THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Selasa, Desember 30, 2008

Tahun Baru 1430 H

Dalam memasuki tahun 1430 hijriyah,kita dapat melakukan muhasabah perjalanan (mereview) hidup kita, selama setahun yang lalu, apakah lebih berat timbangan kebaikannya, atau lebih berat timbangan keburukannya? Umur kita akan terus bertambah dan semakin mendekati datangnya kematian. Kematian adalah kepastian. Tak ada satupun makhluk di muka bumi yang selamat dari kematian. Dan, manusia harus bersiap-siap menyongsong kehidupan baru, yang lebih lama, lebih panjang, kekal, selama-lamanya, yaitu kehidupan akhirat.


Dalam kehidupan ini kita akan memilih. Kita memilih kebahagian di dunia atau memilih kebahagiaan di akhirat? Atau kita memilih keduanya, seperti dalam doa yang selalu kita ucapkan : “ Ya Rabb anugrahilah aku kehidupan di dunia yang bahagia, dan kehidupan di akhirat yang mulia”. Inilah jalan para anbiya’ (nabi), khulafaur rasyididn, dan para generasi shalaf, yang senantiasa mencintai Rabbnya, dan tidak pernah berpaling selama-lamanya dari-Nya. Generasi ini yang terus menapaki kehidupan dengan segala amal kebaikan.
Mereka senantiasa menolak dengan tegas perbuatan yang bathil dan fasad, yang dapat menjerumuskan diri mereka kedalam bencana. Ghirahnya (kecemburuannya) terus menyala-nyala, tak pernah padam, selalu marah ketika melihat segala penyimpangan, penolakan manusia atas segala ajaran-Nya, dan tidak pernah mau menerima segala bentuk kekafiran, kemusyrikan, dan kemunafikan. Karena, sifat-sifat itu, tak layak dimiliki oleh orang-orang yang senantiasa bertaqwa kepada Rabbnya. Sifat-sifat itu yang sangat dibenci oleh Allah Azza Wa Jalla.
Tapi, kita memasuki kehidupan modern, yang penuh dengan tarikan dunia, yang senantiasa menggoada manusia menjadi lalai. Manusia tidak ingat akan datangnya kematian. Kehidupannya terus disibukkan dengan berbagai ambisi dan angan-angan, yang tak pernah habis-habis. Sampai datangnya hari tua, dan kematian merenggutnya. Adakah penyesalan? Segalanya menjadi terlambat. Segala penyesalan tak ada gunanya.
Seperti halnya, Fir’aun, yang saat ditenggelamkan di laut Merah, baru menyadari kemahakuasaan Allah Rabbul Jallal. Apakah sifat dan sikap manusia seperti itu? Datangnya kesadaran selalu terlambat. Datangnya penyesalan selalu terlambat. Ketika manusia sudah memasuki kehidupan di akhirat, dan masing-masing harus mempertanggungjawab kan kehadapan sang Khaliq, selalu mereka mengatakan, ketika di dunia belum mendapatkan keterangan tentang hakikat al-haq.
Bagaimana nasib manusia hari ini yang senantiasa menggantungkan hidupnya kepada materi? Ketika krisis datang dan menghampiri mereka, maka mereka banyak yang merasa kehilangan keseimbangan, merasakan kehampaan, dan kehilangan motivasi, serta semangat hidup. Kesalahan yang mendasar manusia modern adalah menjadikan benda sebagai sesembahan, dan makhluk sebagai sesembahan.
Kehidupan modern sekarang ini, tak ubahnya seperti ketika kehidupan di masa lalu, pada masa Nabi Ibrahim a.s., mereka menyembah patung-patung, benda, matahari, rembulan, dan sesama manusia, yang mereka kira dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka. Sama antara jahiliyah di masa lalu dengan kehidupan di zaman sekarang. Mungkin hanya suasananya yang berbeda.
Manusia modern yang sangat berkecenderungan pada kehidupan materialisme, hanya menghabiskan seluruh waktu dan umurnya, mengumpulkan materi dengan bekerja. Waktunya, dari pagi hingga malam, hanya digunakan bekerja. Tujuannya mendapat materi. Lalu, mereka bersenang-senang, mengunjungi tempat-tempat hiburan, hotel, tempat wisata, dan segala yang berbau ‘luxury’, yang dapat memberikan kenikmatan bagi kehidupan mereka.
Manusia betul-betul sebagai pemuja kenikmatan. Kenikmatan kehidupan di dunia, yang sengaja mereka ciptakan sendiri. Seakan mereka berkekalan atas segala kehidupan di dunia, yang tak pernah bakal berakhir. Mereka adalah orang-orang yang memanipulasi kehidupannya sendiri, membodohi kehidupan sendiri, dan akhirnya mereka menjadi korban dari pilihan hidup mereka sendiri. Mereka mengejar fatamorgana, yang mereka sangka sebagai kehidupan yang nyata.
Ketamakan manusia modern dalam menggunakan materi, dipertontonkan dengan telanjang oleh masyarakat Barat. Mereka menghabiskan sumber daya alam dari negara-negara Dunia Ketiga, yang sengaja diekploitasi habis-habisan, harta benda mereka dikeruk di bawa ke Barat, dan mereka menikmati. Mereka membiarkan kehidupan yang sangat menyakitkan bagi rakyat di Dunia Ketiga, yang miskin papa, dan tidak memiliki apa. Bahkan, masyarakat Barat, sengaja melanggengkan kemiskinan dan ketidak adilan, dan hancurnya sendi-sendi kehidpan di dalam masyarakat. Semua itu, tak lain adalah akibat orientasi masyarakat modern yang sangat menuhankan materi.
Seperti dikatakan oleh Sayid Qutb rahimahullah, yang mengatakan masyarakat modern, nantinya akan menghadapi kehancuran dari akibat budaya jahiliyah yang mereka bangun. Ibn Taimiyah berpendapat, ‘Sebuah negeri dikatakan sebagai daarul kufri, daarul iman atau daaru fasik, bukan karena hakikat yang ada pada negeri itu, tetapi karena sifat para penduduknya’. Maka, bagaimana kehidupan masyarakat itu, yang akan menentukan status sebuah negeri. Apakah negeri itu daarul kufri atau daarul iman. Kalau kehidupan jahiliyah yang mendominasi kehidupan mereka, maka layak sebuah negeri mendapatkan status sebagai : ‘daarul kufri’, meskipun penduduknya sebagian besar adalah muslim.
Marilah kita tinggalkan kehidupan jahiliyah yang penuh dengan dosa dan maksiat, dan kita gantikan dengan kehidupan yang lebih menuju jalan yang diridhai oleh Allah Azza wa Jalla. Mari kita masuki tahun 1430 hijriyah ini dengan memperbaharui tekad dan niat menuju jalan yang telah ditentukan oleh Allah Ta’ala, jalan Islam. Wallahu ‘alam.

