THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Jumat, Juli 25, 2008

Jangan Yatimkan Anakmu !

Di suatu bulan, di suatu minggu dan di suatu hari kemarin ada seuntai kalimat yang membuat hatiku trenyuh dan tanpa sadar membuatku merenung jauh, melesat dalam gemuruh rasa yang terpancar dari kedalaman hati sang pengucap.
Ketika itu ada seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahunan menyambut kedatangan sang ayah yang telah dinanti-nantikannya . Dia menggelayut manja di lengan sang ayah, menggandeng dan menariknya menuju pusat perhatiannya sambil bibir mungilnya terlontar ucapan,"Yah, ayah engga kangen sama aku tah ?"

Sungguh ucapan itu begitu bermakna sampai membuahkan keharuan yang menyeruak dada karena kutahu begitu jauh jarak yang terbentang antara dia dengan ayahnya dalam separuh usia yang telah dilaluinya. Terlebih lagi bentangan jarak itu bukan hanya disebabkan oleh jauhnya tempat sang ayah bekerja tetapi juga adanya bentangan jarak batin antara ayah dan ibunya, sehingga tanpa disadari dialah yang sedikit banyak merasakan dampaknya.
Di suatu bulan, di suatu minggu dan di suatu hari yang lain, selepas subuh, di jalanan depan rumahku terdengar pula suara tangisan seorang anak seusia lima tahunan. Dengan langkah berat terseret-seret oleh gelora perasaannya, dia menangis memanggil ibunya, "Ibuk...ibukkk !" yang sudah berjalan jauh di depanya. Tanpa hirau, sang ibu tetap berjalan dengan cepatnya seolah sudah enggan menanti langkah sang anak yang juga membawa beban di tangannya. Setiap hari selepas subuh, ibu dan anak itu dengan berjalan kaki yang cukup jauh menghampiri setiap warung yang ada di sekitar komplek itu untuk menitipkan kue-kue hasil buatannya. Kadang si anak ditinggalkannya sendirian di rumah. Sang suami pergi entah kemana, bekerja ke luar pulau katanya. Beban berat hidupnya mungkin tak kuasa ditanggungnya sehingga terlihat pudar kasihnya pada sang anak. Anak yang masih senang-senangnya main, anak yang masih senang-senangnya bermanja ria, anak yang semestinya sudah harus
mengenal bangku sekolah. Betapa memiriskan hati.
Sungguh, apalah daya seorang anak kecil dalam perjuangan hidupnya, jika tanpa ada kasih sayang Allah yang menyinari orang-orang di sekelilingnya terutama kedua orang tuanya sehingga mereka pun menyayanginya. Kepada siapa seorang anak kecil akan bermanja ria jika tidak kepada orang tuanya, kepada siapa ia akan berbagi cerita jika tidak kepada orang tuanya, kepada siapa ia akan berkeluh kesah jika tidak kepada orang tuanya, kepada siapa ia akan meminta jika tidak kepada orang tuanya, kepada siapa ia akan berharap jika tidak kepada orang tuanya. Sungguh, orang tuanyalah tumpuan hidupnya di masa kecil. Coba rasakanlah dirimu sebagai seorang balita, apa yang kau rasakan jika seandainya tidak kau rasakan kasih sayang orang tuamu ? Banyak anak yatim di sekitar kita dan banyak juga anak-anak yang diyatimkan oleh orang tua mereka sendiri. Karena itu hai para orang tua, ingatlah akan amanah yang begitu besar yang dianugerahkan Allah dengan kehadiran seorang anak.
Jangan mementingkan egomu sendiri, berjuanglah berdua dalam mengemban amanah Allah yang mulia ini. Betapa pun beban berat yang harus ditanggung, jangan sedikitpun mengurangi limpahan kasih sayang pada anak. Anak mutlak membutuhkan kasih sayang yang tulus dari orang tuanya, selebihnya dia akan tahu sendiri kewajibannya.

by: "firliana putri"


Selasa, Juli 22, 2008

Jangan Salah Memilih Teman

Di dalam al-Qur`an dan as-Sunnah, penyebutan kata-kata; al-Qarin, ar-Rafiq dan al-Khalil (semuanya memiliki makna yang mirip: orang yang selalu menyertai, teman, kekasih) selalu diiringi dengan arahan-arahan yang bermanfaat dan isyarat-isyarat edukatif yang penting. Manakala seseorang dalam kehidupan ini harus memiliki teman yang dapat mengajaknya bicara,
curhat, menghibur dan menasehatinya; maka masalah memilih teman tentu menjadi amatlah penting. Karena itu, harus ada kesungguhan dalam memilih orang yang kita senangi dan kita kasihi. Sebab seseorang diukur berdasarkan agama temannya. Seseorang akan bersama orang yang ia cintai. Para ulama sering mengatakan, "Seseorang tidak semestinya menyepelekan hal memilih siapa yang layak dijadikan teman, sebab pertemanan itu memiliki pengaruh yang teramat besar bagi seseorang." Mengenai hal ini, Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam pernah bersabda, "Seseorang (diukur) berdasarkan agama temannya; maka hendaklah salah seorang di antara kamu melihat siapa yang ia jadikan kekasih (teman)." (HR.Abu Daud, dishahihkan Syaikh al-Albani)


Kriteria Seorang Teman

Para ulama juga telah menyebutkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi
oleh seorang teman (sahabat). Ibn al-Jauzi menyebutkan lima kriteria seorang
teman:


A.. Pertama, Hendaknya ia seorang yang berakal.

