THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Minggu, November 30, 2008

JANGAN MALU BERDO'A

Sepertiga malam adalah waktu yang paling baik untuk berdoa sebanyak-banyaknya. Rasulullah Saw. bersabda, "Tuhan kita Yang Maha Suci dan Maha Tinggi akan turun pada setiap malam ke langit dunia ini (yaitu) pada sepertiga malam yang terakhir, kemudian ia akan berfirman, 'Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan (doa)nya dalam setiap malam. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan memberikan kepadanya. Dan, barangsiapa yang memohon ampunan kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya' ." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).



Berdoalah, berdoalah, berdoalah! Insya Allah doamu akan didengar dan dikabulkan meskipun dosa-dosamu sebanyak buih dilautan. Yang mesti engkau lakukan adalah bertaubat dan memperbanyak istighfar sebelum berdoa. Karena dengan cara itulah dosa-dosamu -- meskipun mungkin tidak semua -- sedikit demi sedikit terkikis.

Oleh karena itu, janganlah engkau khawatir doamu tidak dikabulkan karena setan pun tidak khawatir jika doanya tidak dikabulkan. Buktinya toh Allah mengabulkan keinginan Iblis untuk menggoda manusia hingga akhir zaman. Sufyan bin Uyainah berkata, "Janganlah engkau merasa khawatir Allah tidak akan mengabulkan doamu hanya karena engkau mengetahui bahwa dalam dirimu terdapat kejahatan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah mengabulkan permintaan makhluk yang terjahat, yaitu Iblis ketika ia berkata: '...beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan' . (QS. al-A'raf: 14), kemudian Allah mengabulkan permintaannya. Allah berfirman, 'Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh'. (QS. al-A'raf: 15)."

Sedangkan engkau? Dosa-dosamu tidak lebih banyak dari Iblis, tetapi mengapa engkau malu? Mengapa engkau merasa minder untuk berdoa kepada-Nya, sedangkan Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?

Jangan terjebak pada rayuan setan yang mengatakan, "Malulah kamu, sudah banyak dosa tapi tetap saja berdoa kepada-Nya!" Itu bohong! Karena, doa itu 100% baik bagimu. Kamu tidak diminta malu dalam berdoa. Justru Allah sangat senang dengan hamba-Nya yang berdoa, dan Allah sangat murka dengan hamba-Nya yang enggan berdoa. Singkirkanlah rasa malumu dan mulailah berdoa, "Ya Allah ampunilah dosa-dosaku. ..Ya Allah berikanlah aku rezeki...Ya Allah kuatkanlah imanku...Ya Allah berilah aku petunjuk...Ya Allah perbaikilah akhlakku..."

Perhatikanlah doa para Nabi berikut ini dan jawaban atas doa itu dari Allah:

Nabi Nuh As. berdoa: "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah aku (Ya Allah)." (QS, al-Qamar: 10). Kemudian Allah Swt. menjawab doa itu: "Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemu- lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh)." (QS. al-Qamar: 11-14). Demikianlah, akhirnya Allah menyelamatkan Nuh dan kaumnya yang beriman.

Nabi Zakariya As. berdoa: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik." (QS. al-Anbiya: 89). Kemudian Allah Swt. menjawab doa itu: "Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami." (QS. al-Anbiya: 90). Akhirnya Allah memberi Nabi Zakariya dan istrinya keturunan meskipun mereka sudah tua dan mandul.

Nabi Ayyub As. berdoa: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS. al-Anbiya: 83). Kemudian Allah Swt. menjawab doa itu: "Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiya: 84). Nabi Ayyub As. yang semula sakit parah kemudian Allah sembuhkan.

Nabi Muhammad Saw. berdoa sambil menangis pada perang Badar: "Ya Allah, wujudkanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau hancurkan segelintir orang ini maka Engkau tidak akan disembah (lagi) di bumi ini." (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad). Ya, akhirnya doa itu dikabulkan-Nya. Hanya dengan segelintir orang mampu mengalahkan pasukan yang jumlahnya lebih banyak sepuluh kali lipat.

Perhatikanlah keadaan kaum muslimin ketika sedang dikepung oleh musuh-musuh mereka dalam perang Khandaq. Pada saat itu, mereka berkata, "Apa yang akan kita lakukan, wahai Rasulullah, sungguh mereka telah mengepung kita?" Rasulullah Saw. pun bersabda, "Katakanlah oleh kalian: 'Ya Allah, tutuplah aurat-aurat kami dan amankanlah (lenyapkanlah) ketakutan-ketakutan kami'." (HR. Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Majah, dan Ahmad). Sejak saat itu, para sahabat selalu membaca dan mengulang doa tersebut, dan belum lewat satu hari atau dua hari, Allah Swt. telah mengirimkan angin badai yang menghantam wajah orang-orang kafir.

Doamu akan memberikan kekuatan kepadamu yang sebelumnya kamu lemah karena dosa. Doamu akan memberikan maghfirah-Nya kepadamu yang sebelumnya Dia tidak mengampunimu. Doamu akan memberikan rezeki kepadamu yang sebelumnya tersendat karena kedurhakaanmu kepada-Nya.

Biarkan rasa malumu berganti dengan airmata penyesalan dan pengharapan. Karena, itulah rasa malu yang sesungguhnya. Yusuf As. malu kepada Allah sehingga dia tidak mau diajak berzina walaupun kesempatan begitu terbuka lebar. Malik bin Dinar yang semula adalah orang yang berbuat maksiat kemudian bertaubat dan rajin berdoa dan beribadah. Rasa malumu kepada-Nya bukannya menyurutkanmu untuk beribadah kepada-Nya, tapi justru menyemangatimu dan mendorongmu untuk lebih intensif memuja-Nya.