Jadikan Tahun 1430 H lebih baik dari tahun sebelumnya dan tetap istiqomah di jalan Allah, perbanyak taqorrub.
Smoga apa yg menjadi hajat kita di RIDOI Allah. Amin Ya Rabb.






Jumat, Desember 19, 2008

teruntuk SAHABATKU

Wahai sahabatku bagaimanakah kabarmu hari ini? Apakah engkau sudah mempersaksikan di hadapan seluruh makhluk dan malaikat yang menjunjung 'Arsy yang agung dan malaikat seluruhnya bahwa engkau seorang muslim? Mempersaksikan bahwa Dia lah Robb yang agung, yang paling pedih azabnya sekaligus paling luas rahmatnya, sebagai Dzat yang satu-satunya berhak diberikan seluruh kecintaan, rasa takut dan harap dengan ketundukan dan penyerahan diri yang sempurna?

Sahabatku, sudahkah engkau bertekad hari ini untuk mengerjakan sunnah Rosululloh dengan benar dan ikhlas di atas syariat yang haq, yang tidak dinodai kebatilan syahwat dan syubhat yakni dengan cara mengikuti metode pemahaman dan pengamalan islam yang dilakukan oleh sahabat yang mustaqiim?

Sahabatmu menulis risalah ini saat hatinya sedang terbang melihat sahabatnya yang mencintai agama Allah... menginginkan kebaikan pada dirinya dan orang-orang yang disayanginya. ..
Sahabatmu menulis risalah ini mengharapkan agar sekiranya risalah ini menjadi batu perbaikan untuk meraih metode pemahaman dan pengamalan islam yang lurus dan meraih jalan kebaikan...
Sahabatmu menulis risalah ini dengan niat -yang semoga Alloh meluruskannya- yang menginginkan kebaikan bagi engkau wahai sahabatku...
Sahabatmu menulis risalah ini dengan harapan semoga melapangkan dada, menjernihkan akal dan bisa diterima oleh hati...
Sahabatmu menulis risalah ini agar ilmu menjadi bersinar dan tersebar... dan menjadi pembuka menuju jalan ke jannah-Nya.. .
Sahabatmu menulis risalah ini dan sangat mengharapkan persatuan kata dalam satu shaf yang sama, bersama-sama menapaki atsar Rosullulloh dan sahabatnya dan meraih beribu-ribu keindahan iman yang dicapai tholabul 'ilmi...
Sahabatmu menulis risalah ini dan dia yakin dengan pasti dan tanpa ragu didalamnya ada kesalahan dan kekurangan.. . karenanya dia memohon ampun kepada Alloh dan memohon maaf kepadamu sahabatku...