B.. Kedua, Berakhlak baik.

c.. Ketiga, Tidak fasik.

d.. Keempat, Bukan ahli bid'ah.

e.. Kelima, Tidak ambisius terhadap dunia. (Mukhtasar Minhaj al-Qashidin,
91/92)


Para ulama mengatakan, "Siapa saja yang kriteria-kriteria itu terkoleksi
pada dirinya, maka pertemanannya tidak hanya bermanfaat di dunia semata,
tetapi juga bermanfaat di akhirat kelak. Karena itu, hendaknya pengertian
ini diarahkan kepada perkataan sebagian ulama Salaf, 'Perbanyaklah saudara,
sebab setiap Mukmin mendapatkan syafaat di hari Kiamat.'"(Syarh al-Asbab al-
Asyrah al-Mujibah Li Mahabatillah, hal.145)

Alasan Memilih Teman Yang Baik

Di antara alasan kenapa kita harus mengikat teman yang baik dan tulus adalah
karena besarnya pengaruh dan perlindungannya kepada kita di saat-saat kritis
Adakah yang lebih mulia dan berharga dari seorang teman, yang sekalipun
tidak dilahirkan dalam perut ibu yang sama denganmu, namun ia menjadi sebab
kamu mendapatkan syafaat dan selamat dari neraka.? Dalam ash-Shahihain,
terdapat pengukuhan adanya syafaat orang-orang beriman. Rasulullah
shallallahu 'alahi wasallam bersabda, "Lalu para Nabi memberikan syafaat,
demikian pula para malaikat dan orang-orang beriman." (HR.al-Bukhari dan
Muslim)

Dalam hadits yang lain disebutkan bagaimana orang-orang beriman kelak
mendebat Rabb mereka karena saudara-saudara mereka dijerumuskan ke dalam
neraka. Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, "Allah
menyelamatkan orang-orang beriman dari api neraka. Maka tidaklah pendebatan
salah seorang di antara kamu bagi saudaranya dalam kebenaran yang
diperbuatnya di dunia lebih keras dari pendebatan orang-orang beriman
terhadap Rabb mereka tentang saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke
neraka. Mereka berkata, 'Rabb kami, mereka itu adalah saudara-saudara kami
yang dulu shalat bersama kami, berpuasa bersama kami dan berhaji bersama
kami, namun mereka telah Engkau masukkan ke neraka.' Rabb berfirman,
Pergilah, lalu keluarkanlah orang yang kamu kenal di antara mereka.' Lalu
mereka mendatangi mereka (para penghuni neraka itu), lalu mengenal mereka
dengan rupa-rupa mereka, di mana api tidak melahap rupa-rupa mereka itu; di
antara mereka ada yang disambar api hingga pertengahan kedua betisnya, ada
lagi yang disambar hingga kedua tumitnya, lalu mereka mengeluarkan mereka."
(HR.Ibn Majah, dishahihkan oleh al-Albani)

Betapa banyak orang sesat gara-gara teman yang rusak (baca: brengsek) atau
sekelompok teman-teman yang nakal. Dan betapa banyak pula orang-orang yang
berada di tepi jurang kehancuran, lalu Allah menyelamatkan mereka dari
neraka melalui teman-teman yang baik tersebut dan kondisinya berubah kepada
kondisi yang lain; dari buta menjadi dapat melihat dan dari sesat menjadi
mendapatkan petunjuk. Hal itu merupakan karunia dari Allah subhanahu wata
aala, yang dianugerahkan kepada orang yang dikehendaki- Nya. Dan itu baru
salah satu dari sekian banyak pengaruh pertemanan yang baik.

Ada beberapa pengaruh lainnya yang dijelaskan oleh para ulama. Umar bin
al-Khaththab, misalnya pernah mencoba untuk menghitung-hitung sedikit dari
pengaruh-pengaruh teman-teman yang baik tersebut. Ia mengatakan, "Hendaklah
kamu memiliki saudara-saudara yang jujur, niscaya kamu dapat hidup di bawah
naungan mereka, sebab mereka adalah perhiasan di masa senang dan bekal di
masa sulit."