Jumat, November 14, 2008

pecinta SEPERTIGA MALAM

Surat Cinta Dari Manusia-Manusia Yang Malamnya Penuh Cinta

Wahai orang-orang yang terpejam matanya, perkenankanlah kami
manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti
halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga
terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasiaNya yang
penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari
berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah.
sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.

Wahai orang-orang yang terlelap, sungguh nikmat malam-malammu,
gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya
yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut
tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat
dirimu terlena, menikmati tidurmu diatas pembaringan yang empuk,
bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik
selimutmu yang demikian hangatnya.

Wahai orang-orang yang terlena, ketahuilah, kami tidak seperti dirimu!
Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira.
Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak
sepeti dirimu!! kami adalah para perindu kamar di surga. Tak pernahkah
kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda: "sesungguhnya di
surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi
dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi
makan orang-orang yang memerlukan, menyebarkan salam serta mendirikan
sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam." itulah sebuah
kamar yang menakjubkan bagi kami dan orang-orang yang mendirikan
sholat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.

Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta, kau pasti pernah
mendengar namaku disebut. Aku Abu Khurairah , Periwayat Hadits.
Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tidak terperi.
penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau?
kenikmatan itu tidak serat merta kukecap sendiri, ku bagi
malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu
untuk istriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi.
Jika salah satu dari kami telah selesai mendirikan sholat, maka kami
bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya.
Subhanallah, tak tergerakkah dirimu? pedulikah kau pada keluargamu?
adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka? sekedar untuk
membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu?

Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. sejarah mencatatku
sebagai sang Penakluk Kesombongan pasukan salib, suatu kali seorang
ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, "Nuruddin itu
kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah
yang benar. "Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku.
Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata
mereka, "Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang
banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan". Aku
tersenyum, mereka memang benar, kemenangan yang kuraih adalah karena
do'a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu'an. Tahukah kau
dengan orang yang selalu setia mendampingiku? Dialah Istriku tercinta,
Khotum binti Atabik. Dia adalah istri sholehah di mataku, terlebih di
mata Allah, malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam
bingkai Tuhan.

Gemersikan dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik
kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang
panjang. Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat
belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang
membuatnya resah. Ya Allah, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada
malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah.
Astaghfirullah, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah
peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang
pegawai khusus untuknya, pegawai yang kuperintahkan untuk menabuh
genderang agar kami terbangun di sepertiga malamnya.

Wahai orang-orang yang terbuai, kau pasti mengenalku dalam kisah
pembebasan Al-Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta
emas itu, seorang Panglima Perang, sholahuddin Al-Ayyubi, orang-orang
yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang panglima yang
selalu menjaga sholat berjamaah. Kesenanganku adalah mendengarkan
bacaan Al-Quran yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang
paling kutunggu. saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku,
sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuang an nyata.

Wahai orang-orang yang masih terlelap, Pernahkah kau mendengar
penaklukan Konstantinopel? Akulah orang di balik penaklukan itu,
Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala
tentaraku, namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku
telah memerintahkan kepada para pasukanku untuk berpuasa pada siang
hari dan pada saat malam tiba kami melaksanakan sholat malam dan
munajat penuh pertolongan padaNya, jika Allah memberikan kematian
kepada kami pada siang hari di saat kami berjuang, maka kesyahidan,
itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung
kematian, namun sebelum itu di ujung malamnya Allah temukan kami
berada dalam kehidupan, kehidupan dengan menghidupkan malam kami.

Wahai orang-orang yang tergoda, begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk
lehermu saat kau tidur? ya sangat kuat, tiga ikatan kuat di tengkuk
lehermu, dia lalu menepuk setiap ikatan sambil berkata "Hai manusia
sadarlah, engkau masih punya malam panjang, maka tidurlah!!" "Hei
sadarlah, sadarlah jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya,
syetan itu berbohong kepadamu, maka bangunlah! bangkitlah kerahkan
kekutaanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Allah, maka akan
lepas ikatan yang pertama, kemudian berwudhulah maka akan lepas ikatan
yang kedua, dan terakhir sholatlah, sholat seperti kami maka akan
lepaslah semua ikatan-ikatan itu.

Wahai orang-orang yang masih terlena, masihkah kau menikmati
malam-malammu dengan kepulasan? masihkah? adakah tergerak hatimu untuk
bangkit, bersegera mendekat kepadaNya, memohon ampunanNya walaupun
hanya dengan dua rakaat? tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata. "Akulah
Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa
yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni," Dia terus berkata
demikian hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, bagi kami manusia-manusia
malam, dunia ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami
kehidupan sesungguhnya, sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang
penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap? Apakah kau
menginginkan kehidupan sesungguhnya? maka ikutilah jejak kami,
manusia-manusia malam, kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu
sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, nikmatilah
tidurmu diatas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal
gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya,
maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu.

Semoga Allah mempertemukan kita di sana, di surgaNya, mendapati dirimu
dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam
dan sisi dalamnya terlihat dari luar.

Amin........ .



Selasa, November 11, 2008

CINTA karena ALLAH

Kedudukan Orang Yang Cinta Mencintai Kerana Allah
Sesungguhnya terdapat banyak hadith Rasulullah SAW yang menerangkan kedudukan dan darjat dua manusia yang saling cinta mencintai kerana Allah. Hadis-hadis ini menggambarkan kedudukan mereka yang mulia dan tinggi yang telah disediakan oleh Allah di dalam SyurgaNya.

Di antara hadis-hadis itu ialah yang menceritakan kisah tujuh golongan lelaki atau wanita yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungannya ketika mana tidak ada lagi naungan yang lain kecuali naungan Allah sahaja.


Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya:
"Sebilangan manusia yang dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat Yaitu hari yang tidak ada sebarang naungan padanya selain daripada naungan Allah; di antaranya ialah: Pemerintah yang adil, pemuda yang hidupnya sentiasa dalam mengerjakan ibadah kepada tuhannya, orang yang hatinya sentiasa terikat dengan masjid, dua orang yang berkasih sayang kerana Allah di mana kedua-duanya berkumpul dan berpisah untuk mendapat keredaan Allah, orang yang dipujuk oleh perempuan yang kaya lagi rupawan untuk bersatu dengannya lalu ia menolak dengan berkata:Aku takut kepada Allah orang yang bersedekah secara bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberi oleh tangan kanannya, dan orang yang menyebut atau mengingat Allah dengan keadaan tidak ada dalam ingatannya perkara lain, lalu menitis air matanya kerana mengingatkan sifat Jalal dan sifat Jamal Allah." (Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah )

Ini adalah dalil dan nas yang jelas menggolongkan dia sebagai orang yang berkasih sayang kerana Allah di kalangan tujuh orang yang baik lagi terpilih untuk dinaungi dibawah naungan-Nya di mana masing-masing orang mengharap sangat lindungan dari matahari yang sejengkal saja dari kepala. Inilah penghormatan dan kemuliaan paling tinggi yang dikurniakan oleh Allah kepada mereka. Di manakah lagi kita akan dapati kemuliaan yang seperti itu ???

Sesungguhnya kemulian ialah hak bagi kedua-dua orang yang berkasih sayang kerana Allah S.W.T. Dimana pada hari tersebut (kiamat) Allah Taala Rabbul Izzah menyeru mereka dan mempersilakan mereka untuk menerima anugerah yang paling tinggi, Yaitu pada hari berhimpunnya sekelian bani (anak) Adam di Padang Mahsyar yang maha luas itu.

Di dalam hadis Qudsi yang bermaksud:
"Dimanakah orang-orang yang berkasih sayang kerana kemuliaanku pada hari ini, Aku perlindungi mereka dibawah naungan Ku pada hari yang tiada lagi naungan kecuali nuangan-Ku" (Riwayat Muslim)

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muaz dari Rasulullah S.A.W baginda bersabda:
"Allah Azzawajalla berfirman: orang-orang yang berkasih sayang kerana kemuliaanku, mereka mempunyai beberapa-beberapa mimbar dari cahaya, sangat dicita-citakan tempat-tempat mereka itu oleh para Nabi, Shiddiqin dan Syuhada." (Riwayat At-tirmizi, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim)

"Berhak mendapatkan cintaku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, berhak mendapat cintaku orang-orang yang saling menasihati karena Aku, berhak mendapatkan cintaku orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku, berhak mendapatkan cintaku orang-orang yang saling membei karena Aku, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya." (Riwayat Ibnu Hibban, di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib Wa Tarhib, 3019)

Rasul bersabda, "Barangsiapa ingin merasakan nikmatnya iman, hendaklah dia mencintai saudaranya, dan dia tidak mencintainya kecuali karena Allah." (Riwayat Ahmad dan Al-Hakim dan dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, 2300)

"Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah, melainkan orang yang paling dicintai Allah di antara keduanya adalah yang paling besar kecintaannya kepada saudaranya." (Riwayat Al-Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad, dan di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib Wa Tarhib 3014).

"Wahai manusia, dengarkan dan fahamilah; ketauhilah bahwa Allah memiliki para hamba yang mereka itu bukan para nabi ataupun syuhada. Para nabi dan syuhada ingin seperti mereka, padahal mereka memiliki kedekatan dan kedudukan di sisi Allah."
Seseorang Badui berkata, "Wahai Rasulullah tolong sifatkan mereka kepada kami." Rasulullah lantas tersenyum mendengar ucapan lelaki badui tersebut , dan bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang tidak dikenal dan asing, mereka tidak memiliki tali kekerabatan satu sama lain, mereka saling mencintai karena Allah dan menjadi satu barisan. Allah menyediakan mimbar-mimbar dari cahaya, untuk mereka sebagai tempat duduk mereka dan menjadikan wajah dan pakaian mereka bercahaya. Pada hari kiamat manusia diliputi rasa takut namun mereka tidak, mereka adalah wali-wali Allah, mereka tidak merasa takut dan bersedih." (Riwayat Ahmad, di-shahih-kan Al-Albani dalam Shahihut Targhib 3027)

Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya di surga terdapa pilar-pilar dari yakut, di atasnya ada kamar-kamar dan zamrud. Kamar-kamar ini memiliki pintu yang terbuka dan bersinar seumpama mutiara." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah penghuninya? " Beliau menjawab, "Orang-orang yang saling mencintai karena Allah, orang-orang yang duduk bersama karena Allah dan orang-orang yang bersua karena Allah." (Riwayat Al-Bazzar, dilemahkan oleh Al-Albani dalam At-Targhib dan di-hasan-kan oleh para pen-tahqiq At-Targhib).

Alangkah tingginya kemuliaan mereka. Alangkah sempurnannya ganjaran yang akan mereka dapati kerana mereka berkasih sayang kerana Allah.

Sesungguhnya cinta kerana Allah bukan kerana sesuatu yang lain sahaja yang ada dalam hidup ini. Hidup ini adalah hidup yang penuh dengan pelbagai kepentingan diri dan pelbagai perkara yang disukai oleh hawa nafsu. Jadi, cinta kerana Allah dalam suasana yang demikian sangat payah untuk dicapai dan dicari. Tiada siapa yang mampu mencapainya kecuali orang yang telah bersih jiwanya, tinggi semangatnya dan mereka mampu melihat betapa hinanya dunia ini berbanding keredhaan Allah. Tidak hairanlah kalau Allah telah menyediakan bagi mereka darjat yang tinggi sesuai dengan ketinggian mereka didunia dalam mengatasi segala kesibukan dunia yang serba mewah dan penuh dengan perhiasan ini.