Tausiyah Untukku dan Untukmu

Sahabatku, bacalah apa yang Allah firmankan padamu...

"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar: 9)

"Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Al-Mujadillah: 11)

"Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba- Nya hanyalah orang-orang yang berilmu." (Fathir: 28)

Sahabatku, ingatlah pesan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam kepadamu...

"Barangsiapa yang Allah menghendaki suatu kebaikan pada dirinya maka Dia memberinya pemahaman dalam masalah dien." (HR. Bukhori Muslim)

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi termasuk pula semut di dalam liangnya, termasuk pula ikan paus, benar-benar bersholawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia." (HR. Tirmidzi)

"Kelebihan orang yang berilmu atas ahli ibadah ialah seperti kelebihan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang gemintang. Sesungguhnya orang-orang yang berilmu itu adalah para pewaris para nabi. Para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil ilmu itu, berarti dia telah mengambil bagian yang banyak." (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

"Sesungguhnya para malaikat benar-benar mengepakkan sayap-sayapnya pada orang-orang yang mencari ilmu, karena ridho terhadap apa yang dicarinya." (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

"Barang siapa meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalan baginya ke surga." (HR. Muslim)

"Barangsiapa yang didatangi kematian pada saat dia sedang mencari ilmu, yang dengan ilmu itu dia hendak menghidupkan islam, maka antara dirinya dan para nabi hanya ada satu derajat di surga." (HR. Ath-Thabrani)

Ketahuilah sahabatku... hukum mencari ilmu dien adalah wajib. Rosululloh bersabda, "Mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Ketahuilah sahabatku... diantara semua ilmu ada ilmu yang terpuji dan ada ilmu yang tercela. Dan di antara ilmu yang terpuji ada yang hukumnya fardhu 'ain dan ada yang hukumnya fardhu kifayah. Ilmu yang hukumnya fardhu 'ain adalah ilmu yang dengannya engkau dapat mengenal Allah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam setiap gerak-gerikmu, ucapanmu, perbuatanmu yang kau tampakkan maupun yang ada di dalam hatimu. Sedangkan ilmu yang termasuk fardhu kifayah adalah setiap ilmu yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup di dunia seperti ilmu kedokteran dan farmasi.

Maka ilmu yang fardhu 'ain wajib untuk dicari oleh setiap muslim sedangkan ilmu yang fardhu kifayah adalah wajib untuk dicari oleh seorang muslim, namun apabila sudah dikerjakan oleh sebagian muslim maka gugur kewajiban yang lain.

Ketahuilah sahabatku... jadilah salah seorang diantara dua jenis manusia. Pertama jadilah orang yang sibuk dengan dirimu sendiri dengan hal yang fardhu 'ain. Kedua setelah selesai dengan kesibukan diri sendiri berilah manfaat pada orang lain dengan hal yang fardhu kifayah. Jangan menjadi orang yang hanya sibuk memperbaiki orang lain sebelum memperbaiki diri sendiri. Perhatikanlah hati dan amalanmu. Jika engkau belum bisa menata diri sendiri dan hatimu, maka janganlah engkau menyibukkan diri dengan yang fardhu kifayah sebab orang lain telah banyak yang mengamalkan ilmu ini. Orang yang hendak mencelakakan dirinya sendiri dengan memperbaiki keadaan orang lain adalah orang yang bodoh. Perumpamaan dirinya seperti orang yang di dalam pakaiannya tersusupi kalajengking, lalu dia mengendap-endap untuk menghalau seekor lalat agar tidak hinggap di tubuh orang lain di sampingnya.

Jika engkau sudah bisa menata diri sendiri, engkau boleh menyibukkan diri dengan ilmu yang fardhu kifayah. Mulailah mencari ilmu dari Kitabullah dan Sunnah baru engkau mendalami ilmu yang lain. Janganlah engkau menghabiskan umurmu dalam satu jenis ilmu karena ingin mendapatkan predikat spesialisasi. Sesungguhnya ilmu itu sangat banyak sementara umur manusia sangat terbatas. Maka pilihlah ilmu yang paling bermanfaat bagimu yang dengannya engkau bisa meraih ridho Allah.