Ibn al-Qayyim juga meriwayatkan dari para ulama enam sifat dan manfaat
bergaul dengan orang-orang yang shalih, yaitu: pindah dari ragu menjadi
yakin, dari Riya` menjadi ikhlash, dari lalai menjadi ingat, dari suka dunia
menjadi suka akhirat, dari sombong menjadi Tawadhu dan dari niat yang buruk
menjadi nasehat. (Syarh al-Asbab, hal.146)

Bagi siapa yang membaca Kitabullah dan merenunginya, maka tentu ia akan
menemukan obat penyembuh dan seruan agar berteman dengan orang-orang baik,
serta peringatan untuk tidak berteman dengan orang-orang yang jahat. Allah
subhanahu wata'aala berfirman, (artinya) "Dan bersabarlah kamu bersama
dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS
al-Kahf:28) Bilamana hal ini adalah seruan dan peringatan di dunia, maka
permasalahannya di akhirat kelak lebih keras dan seram lagi, sebagaimana
firman-Nya, (artinya) "Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim itu
menggigit dua tangannya, seraya berkata, 'Aduhai kiranya (dulu) aku
mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul shallallahu 'alahi wasallam.
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan
jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur'an
ketika al-Qur'an telah datang kepadaku. Dan syaitan itu tidak akan menolong
manusia.'" (QS.al-Furqan: 27-29)

Sungguh betapa besar fitnah dalam memilih teman di antara dua kelompok.
Allah subhanahu wata'aala berfirman, (artinya) "Teman-teman akrab pada hari
itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang
yang bertakwa." (QS.az-Zukhruf: 67)

Terlebih lagi, bagaimana mungkin ada orang yang merasa enggan untuk memilih
teman yang shalih dan baik sedang ia mendengar Nabi shallallahu 'alahi
wasallam pernah bersabda, "Sesungguhnya di tengah hamba Allah subhanahu wata
aala ada orang-orang yang mereka itu bukanlah para Nabi ataupun para syahid,
namun para Nabi dan para syahid merasa iri terhadap mereka karena kedudukan
mereka di sisi Allah subhanahu wata'aala." Para shahabat bertanya, "Wahai
Rasulullah, siapakah mereka itu.?" Beliau menjawab, "Mereka adalah suatu
kaum yang saling mencinta dengan Ruh Allah, tanpa Ada ikatan rahim di antara
mereka dan tanpa memiliki harta yang saling mereka berikan. Demi Allah,
sesungguhnya wajah mereka memiliki cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di
atas cahaya, tidak merasa takut saat manusia takut, dan tidak bersedih saat
manusia bersedih." Kemudian beliau membacakan ayat ini, (artinya) "Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS.Yunus:62)

Dari itu pula, sungguh adalah bencana, fitnah, kesia-siaan dan kerugian
bilamana di dunia ini kamu mengambil teman yang buruk dan sahabat yang rusak
Sebab teman model ini, bila kamu berkeinginan untuk melakukan suatu hal
yang baik, ia akan menghalangimu; bila kamu lamban dalam melakukan perkara
buruk atau malu melakukan hal yang mungkar, ia akan mendesak, menyugesti,
menggoda dan mengiming-imingimu. Ia akan berupaya menjauhkanmu dari
komunitas orang-orang baik. Ia mempersilahkanmu duduk di atas hidangan
keburukan, bergabung dengan kafilah orang-orang jahat. Kamu tidak akan
merasa aman dari kelicikannya dan tidak dapat merahasiakan bila terlihat
bersama mereka. Sungguh merupakan karunia dan nikmat yang besar manakala
Allah subhanahu wata'aala membimbingmu kepada teman yang baik. Karena itu
patut bagimu untuk senantiasa bersyukur.!

(Sumber: Ikhtiyar ar-Rafiq, DR.Sulaiman al-Oadah) oleh: Abu Hafshoh.

Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta'ala, Menyampaikan Kebenaran adalah
kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah
dengan menyampaikan Artikel ini kepada saudara-saudara kita yang belum
mengetahuinya.
Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita. Aamiin


Rabu, Juli 16, 2008

13 Sifat LAKI 2 yg tdk disukai WANITA

Oleh: DR. Amir Faishol Fath

Para istri atau kaum WANITA adalah manusia yang juga mempunyai hak tidak suka kepada laki-laki karena beberapa sifa-sifatnya. Karena itu kaum lelaki tidak boleh egois, dan merasa benar. Melainkan juga harus memperhatikan dirinya, sehingga ia benar-benar bisa tampil sebagai seorang yang baik. Baik di mata Allah, pun baik di mata manusia, lebih-lebih baik di mata istri. Ingat bahwa istri adalah sahabat terdekat, tidak saja di dunia melainkan sampai di surga. Karena itulah perhatikan sifat-sifat berikut yang secara umum sangat tidak disukai oleh para istri atau kaum WANITA. Semoga bermanfaat.

