THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Kamis, November 06, 2008

G H I B A H

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tahukah kalian, apa itu ghibah" Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Yaitu, engkau menceritakan saudaramu apa yang tidak ia suka." Ada yang bertanya: Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada saudaraku?. Beliau menjawab: "Jika padanya memang ada apa yang engkau katakan, maka engkau telah mengumpatnya (menjadikannya ghibah) dan jika tidak ada, maka engkau telah membuat kebohongan atasnya (menjadikannya fitnah)." Riwayat Muslim.

Ilmu dan pengetahuan biasanya disandingkan dalam satu kata, padahal keduanya mempunyai substansi yang berbeda seseorang yang mempunyai pengetahuan belum tentu mempunyai ilmu dibidang sesuatu yang dia ketahui, begitu juga dengan orang yang berilmu belum tentu selalu menerima informasi atau pengetahuan mengenai ilmu yang dia dalami.

Seiring dengan kemajuan dalam bidang telekomunikasi maka penyebaran informasi melalui berbagai media terjadi setiap saat. Sayangnya tidak setiap infomasi yang kita terima mempunyai nilai kebenaran atau mempunyai nilai keilmuan didalamnya. Namun tetap saja kebutuhan akan informasi tersebut tidak bisa dibendung dan hal ini sering dimanfaatkan sebahagian orang untuk menggiring opini publik pada tujuan yang di kehendakinya, sehingga tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa jika ingin menguasai dunia maka kuasailah berbagai media informasi dan hal ini tebukti dimana ummat Islam sering terpojok oleh pemberitaan negatif dari berbagai media baik di luar maupun didalam negeri.

Menyampaikan informasi mengenai keadaan orang lain jika tidak hati-hati maka akan menjadi dilema karena jika tidak disebut ghibah maka akan disebut fitnah, namun belakangan ini hal tersebut sering diabaikan bahkan dengan menggunakan alasan yang paling logis dan tampak bijaksana seperti " mudah-mudahan dengan membahas hal ini bisa menjadi pelajaran dan bahan renungan agar kelak tidak terjadi lagi dikemudian hari " . padahal pelajaran itu disimpan di hati bukan di mulut.

Dalam salah satu kisah celoteh para munafikun, mereka berkata " Cara terbaik menyembunyikan keburukan kita adalah dengan mengungkapkan keburukan orang lain, dan jika kita tidak mendapatkannya maka lekatkan keburukan kita pada mereka sambil kita berpura-pura menasehati mereka dengan logika para dewa"

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." ( QS 60:5)