Sahabatmu ini pernah mendapatkan nasihat, "Sempatkan waktumu menemui majelis-majelis ta'lim yang lurus aqidah, akhlaq dan manhajnya sekalipun harus menempuh jalan yang jauh dan sulit. Sempatkan hatimu untuk menerima belaian dan makanan berupa ilmu. Ingat dan ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu bagi hati bagaikan air bagi ikan. Apa jadinya ikan tanpa air? Lalu apa jadinya hati tanpa ilmu?"

Namun sahabatmu ini sibuk sekali dengan urusan dunia dan prestasi, menganggap bahwa dunia sudah cukup untuk menepis musibah dan meraih kebahagiaan. Kebahagiaan datang lalu pergi dan hatinya terasa begitu kering. Musibah datang silih berganti dan membuat hatinya semakin kering hingga sahabatmu ini mendapat nasehat lagi...

Zuunuun rodhiyallahu 'anhu berkata, "Wahai saudaraku berdirilah di hadapan tuhanmu seperti anak kecil di hadapan ibunya. Setiap kali ia dipukul oleh ibunya, ia malah bergerak ke arahnya dan setiap kali ia diusir ia malah mendekatinya. Keadaannya tetap seperti itu sampai sang ibu mendekapnya. "

Sabarlah jika engkau sedang ditimpa musibah, berdoalah kepada Allah agar semua itu bisa mengurangi dan menghapus dosa-dosamu. Kembalilah pada Allah dan carilah solusi dari Rosulullah. Sesungguhnya dalam Islam terdapat solusi bagi seluruh permasalahan. Dan cukupkan dirimu dengan solusi yang Allah dan Rosul-Nya berikan. Karena Allah lah yang Maha Bijaksana, menentukan yang terbaik bagi hambaNya. Dan memang, solusi terbaik atas seluruh urusan adalah islam, agama yang sempurna dan indah dari segala segi. Kebahagiaan hakiki ada pada Islam.

Sahabatku... bersabarlah untuk terus melangkah menggapai manisnya iman. Kita tidak akan pernah tahu, kapan umur kita pupus. Maka manfaatkanlah waktu untuk bersegera merajut manfaat dalam ridho Allah. Perjalanan sungguh amat jauh dan berat karenanya perlu bekal yang banyak agar kita tidak merugi. Dan kumpulkan bekal itu sekarang karena kita tidak tahu sampai kapan kita hidup. Bahkan sampai besok pagi pun kita tidak tahu apakah kita masih.

Kelak di akherat, Robb kita tidak akan menanyakan: Bagaimana duniamu? Apakah orang tuamu kau bahagiakan dengan duniamu?

Tidak, sama sekali tidak...
Justru Robb kita akan bertanya: Untuk apa masa mudamu kau gunakan? Dan semoga saat itu walidain kita akan bangga dengan kesholehan anaknya, bukan dengan hal-hal yang dibanggakan di dunia tapi hakikatnya menjadi tamparan yang amat menyakitkan bagi mereka di akherat. Manakah yang engkau ridho atasnya sahabatku?

Jangan tertipu oleh alasan-alasan maya yang dibisikkan syaithon untuk membenarkan yang salah, menghalalkan yang haram dan menyamarkan hal-hal yang jelas.

Sahabatku... tentulah kita semua tahu bahwa terbukanya pintu taubat adalah hingga ditariknya nyawa sampai tenggorokan. Setelah itu tertutuplah pintu taubat untuk selamanya dan tak berguna lagi penyesalan sesudah itu. Tapi sahabatku, tak seorang pun tahu kapan kematian menjemput, kapan pintu taubat ditutup, apakah tahun depan, bulan depan, malam ini atau setelah beranjak dari tempat ini?? Tak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya hingga begitu banyak manusia meremehkan bersegera dalam bertaubat dan dalam keadaan merasa aman dengan ilmu, amal, dan agama yang ia miliki sekarang. Padahal barangsiapa yang merasa aman dengan agamanya maka Allah mencabut agamanya pada saat itu juga.

Sahabatmu ini hanya bisa berdoa semoga dalam kesendirian kita masing-masing kita tetap bersemangat berpegang teguh terhadap al-haq, tetap istiqomah, menjunjung nilai-nilai sunnah dalam setiap tingkah, langkah, menit dan detik kita. Kita berlindung kepada Allah dari fitnahnya dunia dan segala perhiasannya. Semoga kita diselamatkan dari tipu daya dan bisikan syaithon yang melalaikan kita dari mengingat agungnya akherat.

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Kita sudah mengetahui maknanya. Lalu kapankah kita mengamalkan?

