, tp knp anda marah diajak sholat malam oleh suami ketika dibangunkan?

WAHAI MUSLIMAH
Tau kah kamu, lelaki yg sholeh tdk akan membiarkan istrinya keluar rumah atau mengenakan pakaian sesuka hati. Atau berhias dan bedandan yang berlebihan.Suami yg sholeh akn memastikan istrinya tertutup aurotnya. Tp, knp anda tidak mau mendengarkan ajakan dan larangan suami untuk tdk keluar rumah dan berhias berlebihan?Dulu ktka masih gadis, menginginkan suami yg sholeh, tp setelah menjadi istrinya kenapa berani membantah perintahnya.

WAHAI MUSLIMAH
Tau kah kamu, lelaki yg sholeh akan menjadikan masjid rumah keduanya. Dia akan senang berjamaah dan berdzikir di masjid. Tp anehnya,Dulu ktka masih gadis, menginginkan suami yg sholeh,knpa anda tidak suka bila suami anda terlalu asyik beribadah dan beri'tikaf di masjid.

WAHAI MUSLIMAH
TAu kah kamu, lelaki yg sholeh amat ta'at kepada kedua ibu bapaknya. Bhkn, baktinya kepada orang tua melebihi kepada istri. Hal ini yg m'nyebabkan si istri CEMBURU. Dulu ktka masih gadis, menginginkan suami yg sholeh,tp knp anda marah ketika suami anda berbakti kepada orang tuanya.

WAHAI MUSLIMAH
Tau kah kamu, lelaki yg sholeh tdk akan hdup bermewah-mewah. Uangnya bnyak di hbskan untuk beramal dalam perjuangan. Dulu ktka masih gadis, menginginkan suami yg sholeh,tp knp anda tdk ikhlas harta suami dipergunakan untuk perjuangan di jalan Allah.

Sekilas uraian diatas, masih bnyak sikap suami yg sholeh. Jika memang menginginkan suami yg sholeh, ikutilah jejak langkahnya untuk menggapai keselamatan dunia dan akhirat.

Janganlah malu untuk berdo'a, apalagi dlm menentukan pendamping hidup. Semoga Allah membimbing kita semua agar dipertemukan dengan seseorang yg dpt mnjadikan hidup kita lebih sempurna. Amin.

Jika kita mengginginkan pendamping hidup yang sholeh maka kita harus berusaha untuk menjadi Wanita Sholehah. Karena pasangan mu ada pada jenis mu sendiri.




Senin, Februari 02, 2009

tumbas kebun di SURGA

Suatu ketika, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bersedekah, di surga nanti, ia akan memiliki seperti yang ia sedekahkan.”

Abu Dahdah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, aku
memiliki dua kebun. Apabila salah satunya kusedekahkan, apakah kelak
aku akan memiliki kebun seperti itu di surga?’

Rasulullah SAW menjawab, “Benar.”

Abu Dahdah kembali bertanya, “Apakah istri (Ummu Dahdah) dan anak-anakku juga akan bersamaku di surga?”

Rasulullah SAW menjawab, “Benar.”

Abu Dahdah pun membulatkan tekadnya untuk menyedekahkan kebunnya
yang terbaik.
Sesampainya di kebun itu, ia berjumpa dengan istri dan
anak-anaknya. Ia pun menegaskan kepada mereka, “Aku akan menyedekahkan
kebun ini. Dengan begitu, aku membeli kebun seperti ini di surga.
Adapun engkau, istriku, akan bersamaku dan seluruh anak kita.”

Tiba-tiba saja meneteslah air mata bahagia dari kedua pelupuk mata istrinya yang beriman itu.

Istri Abu Dahdah lalu berkata, “Semoga yang engkau jual dan beli diberkati Allah SWT, wahai suamiku.”

Istri Abu Dahdah kemudian segera memanggil anak-anaknya dan
meninggalkan kebun itu karena sudah bukan milik mereka lagi. Akhirnya,
kebun itu menjadi milik umat Islam yang miskin.

Kisah diatas dikutip oleh al-Kalbi dalam tafsirnya saat menjelaskan surah al-Baqarah ayat 245,

“Barangsiapa
meminjami Allah dengan pinjamannya yang baik maka Allah melipatgandakan
ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki)
dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Kisah ini juga diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kisah ini
mengingatkan kita bahwa apa yang tengah kita genggam sekarang ini, apa
yang kita miliki kini, pada hakikatnya tidaklah memiliki arti apa-apa
bila tidak kita infakkan, bila tidak kita sedekahkan di jalan Allah.

Harta yang diperhitungkan oleh Allah untuk diberi balasan kenikmatan
surga bukanlah harta yang kita peroleh kemudian kita simpan, melainkan
harta yang kita peroleh dengan jalan yang halal kemudian kita infakkan
(nafkahkan) dan kita sedekahkan.

Abu Dahda, seorang sahabat Nabi, ketika mendengar bahwa sedekah yang
kita berikan akan diganti oleh Allah dengan ganti yang setimpal, bahkan
lebih, dengan segera menginfakkan salah satu dari dua kebunnya, bahkan
kebunnya yang terbaik. Ia berharap
Allah akan menggantinya dengan kebun
serupa di surga kelak.

Kisah ini dapat kita jadikan bahan renungan dan cerminan, apakah
sudah seperti itu upaya kita untuk mendapatkan hal yang sepadan di
akhirat kelak dengan apa yang kita infakkan di dunia ini. Apakah infak
dan sedekah yang kita keluarkan hanyalah serpihan-serpihan kecil atau
remah-remah dari harta kita yang tidak berarti dan tidak kita
perhitungkan?

Seorang teman pernah berseloroh, “Bila Anda merasa berat sewaktu
berinfak dengan sepuluh ribu rupiah, tetapi merasa ringan sewaktu
berinfak dengan seribu rupiah, seukuran itu pulalah kualitas Anda.
Semakin ringan Anda mengeluarkan infak dalam jumlah yang semakin besar
dalam kemampuan Anda, sebesar itu pulalah kualitas Anda.”

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman,“Berikan hartamu maka Aku akan memberi kepadamu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Karena itu, jangan ragu-ragu untuk berinfak dan bersedekah. Biarkanlah
diri Anda memberi. Bila Anda melakukannya dengan ikhlas dan kerendahan
hati, banyak berkah Ilahi yang mengalir kepada Anda.

Tujuh manfaat bersedekah:

1. membebaskan dari kesulitan,

2. menyembuhkan penyakit,

3. memelihara harta benda,

4. meredakan murka Allah,

5. menarik cinta kasih manusia,

6. membuat hati yang keras menjadi lembut, dan

7. menambah keberkahan usia.

Dalam sebuah pepatah dikatakan, “Sebaik-baik harta adalah yang kamu
infakkan (sedekahkan) dan sebaik-baik ilmu adalah yang memberimu guna.”

Jakarta, 28 Januari 2009

Dadi M. Hasan Basri
------------ --------- --------- ---sumber : eramuslim.com