Memang orang sifatnya demikian sangat sukar didapati pada zaman ini, meskipun tidak dapat dinafikan mereka itu ada dalam masyarakat kita masa ini, tetapi terlalu sedikit sekali bilangannya. Mereka tidak semestinya datang dari kalangan saudara-mara, atau kaum kerabat sendiri. Tetapi kalau ada memang itulah yang paling baik sekali, supaya hubungan keluargaan itu menjadi lebih erat dan berpanjangan. Memang itu merupakan suatu nikmat, apabila ada seorang saudara sedarah sedaging mengambil berat terhadap saudaranya, masing-masing memberikan perhatian kepada yang lain dalam serba-serbinya di kehidupan ini.

Yang anehnya, bila orang-orang seperti ini datangnya dari luar kaum kerabat, seperti teman rakan dan sahabat yang tiada hubungan darah di antara kita dengannya, tetapi hubungannya dengan kita dan pengambil-beratanny a dengan diri kita justeru lebih teguh dan erat dari kaum kerabat sendiri. Itulah tandanya persaudaraannya kerana Allah Ta'ala, yang kerana ikhlasnya dalam persahabatannya itu, dia malah memandang kepada kita. Orang-orang yang semacam inilah yang sangat dikasihi oleh Allah Ta'ala, yang disebutkan dalam sabdanya di atas, bahawa 'Aku akan menaunginya nanti di Hari Kiamat di bawah naunganKu!', firman Allah Ta'ala.

Bertuahlah siapa yang sudah mendapat taufiq daripada Allah untuk bersifat dengan sifat ini. Ini adalah kurnia luar biasa, sebab itulah balasannya juga adalah luar biasa. Kalau sudah dijanji Allah akan mendapat lindunganNya di Hari Kiamat, tentulah hidupnya di dunia ini akan dilindungi Allah pula, supaya dia berjalan di atas jalan yang diridhaiNya, tiada menyelewang dari jalanNya yang lurus. Alangkah besarnya cinta yang sedemikian yang mengangkat manusia sampai ke darjat di mana Allah mencintai dan meredhainya. Berbahagialah orang ini, dan mudah-mudahan kita juga akan diberi Allah taufiqNya untuk menjadi orang yang seperti ini, Insya Allah Ta'ala.

Marilah sama-kita renung seketika hadis-hadis Abu Hurairah (R.A) maksudnya: "Bahawasanya ada seorang lelaki yang pergi menziarahi saudaranya (sahabat) di sebuah kampung yang lain, lalu Allah menyuruh malaikat memerhatikannya di atas jalannya. Maka tatkala dia sampai dia berkata : Engkau hendak ke mana ? Lelaki tersebut menjawab: Aku hendak menemui seorang saudara ku di kampung itu. Malaikat bertanya lagi " Adakah engkau telah berbudi kepadanya dan engkau mengharapkan balasannya?" Beliau menjawab " tidak, aku mencintainya kerana Allah" Maka malaikat itu berkata kepadanya "Bahawa sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepada engkau, sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai dia kerana Allah.

Dari kitab Nasihat Agama dan Wasiat Iman oleh Imam Habib Abdullah Haddad :
1) Apabila seseorang mencintai orang lain, bersahabat dan membiasakan diri dengannya, kerana dilihatnya orang itu mencintai Allah dan taat-setia kepada perintah Allah, maka hal sedemikian itulah yang dikatakan bercinta-cintaan kerana Allah Ta'ala.
2) Ataupun jika ia mencintai orang itu dan bersahabat dengannya, kerana orang itu membantunya di dalam selok-belok agama, dan mengarahkannya untuk bertaat-setia terhadap Tuhannya, maka hal sedemikian itu juga dikira bercinta-cintaan kerana Allah.
3) Ataupun jika ia mencintai orang itu dan bersahabat dengannya, kerana orang itu membantunya dalam urusan keduniaan, yang mana dengannya pula ia bisa mengurus urusan akhiratnya, maka itu juga termasuk cinta-mencintai kerana Allah.
4) Ataupun jika ia mencintai orang itu dan bersahabat dengannya, kerana dirinya merasa senang berkawan dengan orang itu, dan dadanya merasa lapang senang berkawan dengan orang itu, dan dadanya merasa lapang bila duduk bersama-sama dengannya.
5) Ataupun orang itu dapat menolongnya di dalam urusan dunianya, dan di dalam hal-ehwal kehidupannya, yang menerusinya ia bisa hidup senang-lenang, maka cinta serupa itu adalah cinta biasa yang tidak ada kena-mengena sedikit pun dengan Allah.
6) Adapun jika ia bersahabat kepada seseorang, kerana orang itu bisa menemaninya untuk pergi ke tempat maksiat, atau membantunya untuk menganiaya orang, ataupun memimpin dan menunjuknya ke jalan-jalan fasik dan mungkar, maka persahabatan serupa itu dan kecintaan serupa itu adalah persahabatan dicela dan kecintaan yang tidak berguna, kerana ia menarik kita ke jalan syaitan, yang tidak kena-mengena dengan Allah. Persahabatan dan kecintaan serupa inilah yang akan bertukar menjadi permusuhan di akhirat.