Risalah ini hanya sekadar mengingatkanmu sahabatku, sesungguhnya ilmu yang kita pelajari di kampus bermanfaat. Tidak ada yang melarang kita untuk mempelajarinya, bahkan sangat dianjurkan demi kemaslahatan umat Islam. Apalagi jika kita belajar untuk birul waliddain, tentu pahalanya akan lebih berlipat lagi. Tapi sekali lagi sahabatku, tentu engkau sudah mampu mempertimbangkan manakah yang seharusnya lebih didahulukan, bahwa ilmu yang kita pelajari hukumnya fardhu kifayah dan butuh ilmu yang fardhu 'ain sebagai landasannya. Sahabatku, engkau sudah dewasa dan engkaulah yang berhak menentukan jalan yang akan engkau tempuh. Sahabatmu ini sekedar menyampaikan ilmu yang sudah sampai padanya. Karena sahabatmu ini sangat menyayangimu karena Allah dan berharap kelak bertemu denganmu di surgaNya dan masih bersamamu ketika menuai ridho-Nya dan memandang wajah-Nya. Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Penulis: Ummu Habibah
Muroja'ah: Ustadz Abu Salman


Rabu, Desember 10, 2008

Wanita Luar Biasa

Wanita Makhluk dengan jenis kelamin yang satu ini rasanya memang selalu terus menerus membesut perhatian yang tiada pernah surut. Bukan.
Ini bukan tulisan yang mengupas tentang keindahan fisik seorang wanita. Terkadang, ulasan tentang apa itu cantik dan seksi serta siapa yang pantas menyandang predikat sebagai wanita tercantik hanya karena dianggap memenuhi point-point kriteria cantik, membuat seorang wanita menjadi terpenjara. Dalam hal ini, wanita pada akhirnya hanya dipandang sebagai sebuah objek barang pajangan.

Bisa dibolak balik untuk menilai berapa taksiran harga tertingginya lalu jika tidak memenuhi syarat, dibuang. Aih.
Apa iya tidak ada sisi lain dari wanita yang bisa diperhatikan dan insya Allah punya nilai menarik? Terus terang. Ada banyak sisi lain dari seorang wanita yang menarik dan sesungguhnya amat kaya untuk dikupas. Salah satunya yang terkait dengan alat reproduksi yang dia miliki. Atau dengan kata lain, fungsi alamiah seorang wanita sebagai seorang ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan anaknya.

Subhanallah
Menjadi seorang ibu adalah sebuah pekerjaan yang amat mulia. Islam amat menghormati kedudukan seorang ibu. Rasulullah SAW pernah suatu hari ditanya siapa yang harus dihormati, maka Rasulullah SAW menjawab ibumu, ibumu, barulah kemudian ayahmu. Begitu pentingnya kedudukan seorang wanita sebagai seorang ibu sehingga peranan wanita di dalam rumah tangganya, jika dia berusaha untuk menjadi seorang istri yang sholehah dan seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya maka insya Allah dia akan mendapatkan pahala setimpal dengan pahala seorang mujahid (mereka yang pergi berperang fisabillah). Tapi, ada sebuah catatan yang amat jelas dalam Islam. Hendaknya, semuanya dilakukan dengan ikhlas dan niat untuk mencari keridhaan Allah semata. Tidak boleh dipaksa juga tidak boleh dalam keadaan terdzalimi.

Adakah seorang wanita yang terdzalimi hanya semata karena dia menjadi seorang ibu? Jawabnya ada. Di pedalaman Ethiopia, Benua Afrika sana, seorang gadis kecil ternyata dipaksa menikah ketika mereka berusia 12 tahun atau kurang. Tentu saja, hal ini dilakukan karena gadis tersebut telah mengalami menstruasi pertama mereka (usia 10 - 12 tahun biasanya). Menstruasi pertama memang sering diidentikkan oleh budaya masyarakat sebagai saat yang tepat bagi seorang gadis untuk dinikahkan. Masalahnya adalah, tubuh kecil mereka (apalagi karena kebanyakan mereka tumbuh dengan gizi yang kurang) sebenarnya belum siap untuk melakukan tugas pertama seorang ibu yaitu: Mengandung dan melahirkan.