Pertama, Tidak Punya Visi
Setiap kaum wanita merindukan suami yang mempunyai visi hidup yang jelas.
Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan
mulia. Dalam pembukaan surah An Nisa´:1 Allah swt. Berfirman: "Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan
daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu�. Dalam
ayat ini Allah dengan tegas menjelaskan bahwa tujuan hidup berumah tangga
adalah untuk bertakwa kepada Allah. Takwa dalam arti bersungguh
mentaati-Nya. Apa yang Allah haramkan benar-benar dijauhi. Dan apa yang
Allah perintahkan benar ditaati.
Namun yang banyak terjadi kini, adalah bahwa banyak kaum lelaki atau para
suami yang menutup-nutupi kemaksiatan. Istri tidak dianggap penting. Dosa
demi dosa diperbuat di luar rumah dengan tanpa merasa takut kepada Allah.
Ingat bahwa setiap dosa pasti ada kompensasinya. Jika tidak di dunia pasti
di akhirat. Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena
keberanian para suami berbuat dosa. Padahal dalam masalah pernikahan Nabi
saw. bersabda: "Pernikahan adalah separuh agama, maka bertakwalah pada
separuh yang tersisa.�
Kedua, Kasar
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk
yang bengkok. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat
laki-laki. Karena itu Nabi saw. menjelaskan bahwa kalau wanita dipaksa
untuk menjadi seperti laki-laki tulung rusuk itu akan patah. Dan patahnya
berarti talaknya. Dari sini nampak bahwa kaum wanita mempunyai sifat ingin
selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Karena itu Allah
memerintahkan para suami secara khusus agar menyikapi para istri dengan
lemah lembut: Wa´aasyiruuhunna bil ma´ruuf (Dan sikapilah para istri itu
dengan perlakuan yang baik) An Nisa: 19. Perhatikan ayat ini menggambarkan
bahwa sikap seorang suami yang baik bukan yang bersikap kasar, melainkan
yang lembut dan melindungi istri.
Banyak para suami yang menganggap istri sebagai sapi perahan. Ia dibantai
dan disakiti seenaknya. Tanpa sedikitpun kenal belas kasihan.
Mentang-mentang badannya lebih kuat lalu memukul istri seenaknya. Ingat
bahwa istri juga manusia. Ciptaan Allah. Kepada binatang saja kita harus
belas kasihan, apalagi kepada manusia. Nabi pernah menggambarkan seseorang
yang masuk neraka karena menyikas seekor kucing, apa lagi menyiksa seorang
manusia yang merdeka.
Ketiga, Sombong
Sombong adalah sifat setan. Allah melaknat Iblis adalah karena
kesombongannya. Abaa wastakbara wakaana minal kaafiriin (Al Baqarah:34).
Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan
hanyalah hak priogatif Allah. Allah berfirman dalam hadits Qurdsi:
"Kesombongan adalah selendangku, siapa yang menandingi aku, akan aku
masukkan neraka.� Wanita adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat
bertentangan dengan kelembutan wanita. Karena itu para istri yang baik
tidak suka mempunyai suami sombong.
Sayangnya dalam keseharian sering terjadi banyak suami merasa bisa
segalanya. Sehingga ia tidak mau menganggap dan tidak mau mengingat jasa
istri sama sekali. Bahkan ia tidak mau mendengarkan ucapan sang istri.
Ingat bahwa sang anak lahir karena jasa kesebaran para istri. Sabar dalam
mengandung selama sembilan bulan dan sabar dalam menyusui selama dua
tahun. Sungguh banyak para istri yang menderita karena prilaku sombong
seorang suami.
Keempat, Tertutup
Nabi saw. adalah contoh suami yang baik. Tidak ada dari sikap-sikapnya
yang tidak diketahui istrinya. Nabi sangat terbuka kepada istri-istrinya.
Bila hendak bepergian dengan salah seorang istrinya, nabi melakukan
undian, agar tidak menimbulkan kecemburuan dari yang lain. Bila nabi ingin
mendatangi salah seorang istrinya, ia izin terlebih dahulu kepada yang
lain. Perhatikan betapa nabi sangat terbuka dalam menyikapi para istri.
Tidak seorangpun dari mereka yang merasa didzalimi. Tidak ada seorang dari
para istri yang merasa dikesampingkan.
Kini banyak kejadian para suami menutup-nutupi perbuatannya di luar rumah.
Ia tidak mau berterus terang kepada istrinya. Bila ditanya selalu
jawabannya ngambang. Entah ada rapat, atau pertemuan bisnis dan lain
sebagainya. Padahal tidak demikian kejadiannya. Atau ia tidak mau berterus