Kesan Cinta Kepada Allah Di Dalam Kehidupan Orang Islam

Diriwayatkan oleh Anas bahwa seorang laki-laki dari al-Baadiyah bertanya kepada Nabi saww, "Wahai Rasulullah! Bilakah tibanya Hari Qiyamat?�E Tetapi tiba-tiba waktu shalat pun tiba sehingga Nabi saww menunda untuk menjawab pertanyaan orang tersebut. Setelah Nabi menyelesaikan shalatnya, Nabi saww pun bertanya, "Dimana orang yang tadi bertanya tentang Hari Qiyamat?�E Lelaki itu pun datang menjawab, "Aku, ya Rasulullah!�E Nabi bertanya kepadanya, "Apa yang sudah engkau persiapkan untuk itu?�E Laki-laki itu pun berkata, "Demi Allah, tidak banyak amal yang kupersiapkan untuk itu, termasuk shalat dan puasa, kecuali aku sungguh-sungguh mencintai Allah dan Rasul-Nya�E Maka Nabi pun berkata kepadanya,"Seseorang bersama yang dicintainya�E Lalu Anas berkomentar : "Tidaklah kulihat sebelumnya kaum muslimin sebegitu gembiranya karena sesuatu pun setelah Islam melebihi kegembiraan mereka setelah mendengar pernyataan Nabi mengenai hal ini�E (Bihar al-Anwar 17 : 13)

Juga sabda Rasulullah,
"Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka. ('Riwayat At-Tabrani dan di-shahih-kan Al-Albani dalam At-Targhib 3037).

Didalam hadis yang lain Rasulullah SAW menegaskan bahawa sesungguhnya Mahabbah (berkasih sayang) antara orang beriman adalah syarat-syarat iman yang memasukkan penganutnya kedalam syurga.
"Demi yang diriku di dalam genggamannya , kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman sehingga kamu berkasih sayang. Mahukah kamu aku (nabi) tunjukkan sesuatu yang apabila kamu melakukannya maka akan lahirlah kasih sayang? Sebarkan salam di antara kamu." (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Sesungguhnya Rasulullah telah mengetahui dengan pandangan tarbiah yang diperolehi dari Allah, bahawasanya tidak ada sesuatu pun yang dapat mencabut hasad dengki dari dada, dan kekotoran jiwa kecuali persahabatan yang sejati. Satu nilai persahabatan yang tinggi yang menguasai kehidupan orang Islam yang dibangunkan atas dasar Mahabbah, nasihat menasihati, perpaduan, bebas dari segala tipu daya, hasad dengki, benci membenci dan sebagainya.

Dengan kasih sayang yang gemilang inilah, Rasulullah telah membangunkan generasi Islam yang pertama, satu generasi yang telah menyampaikan langit kebumi (rahmat yang melimpah ruah) dan membina mahligai Islam di alam sejagat. Inilah dia kasih sayang dan perpaduan yang tiada siapa sudi menanamnya didalam hati kecuali Islam. Kasih sayang yang suci lagi kukuh dan cinta yang setia di antara mereka jualah yang akan menjayakan perjuangan mereka.

Rasulullah SAW bersabda maksudnya:
"Perumpamaan orang beriman yang berkasih sayang, dan saling rahmat merahmati dan di dalam kemesraan sesama mereka adalah seperti satu tubuh, apabila satu anggota mengadu sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasainya dan membantunya dengan berjaga malam dan demam." (Riwayat Muslim)

Sesungguhnya orang Islam yang menghayati ajaran agamanya akan mempunyai hati dan perasaan yang sentiasa berkobar-kobar untuk mencintai saudara dan sahabatnya. Dia akan menghadapi mereka dengan sepenuh hati dan perasaannya. Inilah asas-asas yang menjadi faktor perpaduan untuk mencapai cinta dan redha Allah di Akhirat kelak.

Fahamkanlah maksud Hadis ini baik-baik, moga-moga Allah merahmati anda! Dan membimbing anda ke jalan yang diridhaiNya, agar anda disayangiNya, serta diberikanNya balasan besar yang memang telah disediakanNya untuk siapa yang disayangiNya. Amin.

Fatwa Saiyidina Umar r.a :
"Orang yang bijaksana, tidaklah dia mahu mencari sahabat melainkan orang-orang yang panjang fikirannya, kuat agamanya, luas ilmunya, tinggi akhalaknya, lanjut akalnya, dan di waktu mudanya bergaul dengan orang-orang yang soleh. Barangsiapa yang melalaikan keteguhan percintaan dari sahabatnya, maka tidaklah dia akan merasai buah persaudaraan orang itu terhadapnya. Barangsiapa yang memutuskan persaudaraan sebab takut dikhianati, maka hiduplah dia dengan tidak bersaudara. Tidaklah ada kesenangan hati yang menyamai kesenangan bersahabat, dan tidaklah ada kedukaan yang melebihi kedukaan apabila putusnya persahabatan itu.�E
"Katakanlah (wahai Muhammad): "Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak kamu, dan saudara-saudara kamu, dan isteri-isteri (atau suami-suami) kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, - (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk ugamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya); kerana Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (derhaka)." (At-Taubah: 24)

Doa Rasulullah s.a.w.: Ya Allah, kurniakalah perasaan cinta kepada-Mu, dan cinta kepada orang yang mengasihi-Mu, dan apa sahaja yang membawa daku menghampiri cinta-Mu. Jadikanlah cinta-Mu itu lebih aku hargai daripada air sejuk bagi orang yang kehausan. Amin...




Kamis, November 06, 2008

G H I B A H

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tahukah kalian, apa itu ghibah" Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Yaitu, engkau menceritakan saudaramu apa yang tidak ia suka." Ada yang bertanya: Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada saudaraku?. Beliau menjawab: "Jika padanya memang ada apa yang engkau katakan, maka engkau telah mengumpatnya (menjadikannya ghibah) dan jika tidak ada, maka engkau telah membuat kebohongan atasnya (menjadikannya fitnah)." Riwayat Muslim.