Alam Ethiopia yang keras, dimana tanahnya yang tandus, panas serta krisis air memaksa gadis-gadis belia ini harus berkutat antara kerasnya alam, beratnya tugas rumah tangga serta menjalani masa-masa kehamilan. Yah. Seorang istri di masyarakat Ethiopia memang harus bekerja keras membantu suaminya. Hal ini karena memang Ethiopia termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Jadi, dengan tubuh kecil dan kurusnya, dengan perut membuncit karena mengandung, gadis-gadis kecil tersebut harus berlari-lari guna mengembalakan ternak suaminya, memanggul tempayan air yang berat di atas kepala, menggotong kayu bakar, bahan makanan serta berbelanja. Bisa ditebak. Bayi yang mereka kandungpun akhirnya sebagian besar lahir dalam keadaan tidak bernyawa. Tapi, sebagai istri yang harus melayani suaminya, dia tetap harus melayani suaminya sehingga sebelum sempat istirahat, kandungan tersebut harus mulai diisi lagi. Dan kejadian janin yang gugur terjadi lagi. Sebuah penelitian menelusuri bahwa ternyata, sampai akhirnya seorang gadis bisa sempurna melahirkan bayi yang hidup itu, setelah sebelumnya mereka dua atau tiga kali mengalami keguguran atau melahirkan bayi yang telah meninggal sejak dalam kandungan. Padahal, di daerah keras tersebut, sama sekali tidak ada dokter atau rumah sakit bersalin yang kompeten untuk melakukan pertolongan pada mereka. Biasanya, penolong para gadis muda ini adalah seorang dukun beranak atau sesepuh wanita yang dianggap telah berpengalaman. Jadi, tidak ada yang namanya jahitan, pengobatan rahim yang luka, dan sebagainya. Ditambah dengan kegiatan dorong dan mengeluarkan (sesuatu yang terjadi ketika harus melahirkan atau mengeluarkan janin dari rahim), kegiatan seksual yang terus berlangsung, maka otot rahim, otot vagina, serta otot kandung kemihpun menjadi kendur, bahkan rusak dan tidak lagi dapat berfungsi dengan baik. ASTAGHFIRULLAH
Beberapa yang parah malah juga mengalami kerusakan/kekendura n hingga di bagian otot dubur. Akibat dari tidak berfungsinya otot-otot di daerah tersebut, maka para gadis muda ini pun tidak dapat lagi mengendalikan saluran pembuangan mereka. Jadi, jangan heran jika mereka sedang berdiri atau duduk atau tidur, tiba-tiba dari alat pembuangan tersebut keluarlah cairan atau gas atau benda padat yang merupakan sisa pembuangan dari tubuh (maaf, maksudnya air kencing, kentut, darah menstruasi, cairan keputihan hingga buang air besar). Benda-benda busuk ini mengalir begitu saja dari tubuh mereka lewat saluran pembuangan tanpa bisa diketahui atau dikendalikan. Kondisi ini biasa disebut dengan Fistula. (Hmm.. mungkin kalau orang tua sering bilang, turun berok yah? Wanita dengan fistula ini, pada akhirnya dikucilkan tidak hanya oleh suami dan keluarganya tapi juga oleh masyarakatnya. Mereka dianggap bau, jorok, dan Sampah! Beberapa gadis yang terbuang akhirnya membentuk sebuah komunitas yang tersendiri. Jadi, jangan heran jika ada sebuah desa yang isinya melulu adalah janda wanita tua atau janda wanita muda yang berwajah muram dan terlihat penyakitan. Keluarga mengusir menngucilkan mereka, masyarakat mengusir mereka, dan suami telah mencari istri baru yang muda, yang sehat dan belum rusak.

Maha Suci Allah yang menggenggam hidup manusia.

Itulah salah satu gambaran dari wanita-wanita luar biasa yang mendapat Chutfah Award. Chutfah Award adalah penghargaan bagi para wanita yang dianggap telah melakukan hal yang amat luar biasa bagi orang lain tanpa pamrih. Para wanita yang menerima penghargaan ini, memang sungguh luar biasa. Mereka tidak lagi peduli dengan kesenangan dunia yang telah mereka miliki sebelumnya. Mereka lepaskan semua kemapanan yang sedang mereka genggam, mereka lepaskan semua harta, kesenangan dan kedudukan yang mereka miliki di kehidupan mereka demi membantu orang lain.
Air mata haru melihat kehebatan para wanita-wanita tersebut.

Menyaksikan kisah keberanian wanita tersebut, saya jadi teringat betapa kita sebagai manusia benar-benar tidak dapat meramalkan apa yang terjadi di hari esok. Betapa semua yang kita miliki sebenarnya sama sekali tidak kita miliki. Semua hanyalah barang titipan yang bersifat sementara saja. Bisa lenyap dalam sekejap dan tidak terduga. Dan kehidupan seperti roda yang akan terus berputar. Tidak selamanya kehidupan yang serba enak, mapan dan mudah akan berlangsung. Suatu hari akan tiba masanya roda membawanya ke bawah, menyentuh lumpur dan tanah becek. Akan tiba masanya saat-saat sulit, penuh perjuangan, dan gelimang ujian. Hasbunallah wa ni'mal wakil.
Ya Allah bimbinglah hamba yang daif dan tetapkan Iman Islam dan Ihksan jadikanlah penutup umur kami khusnul khotimah.
Dan ...jadikanlah kami Wanita Sholihah.