terang mengenai penghasilannya, atau tidak mau menjelaskan untuk apa saja
pengeluaran uangnya. Sikap semacam ini sungguh sangat tidak disukai kaum
wanita. Banyak para istri yang tersiksa karena sikap suami yang begitu
tertutup ini.
Kelima, Plinplan
Setiap wanita sangat mendambakan seorang suami yang mempunyai pendirian.
Bukan suami yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya
sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang
sama ia bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan
dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah:
arrijaalu qawwamuun alan nisaa´ (An Nisa´:34).
Keenam, Pembohong
Banyak kejadian para istri tersiksa karena sang suami suka berbohong.
Tidak mau jujur atas perbuatannya. Ingat sepandai-pandai tupai melompat
pasti akan jatuh ke tanah. Kebohongan adalah sikap yang paling Allah
benci. Bahkan Nabi menganggap kebohongan adalah sikap orang-orang yang
tidak beriman. Dalam sebuah hadits Nabi pernah ditanya: hal yakdzibul
mukmin (apakah ada seorang mukmin berdusta?) Nabi menjawab: Laa (tidak).
Ini menunjukkan bahwa berbuat bohong adalah sikap yang bertentangan dengan
iman itu sendiri.
Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang bubar karena kebohongan para
suami. Ingat bahwa para istri tidak hanya butuh uang dan kemewahan dunia.
Melainkan lenbih dari itu ia ingin dihargai. Kebohongan telah
menghancurkan harga diri seorang istri. Karena banyak para istri yang siap
dicerai karena tidak sanggup hidup dengan para sumai pembohong.
Ketujuh, Cengeng
Para istri ingin suami yang tegar, bukan suami yang cengeng. Benar Abu
Bakar Ash Shiddiq adalah contoh suami yang selalu menangis. Tetapi ia
menangis bukan karena cengeng melainkan karena sentuhan ayat-ayat Al
Qur´an. Namun dalam sikap keseharian Abu Bakar jauh dari sikap cengeng.
Abu Bakar sangat tegar dan penuh keberanian. Lihat sikapnya ketika
menghadapi para pembangkang (murtaddin), Abu Bakar sangat tegar dan tidak
sedikitpun gentar.
Suami yang cenging cendrung nampak di depan istri serba tidak meyakinkan.
Para istri suka suami yang selalu gagah tetapi tidak sombong. Gagah dalam
arti penuh semangat dan tidak kenal lelah. Lebih dari itu tabah dalam
menghadapi berbagai cobaan hidup.
Kedelapan, Pengecut
Dalam sebuah doa, Nabi saw. minta perlindungan dari sikap pengecut
(a´uudzubika minal jubn), mengapa? Sebab sikap pengecut banyak menghalangi
sumber-sumber kebaikan. Banyak para istri yang tertahan keinginannya
karena sikap pengecut suaminya. Banyak para istri yang tersiksa karena
suaminya tidak berani menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Nabi saw.
terkenal pemberani. Setiap ada pertempuran Nabi selalu dibarisan paling
depan. Katika terdengar suara yang menakutkan di kota Madinah, Nabi saw.
adalah yang pertama kaluar dan mendatangi suara tersebut.
Para istri sangat tidak suka suami pengecut. Mereka suka pada suami yang
pemberani. Sebab tantangan hidup sangat menuntut keberanian. Tetapi bukan
nekad, melainkan berani dengan penuh pertimbangan yang matang.
Kesembilan, Pemalas
Di antara doa Nabi saw. adalah minta perlindingan kepada Allah dari sikap
malas: allahumma inni a´uudzubika minal `ajizi wal kasal , kata kasal
artinya malas. Malas telah membuat seseorang tidak produktif. Banyak
sumber-sumber rejeki yang tertutup karena kemalasan seorang suami. Malas
sering kali membuat rumah tangga menjadi sempit dan terjepit. Para istri
sangat tidak suka kepada seorang suami pemalas. Sebab keberadaanya di
rumah bukan memecahkan masalah melainkan menambah permasalah. Seringkali
sebuah rumah tangga diwarnai kericuhan karena malasnya seorang suami.
Kesepuluh, Cuek Pada Anak
Mendidik anak tidak saja tanggung jawab seorang istri melainkan lebih dari
itu tanggung jawab seorang suami. Perhatikan surat Luqman, di sana kita
menemukan pesan seorang ayah bernama Luqman, kepada anaknya. Ini
menunjukkan bahwa seorang ayah harus menentukan kompas jalan hidup sang
anak. Nabi saw. Adalah contoh seorang ayah sejati. Perhatiannya kepada
sang cucu Hasan Husain adalah contoh nyata, betapa beliau sangat sayang
kepada anaknya. Bahkan pernah berlama-lama dalam sujudnya, karena sang
cucu sedang bermain-main di atas punggungnya.