Ilmu dan pengetahuan biasanya disandingkan dalam satu kata, padahal keduanya mempunyai substansi yang berbeda seseorang yang mempunyai pengetahuan belum tentu mempunyai ilmu dibidang sesuatu yang dia ketahui, begitu juga dengan orang yang berilmu belum tentu selalu menerima informasi atau pengetahuan mengenai ilmu yang dia dalami.

Seiring dengan kemajuan dalam bidang telekomunikasi maka penyebaran informasi melalui berbagai media terjadi setiap saat. Sayangnya tidak setiap infomasi yang kita terima mempunyai nilai kebenaran atau mempunyai nilai keilmuan didalamnya. Namun tetap saja kebutuhan akan informasi tersebut tidak bisa dibendung dan hal ini sering dimanfaatkan sebahagian orang untuk menggiring opini publik pada tujuan yang di kehendakinya, sehingga tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa jika ingin menguasai dunia maka kuasailah berbagai media informasi dan hal ini tebukti dimana ummat Islam sering terpojok oleh pemberitaan negatif dari berbagai media baik di luar maupun didalam negeri.

Menyampaikan informasi mengenai keadaan orang lain jika tidak hati-hati maka akan menjadi dilema karena jika tidak disebut ghibah maka akan disebut fitnah, namun belakangan ini hal tersebut sering diabaikan bahkan dengan menggunakan alasan yang paling logis dan tampak bijaksana seperti " mudah-mudahan dengan membahas hal ini bisa menjadi pelajaran dan bahan renungan agar kelak tidak terjadi lagi dikemudian hari " . padahal pelajaran itu disimpan di hati bukan di mulut.

Dalam salah satu kisah celoteh para munafikun, mereka berkata " Cara terbaik menyembunyikan keburukan kita adalah dengan mengungkapkan keburukan orang lain, dan jika kita tidak mendapatkannya maka lekatkan keburukan kita pada mereka sambil kita berpura-pura menasehati mereka dengan logika para dewa"

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." ( QS 60:5)



Senin, November 03, 2008

ketika NIKMAT berBICarA

Memang Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sekalipun kita durhaka kepada-Nya, tetap saja Dia memberi kita banyak kenikmatan. Namun Dia tidak memberikan "iman" kepada hamba-hamba- Nya yang durhaka. Sudah seharusnya kita merenungkan hal ini. Apakah kita akan menjual iman dengan harga yang murah, padahal harga iman itu setara dengan surga.

Kita menjadi makhluk-Nya yang kufur setelah kita melalui kenikmatan itu tanpa berterima kasih kepada-Nya. Jika kita berterima kasih kepada orang yang memberikan bantuan kepada kita, sesungguhnya Allah-lah yang lebih berhak dan lebih banyak kita haturkan terima kasih. Karena kenikmatan yang Dia berikan, tiada terhitung jumlahnya. Mulai dari udara yang kita hirup, mata yang berkedip, hingga kita dapat mengeluarkan kotoran dari anus kita. Semua itu kenikmatan yang tiada ternilai harganya. Jika Anda mengucapkan kata "Alhamdulillah" ketika memperoleh kenikmatan, itu sudah cukup bagi Allah, tapi jika dibandingkan nikmat pemberian-Nya, jauh sekali dari standar yang semestinya.

Pada hakikatnya, rasa syukur kita bukan untuk Allah, melainkan untuk diri kita sendiri. Kekuasaan Allah tidak akan bertambah dengan banyaknya orang yang bersyukur dan tidak akan berkurang dengan banyaknya orang yang kufur. Begitupun dengan perintah-perintah Allah yang harus kita jalankan dalam kehidupan ini, semuanya adalah untuk diri kita sendiri. Bukankah jika kita bersyukur, Allah akan menambahkan kenikmatan untuk kita? Dan bukankah jika kita kufur, azab-Nya amatlah pedih?

Begitu tingginya maqam syukur, sehingga banyak ulama yang mengatakan bahwa syukur adalah separoh dari iman. Mengapa? Karena syukur adalah pintu gerbang untuk mengenal Allah dan mengenal diri kita sendiri. Ketika kita mengucapkan "Alhamdulillah" , sesungguhnya kita sedang mengatakan bahwa seluruh puji-pujian hanyalah milik Allah (Tuhan semesta alam. Ketika kita memperlihatkan kenikmatan yang diberikan-Nya, sesungguhnya kita sedang mengatakan (dengan bahasa tubuh kita (Bahwa semua itu berasal dari-Nya, bukan dari usaha kita sendiri. Jika Allah menghendaki kehinaan pada diri seseorang, maka tak akan ada orang yang sanggup membuatnya mulia. Kehinaan tetap melekat padanya seumur hidupnya.

Mari kita renungkan enam kenikmatan besar berikut ini, dan semoga kita dapat menjadi bagian dari orang-orang yang bersyukur setelah mengetahuinya.

Nikmat iman dan Islam
Inilah nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hamba- Nya. Inilah nikmat yang mengantarkan seseorang ke surga-Nya (Bpuncak kebahagiaan dan keabadian. Kita bersyukur telah dilahirkan sebagai seorang muslim, sementara masih banyak orang di luar sana tersesat jalan hidupnya. Kita juga dengan sangat mudah mengerjakan shalat atau menggenakan jilbab di depan keluarga kita, karena keluarga kita muslim. Sementara ada orang yang berusaha menyembunyikan keislamannya karena bila ketahuan, ia akan dihukum, disiksa, dan dikucilkan oleh keluarganya yang notabene kafir.