Apakah kita sadar dengan diri kita sebagai wanita sekarang?
Padahal, kelak di pengadilan tertinggi nanti, pertanyaan yang harus saya jawab adalah kemana kaki ini telah saya langkahkan dan apa saja yang dilakukan oleh tangan ini. Padahal nanti juga ada pertanyaan kemana harta dan ilmu yang saya miliki ini telah saya gunakan.
Astaghfirullahaladz iim. Ternyata diri ini amat kecil seperti debu di padang pasir. Padahal Rasulullah SAW telah memberitahu kita bahwa manusia yang paling baik adalah mereka yang paling bertakwa dan paling bermanfaat bagi orang lain.




Selasa, Desember 09, 2008

SALAM IDHUL ADHA

by. HAMBA FAKIR

Falsafah korban - Cinta Allah Mengatasi Cinta Makhluk

Bulan Zulhijjah ialah antara bulan Islam yang banyak merakamkan beberapa peristiwa besar dalam sejarah Islam. Peristiwa terpenting yang berlaku, di antaranya seperti ibadah haji dan peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dengan anaknya demi ketaatan baginda kepada perintah Allah s.w.t. Rentetan daripada peristiwa itu, amalan ibadah korban telah menjadi sebahagian daripada syariat Allah s.w.t. yang dituntut terhadap umat Islam untuk melaksanakannya.Â


Bulan Zulhijjah ialah antara bulan Islam yang banyak merakamkan beberapa peristiwa besar dalam sejarah Islam. Peristiwa terpenting yang berlaku, di antaranya seperti ibadah haji dan peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dengan anaknya demi ketaatan baginda kepada perintah Allah s.w.t. Rentetan daripada peristiwa itu, amalan ibadah korban telah menjadi sebahagian daripada syariat Allah s.w.t. yang dituntut terhadap umat Islam untuk melaksanakannya. Nabi s.a.w. menjelaskan lagi syariat tersebut dalam sebuah hadis yang bermaksud:Â

Daripada Zaid bin Arqam, dia berkata: Suatu hari sahabat Rasulullah s.a.w. bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah yang ada pada korban itu?'' Jawab Rasulullah: "Ia adalah sunah bapa kamu, Ibrahim.'' Mereka berkata: "Apa yang akan kami peroleh daripadanya wahai Rasulullah?' ' Rasulullah menjawab: "Bagi setiap helai rambut ada kebajikannya. '' Mereka berkata: "Bagaimana pula dengan bulunya wahai Rasulullah?' ' Rasulullah s.a.w. menjawab: "Bagi setiap helai bulu ada kebajikannya. '' (Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmizi)Â

Untuk sama-sama kita memahami falsafah pengorbanan besar di sebalik kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail itu, Allah s.w.t. merakamkannya di dalam al-Quran ayat 99-112 surah as-Shaffat yang bermaksud: Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.... . Dan Kami beri dia khabar gembira dengan (kelahiran) Ishak, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang soleh.Â

Di sebalik kisah yang dirakamkan itu, terdapat dua dimensi pengorbanan yang boleh dijadikan iktibar untuk renungan kita bersama. Pertama, pengorbanan seorang ayah yang begitu lama menantikan seorang anak, kemudian apabila sudah memilikinya terpaksa pula mengorbankan perasaan cinta dan kasih tersebut, demi kepatuhan dan keredhaannya terhadap perintah Allah Taala. Kedua, ketaatan dan keyakinan penuh Nabi Ismail terhadap pengorbanan yang dituntut oleh ayahnya untuk dilakukan. Sebagai seorang anak, baginda sanggup pula mengorbankan kasihnya kepada ibu dan ayahnya dan zaman keseronokan remajanya, malah ke tahap sanggup mengorbankan nyawanya sendiri, semata-mata kerana ketaatan baginda terhadap perintah Allah s.w.t. dan perintah seorang ayah. Kedua-dua pengorbanan ini sebenarnya berpusat daripada hubungan cinta sejati mereka kepada Allah s.w.t. yang tidak berbelah bahagi.Â