Kini banyak kita saksikan seorang ayah sangat cuek pada anak. Ia
beranggapan bahwa mengurus anak adalah pekerjaan istri. Sikap seperti
inilah yang sangat tidak disukai para wanita.
Kesebelas, Menang Sendiri
Setiap manusia mempunyai perasaan ingin dihargai pendapatnya. Begitu juga
seorang istri. Banyak para istri tersiksa karena sikap suami yang selalu
merasa benar sendiri. Karena itu Umar bin Khaththab lebih bersikap diam
ketika sang istri berbicara. Ini adalah contoh yang patut ditiru. Umar
beranggapan bahwa adalah hak istri mengungkapkan uneg-unegnya sang suami.
Sebab hanya kepada suamilah ia menemukan tempat mencurahkan isi hatinya.
Karena itu seorang suami hendaklah selalu lapang dadanya. Tidak ada
artinya merasa menang di depan istri. Karena itu sebaik-baik sikap adalah
mengalah dan bersikap perhatian dengan penuh kebapakan. Sebab ketika sang
istri ngomel ia sangat membutuhkan sikap kebapakan seorang suami. Ada
pepetah mengatakan: jadilah air ketika salah satunya menjadi api.
Keduabelas, Jarang Komunikasi
Banyak para istri merasa kesepian ketika sang suami pergi atau di luar
rumah. Sebaik-baik suami adalah yang selalu mengontak sang istri. Entah
denga cara mengirim sms atau menelponnya. Ingat bahwa banyak masalah kecil
menjadi besar hanya karena miskomunikasi. Karena itu sering berkomukasi
adalah sangat menentukan dalam kebahagiaan rumah tangga.
Banyak para istri yang merasa jengkel karena tidak pernah dikontak oleh
suaminya ketika di luar rumah. Sehingga ia merasa disepelekan atau tidak
dibutuhkan. Para istri sangat suka kepada para suami yang selalu mengontak
sekalipun hanya sekedar menanyakan apa kabarnya.
Ketigabelas, Tidak Rapi dan Tidak Harum
Para istri sangat suka ketika suaminya selalu berpenampilan rapi. Nabi
adalah contoh suami yang selalu rapi dan harum. Karena itu para istrinya
selalu suka dan bangga dengan Nabi. Ingat bahwa Allah Maha indah dan
sangat menyukai keindahan. Maka kerapian bagian dari keimanan. Ketika
seorang suami rapi istri bangga karena orang-orang pasti akan berkesan
bahwa sang istri mengurusnya. Sebaliknya ketika sang suami tidak rapi dan
tidak harum, orang-orang akan berkesan bahwa ia tidak diurus oleh
istrinya. Karena itu bagi para istri kerapian dan kaharuman adalah cermin
pribadi istri. Sungguh sangat tersinggung dan tersiksa seorang istri,
ketika melihat suaminya sembarangan dalam penampilannya dan menyebarkan
bahu yang tidak enak. Allahu a´lam