Karena keimananlah, Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh Namrudz, Nabi Yahya digergaji tubuhnya hingga syahid, Nabi Yusuf rela tidak mendapatkan kenikmatan bersetubuh dengan wanita secantik Zulaikha, Nabi Muhammad dihina dan dicaci maki oleh pamannya sendiri, Bilal rela tubuhnya dihimpit batu besar ditengah sahara, Sumayyah dan Yasir syahid dengan penuh luka disekujur tubuhnya, dan Ammar (Banaknya (Bmenangis sejadi-jadinya melihat kondisi kedua orangtuanya tersebut.

Karena keimananlah, Ibnu Taimiyah dipenjara hingga wafatnya, Hasan al-Banna syahid diterjang peluru durjana, Sayyid Quthb digantung oleh thagut, Abdullah Azzam dan putranya syahid dalam sebuah ledakan besar, Ahmad Yasin tak pernah berhenti berjuang walau separuh tubuhnya lumpuh. Dimanakah kita berada saat mereka mengikrarkan kalimat iman dan Islam dalam perjuangan mereka? Dimanakah kita berada saat ruh, jiwa, dan tubuh mereka bersimbah darah?

Subhanallah, sudah seharusnya kita menjadi bagian dari mereka. Airmata ini sudah selayaknya bercucuran ketika mengenang perjuangan mereka. Wahai sahabatku, janganlah engkau gadaikan imanmu dengan harga yang murah, yaitu menjadi murtad dan membelakangi para mujahid. Istiqomahlah dan berpegang teguhlah! Islam ibarat intan berlian, dilihat dari sisi manapun tetap memancarkan kemilau. Islam adalah kebenaran yang nyata, tak terbantahkan!

Nikmat sehat
Ada yang sakit hingga tubuhnya rebah dipembaringan; ada yang lumpuh hingga tak dapat menggerakkan salah satu anggota tubuhnya; ada yang bisu hingga tak dapat berbicara; ada yang buta hingga tak dapat melihat; ada yang kaki dan tangannya diamputasi karena sebuah kecelakaan; ada yang tidak bisa membuang kotoran dalam tubuhnya; bahkan ada yang tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa berbaring menunggu ajal!

Lebih dari yang kita rasakan ketika kita sakit, sakit kita tak seberapa tapi kita banyak mengeluh; pusing sedikit, mengeluh; panas sedikit, mengeluh; uang sedikit, mengeluh; apakah kita hanya bisa mengeluh? Bukankah masih banyak saudara-saudara kita yang lebih parah dari kita? Lebih miskin dari kita? Tapi mereka toh tidak mengeluh!

Oh, mujahid Palestina, Irak, dan Afghan, serta mujahid dibelahan bumi manapun, sesungguhnya kami malu pada kalian. Setiap hari ada saja luka menganga akibat terjangan peluru atau pecahan bom, tapi kalian tetap bersabar. Hari-hari kalian begitu mencekam dan dilalui dengan huru-hara peperangan, tetapi wajah kalian tetap memancarkan keceriaan. Karena kalian memiliki iman yang lurus, maka kalian menjadi orang yang tidak pernah menyerah.

Nikmat harta
Orang-orang kaya belum tentu bahagia, demikian kata Donald Trump, pengusaha terkenal AS, buktinya, dia merasa tidak bahagia dan ada orang yang miskin namun tetap bahagia. Engkau lihat, para petani begitu asyik dengan lauk pauk yang dihidangkan istrinya ditengah hamparan luas sawah dan ladang. Namun, engkau lihat orang kaya yang dilarang makan ini dan itu oleh dokternya karena suatu penyakit yang kronis, atau tak berselara dengan segala bentuk hidangan menggiurkan karena stres.

Harta yang sedikit tapi dapat dinikmati dengan sepenuh jiwa, lebih baik daripada banyak tapi hanya menambah penyakit jiwa.

Jika Allah memberima banyak harta, itu adalah kenikmatan yang seluruhnya berasal dari-Nya, bukan dari hasil usahamu. Janganlah engkau seperti Qarun yang mengatakan bahwa harta yang ia peroleh sepenuhnya berasal dari usahanya sendiri, bukan dari pemberian Allah. Cara bersyukurmu adalah dengan memberikan sebagiannya untuk zakat dan sedekah. Dengannya kenikmatan itu akan bertambah, bukan hanya bertambahnya harta, tapi yang lebih penting adalah bertambahnya pahala, keberkahan, dan keimanan.

Nikmat ilmu
Allah akan mempermudah jalan ke surga bagi muslim yang menuntut ilmu. Kenikmatan menuntut ilmu terlihat dari konsistensi dalam menuntut ilmu dan aktivitas amal shalih yang kerap kita lakukan. Begitu asyiknya membaca hingga kita banyak mendapatkan pengetahuan dan pencerahan. Selepas membaca buku ini, kita membaca buku yang lain, begitulah seterusnya; kita tenggelam dalam lautan buku. Jika kita tenggelam di tengah lautan, kita akan mati. Tapi tidak jika kita tenggelam dalam lautan buku, kita akan bertambah haus dan rasa keingintahuan kita semakin bertambah.

Penelitian menunjukkan bahwa banyak membaca dapat memberikan kesehatan pada tubuh kita, salah satunya terhindar dari kepikunan (dimensia). Engkau dapat mengetahuinya dari para ulama yang tetap produktif menulis dan berkarya walau usianya sudah sepuh. Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam usianya yang ke 81, tetap aktif berkarya dan menulis. Bandingkan dengan orang-orang yang seusia dengannya namun otaknya sudah "beku" dan hanya bisa merepotkan orang lain saja.