Selasa, Juli 15, 2008

ciri KEDEWASAAN

KH. Abdullah Gymnasiar

Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aalihi washahbihii ajmai 'iin. Semoga Allah yang mengenggam langit dan bumi, membuka pintu hati kita semua agar dapat memahami hikmah dibalik kejadian apapun yang menimpa. Dan semoga Allah membimbing kita untuk bisa menyikapi kejadian apapun dengan sikap terbaik kita.
Ciri khas umat Dewasa diawali dengan Diam Aktif. Yaitu kemampuan untuk menahan diri dalam berkomentar. Orang yang memiliki kedewasaan dapat dilihat dari sikap dan kemampuannya dalam mengendalikan lisannya. Seorang anak kecil, saudaraku apa yang dia lihat biasanya selalu dikomentari.

Orang tua yang kurang dewasa mulutnya sangat sering berbunyi, semua hal dikomentari. Ketika dia melihat sesuatu langsung dipastikan akan dikomentari, ketika menonton televisi misalnya. Komentar dia akan mengalahkan suara dari televisi yang dia tonton . Penonton tv yang dewasa itu senantiasa bertafakur, acara yang dia tonton senantiasa direnungkan (tentunya acara yang bermanfaat) dan memohon dibukakan pintu hikmah kepada Allah, Subhanallah.
Ketika menyaksikan demonstrasi dia bertafakur.. "beginilah kalau negara belum matang, setiap waktu demo”, kata-kata yang dikeluarkan jauh dari kearifan. Ternyata sangat mudah menghina, mencaci, dan memaki itu "Seseorang yang pribadinya matang dan dewasa bisa dilihat dari komentar-komentarnya, semakin terkendali insya Allah akan semakin matang.
Ciri kedewasaan selanjutnya dapat dilihat dari empati. Anak-anak biasanya belum dapat meraba perasaan orang lain, orang yang bertambah umurnya tetapi tidak dapat meraba perasaan orang lain berarti belum dapat disebut dewasa.
Kedewasan seseorang dapat dilihat dari keberanian melihat dan meraba perasaan orang lain. Seorang ibu yang dewasa dan bijaksana dapat dilihat dari sikap terhadap pembantunya yaitu tidak semena-mena menyuruh. Walaupun sudah merasa menggajinya tetapi bukan berarti berkuasa. Bukankah ketika kita di kantor lembur pasti ingin dibayar lebih? Tetapi pembantu lembur tidak ada lebihan gaji? Semakin orang hanya mementingkan perasaannya saja maka akan semakin tidak bijaksana. Semakin orang bisa meraba penderitaan orang lain insya Allah akan semakin bijak. Percayalah, tidak akan bijaksana orang yang hidupnya hanya memikirkan perasaannya sendiri.
Orang yang dewasa, cirinya hati-hati (Wara’) dalam bertindak. Orang yang dewasa benar-benar berhitung tidak kam kehati-hatian memilih kata, mengambil keputusan, mengambil sikap, karena orang yang tidak dewasa cenderung untuk bersikap ceroboh. Orang yang dewasa terlihat dalam kesabarannya (sabar), kita ambil contoh, di dalam rumah seorang ibu mempunyai 3 orang anak, yang satu menangis, kemudian yang lainnya pun ikut menangis sehingga lama-kelamaan menjadi empat orang yang menangis. Mengapa? karena ternyata ibunya menangis pula.
Ciri orang yang dewasa adalah sabar, dalam situasi sesulit apapun lebih tenang, mantap dan stabil. Sahabat-sahabat, seseorang yang dewasa benar-benar mempunyai sikap yang amanah, memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab. Untuk melihat kedewasaan seseorang dapat dilihat dari kemampuannya bertanggungjawab. nafkah yang halal dan mendidik anak istrinya.
Sebagai contoh, seorang ayah dapat dinilai bertanggung jawab atau tidak yaitu dalam cara mencari. Bukan masalah kehidupan dunia yang menjadi masalah, tetapi mampu atau tidak mempertanggungjawabkan anak-anak ketika pulang ke akhirat nanti. Ke surga atau neraka? Oleh karena itu orang tua harus bekerja keras untuk menjadi jalan kesuksesan anak-anaknya di dunia dan akhirat.
Pernah ada seorang teman menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri, tetapi ketika ditanya tentang sholatnya ternyata tidak berjalan dengan baik karena orang-orangnya tidak ada yang sholat sehingga melakukannya pun hanya kadang-kadang. Apalagi shalat Jumat, sangat jarang dilaksanakan, dengan alasan masjidnya jauh.
Lalu kenapa disekolahkan di Luar Negeri ? alasannya adalah sebentar lagi globalisasi., ketika perdagangan bebas anak harus disiapkan. Tetapi bagaimana jika sebelum perdagangan bebas anaknya meninggal dunia ? sudah disiapkan belum pulang ke akherat? orang yang dewasa akan berpikir keras bagaimana anak-anaknya bisa selamat? Jangan sampai di dunia berprestasi tapi di akherat celaka.
Sahabat-sahabatku, tidak cukup merasa bangga dengan menjadi tua, mempunyai kedudukan,jabatan,karena semua itu sebenarnya hanyalah topeng, bukan tanda prestasi. Prestasi itu adalah ketika kita semakin matang, dan semakin dewasa .
Kesuksesan kita adalah bagaimana kita bisa memompa diri kita dan menyukseskan orang-orang disekitar kita, kalau ingin tahu kesuksesan kita coba lihat perkembangan keluarga kita, istri dan anak-anak kita maju tidak? lihat sanak saudara kita pada maju tidak? Jangan sampai kita sendirian yang maju, tapi sanak saudara kita hidup dalam kesulitan, ekonominya seret, pendidikan seret.,sedang kita tidak ada kepedulian. Berarti itu sebuah kegagalan.,kedewasaan seseorang itu dilihat dari bagaimana kemampuan memegang amanah ? Wallahu’alam


Sabtu, Juli 12, 2008

nasihat IMAM AL GHOZALI

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya.... pertama," Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab "orang tua,guru,kawan, dan sahabatnya".
Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)



Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua.... "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang".
Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga.... "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya menjawah "gunung, bumi dan matahari".
Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" (Al A'Raf 179).
Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab "besi dan gajah".
Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH" (Al Ahzab 72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?"...
Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan daun-daunan" .
Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat.

Dan pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"...
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang".
Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.




Rabu, Juli 09, 2008

KEMANAKAH KITA AKAN PERGI?

Ust. Abdul Hakim

Manusia berjalan menuju Allah swt dengan dua jenis perjalanan. Perjalanan qohri (ditetapkan oleh Allah) dan perjalanan ikhtiari (dalam wilayah ikhtiar manusia). Perjalanan qohri adalah perpindahan manusia dari satu alam ke alam lain dimulai dari alam dzur, kemudian alam rahim ibu, alam dunia, alam barzakh dan yang terakhir adalah alam akhirat. Tidak ada yang bisa menolak perjalanan jenis ini. Sedangkan perjalanan ikhtiari (dalam wilayah ikhtiar) adalah perjalanan ruh, akal, hati dan jiwa mendekat kepada Allah Ta’ala dengan menempuh berbagai jenjang maqomat (stasiun spiritual) dan ahwal (keadaan spiritual) dengan iman, ilmu dan amal. Perjalanan ini adalah pilihan kita untuk menempuhnya atau tidak menempuhnya.


Perlu kita perhatikan bahwa perjalanan jenis yang terakhir ini, ikhtiari, dapat menjadi penakar kadar kepintaran, kekayaan, kedewasaan bahkan harga diri seseorang. Meskipun tahu segala ilmu, kita tetap saja bodoh selama belum mengenal Yang Maha Mengetahui. Meskipun memiliki harta sepenuh bumi, kita tetap saja miskin selama belum merasa kaya dengan Yang Maha Memiliki. Meski rambut sudah memutih, kita tetap anak-anak sebelum berani terjun dalam perang menentang hawa nafsu dan setan. Meski sudah berhasil mendatangi berbagai tempat di penjuru bumi, kita sebenarnya belum pergi kemana-mana kalau belum bisa mendatangi hadirat suci Allah Ta’ala.

Seekor sapi ditakar harganya dengan berat dagingnya. Seekor perkutut dapat mengalahkan harga sapi bukan karena beratnya daging tetapi karena keindahan suara. Sebutir merah delima yang hanya beberapa gram saja dapat melampau harga sapi dan perkutut karena keindahan warnanya. Berapa harga kita di hadapan Allah? Daging dan tulang tubuh kita akan habis dimakan tanah. Harta akan kita tinggalkan atau meninggalkan kita. Semua yang sirna tidak dapat dijadikan takaran bagi yang suatu abadi. Kita tidak ditakar dari kegantengan, kecantikan dan kekayaan, kita ditakar dari keadaan hati dan amal-amal kita. Sabda Nabi saw:
“ Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Ia melihat hati dan amal kalian.” (HR.Muslim dari Abu Hurairah ra)
Tidak ada seorang pun yang berselera membeli bangkai meskipun dengan harga rendah. Demikian juga dengan hati yang mati, tidak ada nilainya sama sekali dihadapan Allah Ta’ala. Meskipun jasad hidup, kita tetap saja disebut mayat selama hati tidak dawam mengingat Allah. Bersabda saw:
“Perumpamaan orang yang ingat pada Tuhannya dan yang tidak ingat pada Tuhannya seperti perumpamaan orang hidup dan orang mati.” (HR. Bukhari dari Abu Musa ra)
Kedewasaan jasmani ditandai perubahan pada organ tertentu, kedewasaan ruhani ditandai perubahan pada hati. Ketika jasmani dewasa ia akan mencari pasangannya, ketika hati dewasa ia akan mencari Tuhannya. Jasmani tumbuh bersama perubahan waktu, hati tumbuh karena mengutamakan Allah di atas segala sesuatu.
"Maka berlarilah kalian menuju Allah…" (QS.al-Dzâriyât: 50)


Kamis, Juli 03, 2008

MANISNYA MENJADI WANITA

Belajar dari Tumbuhan Putri Malu

Pada suatu hari Rasulullah SAW berjalan-jalan bersama puterinya sayyidina Fatimah ra. Setibanya mereka di bawah sebatang pohon tamar, Fatimah menginjak rerumputan puteri malu, kakinya berdarah, lalu mengaduh kesakitan. Fatimah berkata :” Apa gunanya rerumputan puteri malu berada di situ”, dengan nada yang sedikit marah.



Rasulullah dengan tenang berkata kepada puteri kesayangannya bahwasanya rerumputan putri malu itu berkait erat dengan wanita,. Fatimah terkejut, Rasulullah melanjutkan, para wanita hendaklah mengambil pelajaran dari rerumputan puteri malu ini dari empat aspek :


Pertama => rerumputan putri malu akan kuncup apabila disentuh. Ini bisa diibaratkan bahwa wanita perlu mempunyai perasaan malu, malu kalau samapai tubuhnya disentuh laki-laki yang bukan mahromnya.
Kedua => rerumputan puteri malu mempunyai duri ynag tajam untuk mempeertahankan dirinya. Oleh karena itu, wanita perlu tahu akan pentingnya mempertahankan diri dan kehormatan sebagai wanita muslim
Ketiga => putri malu juga mempunyai akar tunjang yang sangat kuat dan mencekeram bumi. Ini bermakna wanita sholihah hendaknya mempunyai keterikatan yang sangat kuat dengan Allah Rabbul Alamin
Keempat => ia akan menguncup dengan sendirinya apabila senja menjelang. Oleh karena itu, para wanita sekalian, kembalilah kerumahmu apabila waktu sudah semakin senja. Ambillah pelajaran walau pun tumbuhan yang kecil.

Islam telah menempatkan wanita sebagai makhluk yang sangat manis. Jika semua saran Rasulullah ini ditururti maka akan menjadikan wanita semakain manis. Sebaliknyqa jika melakukan yang bertentangan akan menjadi pahit bagai empedu.
Misalnya, wanita yang menjadi kupu-kupu, dalam arti tidak pulang ke rumah bahkan berada di tempat yang tidak senonoh hingga larut malam. Apakah itu manis? Sudah tentu tidak. Demikian juga kalau wanita membiarkan dirinya disentuh dengan bebasnya oleh laki-laki yang bukan suami atau mahramnya maka akan sangat berkurang nilanya.