Jika engkau mendapatkan nikmat ilmu, berbahagialah dan bersyukurlah, karena (Bkata Imam Ibnu al-Jauzy $B!&(Btidak ada kenikmatan inderawi yang lebih besar daripada kenikmatan dalam menuntut ilmu.

Nikmat ibadah
Selepas shalat fardhu, doa dan dzikir dilafadzkan, lalu shalat sunat dikerjakan, dengan hati yang khusyu dan syahdu. Jiwa dan raga ini berpaut menjadi satu memeluk kehangatan ibadah kepada-Nya. Jika demikian, tiada yang dapat menghalanginya beribadah meskipun kesenangan-kesenang an duniawi di depan mata.

Selepas berbuka dengan dua buah korma, ada hidangan begitu menggiurkan di atas meja. Air liur pun bisa saja turun membasahi kerongkongan. Tapi bagi orang yang merasakan nikmatnya ibadah, panggilan Allah untuk shalat jauh lebih menggiurkan baginya. Begitulah ciri khas orang yang merasakan nikmatnya ibadah. Dia merasakan jika tidak beribadah, seolah-olah seluruh tubuhnya lumpuh dan jiwanya mati rasa.

Nikmat waktu
Detik demi detik berlalu. Jam demi jam berlalu hingga kita mati! Kita pasti mati, tapi kini kita masih hidup! Oh waktu, sudah berlalu sekian lamanya. Yang lalu tak mungkin kembali lagi. Yang akan datang masih dalam angan-angan. Sudah banyak waktu yang terbuang percuma, tapi tetap kita merasa aman-aman saja. Bukankah disana ada seribu pedang yang siap menyayat-nyayat tubuh?

Motivator terkenal, John C. Maxwell dalam bukunya, mengutip sebuah penelitian yang menyebutkan tentang bagaimana rata-rata orang Amerika yang mencapai usia 72 tahun menggunakan waktu mereka:
21 tahun untuk tidur
14 tahun untuk bekerja
7 tahun untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
6 tahun untuk makan
6 tahun untuk melakukan perjalanan
5 tahun untuk menunggu giliran
4 tahun untuk belajar
3 tahun untuk menghadiri pertemuan
2 tahun untuk menjawab telepon
1 tahun untuk mencari barang-barang yang hilang
3 tahun untuk kegiatan-kegiatan lainnya

Selanjutnya beliau mengatakan, "Bila kita menargetkan untuk mencapai keberhasilan selama masa kerja kita berarti kita hanya punya waktu yang singkat untuk melakukannya, yakni kurang dari seperlima dari seluruh waktu yang kita miliki."

Nikmat waktu ini adalah nikmat yang berharga dalam hidup kita. Itu artinya, masih ada waktu untuk bertaubat, beribadah, menuntut ilmu, dan mengerjakan amal-amal shalih lainnya.

Demikianlah nikmat, begitu banyaknya melekat pada diri kita dan kehidupan kita, membuat Allah menegur kita secara berulang-ulang $B!&(Bdengan nada bertanya $B!&(Bdalam surat ar-Rahman: "Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan". Ketika Rasulullah dihina oleh orang-orang kafir dengan sebutan "batara", yang artinya keturunannya terputus karena anak laki-laki beliau semuanya mati. Lalu Allah menurunkan ayat yang berbunyi: "Inna a'thaina kal kautsar - sesungguhnya Allah telah memberimu kenikmatan yang banyak," sebagai hiburan kepada Rasulullah Saw.. Dan jika memang demikian adanya, mengapa kita mesti bersedih dengan hilangnya satu nikmat? Bukankah Allah telah banyak memberi kita kenikmatan yang lain, yang jauh lebih besar dari kenikmatan yang hilang itu?

http://abufarras. blogspot. com



Sabtu, November 01, 2008

NASIHAT AA' GYM

~> Jika kita memilihara kebencian dan dendam, maka seluruh waktu dan pikiran yang kita miliki akan habis dan kita tidak akan pernah menjadi orang yang produktif.

~> Kekurangan orang lain adalah ladang pahala bagi kita untuk memaafkannya, mendoakannya, memperbaikinya dan menjaga aibnya.

~> Bukan gelar atau jabatan yang menjadi orang menjadi mulia. Jika kualitas pribadi buruk, semua itu hanyalah topeng tanpa wajah.

~> Ciri seorang pemimpin yang baik akan nampak dari kematangan pribadi, buah karya, serta integrasi antara kita dengan perbuatannya.

~> Jika kita belum bisa membagikan harta, kalau kita tidak bisa membagikan kekayaan, maka bagikanlah contoh kebaikan.

~> Jangan pernah menyuruh orang lain sebelum menyuruh diri sendiri, jangan pernah melarang orang lain sebelum melarang diri sendiri.

~> Pastikan kita sudah bersedekah hari ini, baik dengan materi, dengan ilmu, tenaga, atau minimal dengan seyuman yang tulus.

~> Para pembohong akan dipenjara oleh kebohongannya sendiri, orang yang jujur akan menikmati kemerdekaan dalam hidupnya.

~> Bila memiliki banyak harta, kita akan menjaga harta. Namun jika kita memiliki banyak ilmu, maka ilmulah yang akan menjaga kita.

~> Kalo hati kita bersih, tak ada waktu untuk berpikir licik, curang atau dengki sekalipun.

~> Bekerja keras adalah bagian dari fisik, bekerja cerdas merupakan bagian dari otak, sedangkan bekerja ikhlash ialah bagian dari hati.

~> Jadikanlah setiap kritik bahkan penghinaan yang kita terima sebagai jalan untuk memperbaiki diri.

~> Kita tidak pernah tahu kapan kematian akan menjemput kita, tapi kita tahu persis seberapa banyak bekal yang kita miliki untuk menghadapinya.