Dalam kes di atas, logik naluri kita akan bertanya, mengapa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sanggup mengorbankan cinta dan kasih sayang mereka demi perintah Allah Taala? Bukankah Nabi Ibrahim sudah lama mengidamkan seorang anak? Mengapa setelah dikurniakan anak, diperintahkan pula supaya menyembelihnya? Dalam keadaan itu, tentu baginda berdua boleh berdalih dengan pelbagai alasan. Tetapi mereka tidak berbuat begitu, kerana cinta mereka kepada Allah s.w.t. mengatasi cinta kepada makhluk. Tetapi persoalannya, sejauh manakah kita dapat memahami falsafah korban seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu? Bolehkah tahap pengorbanan umat Islam hari ini setinggi itu? Sanggupkah seorang Muslim itu menerima takdir dengan pasrah seperti kematian atau kehilangan orang yang disayanginya? Atau adakah kita lebih banyak mempertikaikan takdir yang telah Allah Taala aturkan? Mungkinkah ada lagi pada zaman serba canggih ini, remaja sehebat Nabi Ismail yang
sanggup berkorban nyawa, kasih dan keseronokan zaman remajanya demi ketaatan dan kecintaan kepada Allah Taala?Â

Sesungguhnya seandainya seorang Muslim itu apabila mereka mendahulukan cinta Allah daripada cinta makhluk, mereka pasti akan beroleh jaminan besar sebagaimana yang disebut oleh Rasulullah s.a.w. dalam sebuah hadis yang bermaksud: Ada tujuh golongan yang mendapat perlindungan daripada Allah pada hari yang tidak ada perlindungan melainkan perlindungan Allah s.w.t. iaitu imam yang adil, pemuda yang mengabdikan diri untuk beribadah kerana Allah, lelaki yang hatinya sentiasa terpaut dengan masjid, dua orang lelaki yang bersahabat, mereka bertemu kerana Allah dan berpisah juga kerana Allah, lelaki yang digoda oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan kemudian menolaknya lalu berkata: "Sesungguhnya aku takutkan Allah'', lelaki yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang tangan kanannya sedekahkan dan lelaki yang menitiskan air mata, beribadah menyebut nama Allah ketika bersendirian. (Riwayat Muslim)Â

Sehubungan itu, Islam menjelaskan bahawa cinta seseorang hamba kepada Allah s.w.t. itu haruslah berlandaskan kepada ittiba' (ikutan) dan ketaatan sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah s.w.t. seperti mana yang diamalkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam cerita tersebut.Â

Hal ini dijelaskan oleh Allah s.w.t. melalui firman-Nya yang bermaksud: Katakanlah (wahai Muhammad) jika benar kamu mengasihi Allah, maka ikutilah Aku, nescaya Allah mengasihi kamu dan mengampunkan dosa-dosa kamu dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani. (Ali Imran:31)Â

Sesungguhnya sumber cinta daripada Allah Taala merupakan sumber cinta yang paling tinggi dan utama. Apabila berlaku pertembungan antara cinta Allah Taala dengan cinta makhluk, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memenangkan cinta mereka untuk Tuhannya tanpa ragu-ragu. Baginda mengetahui bahawa meletakkan cinta Allah pada tempatnya adalah satu kedudukan cinta yang tinggi yang hanya akan lahir bagi orang yang sudah cukup kenal akan Allah Taala. Menurut Imam al-Ghazali bahawa ma'rifah (ilmu pengetahuan) itu akan mendahului cinta sebab, cinta tanpa ma'rifah tidak mungkin berlaku. Ini kerana manusia hanya dapat mencintai sesuatu yang dikenalinya sahaja. Pepatah Melayu ada menyebut, 'Tak kenal maka tak cinta'. Ia seolah-olah membenarkan pendapat Imam Ghazali tersebut.Â

Dalam kisah tersebut, demi membuktikan cinta mereka adalah benar, lalu Allah s.w.t. menguji mereka dengan bentuk ujian yang sukar diterima oleh akal manusia biasa. Oleh itu, benarlah bahawa cinta yang tulus ikhlas itu memerlukan pengorbanan yang mesti ditempuh melalui sesuatu ujian dan dugaan terlebih dahulu. Apakah bukti cinta mereka? Tidak lain dan tidak bukan mereka telah mengorbankan cinta mereka yang sementara kepada cinta yang kekal abadi.Â

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud: Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah s.w.t. mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang yang dusta. (Al-Ankabut: 3)Â

Oleh itu, Muslim yang benar-benar kenal akan Allah Taala sanggup menggadaikan harta dan wang ringgit. Mereka juga sanggup mengorbankan kasih mereka terhadap anak-anak dan keluarga sendiri, malah nyawa sekalipun semata-mata kerana mendahului cinta Allah s.w.t. Apabila cinta Allah Taala sudah memenuhi hatinya, maka barulah datang cinta kepada Rasulullah s.a.w. dan makhluk-makhluk- Nya yang lain. Itulah kedudukan cinta yang betul yang menerbitkan kemanisan iman yang tiada taranya. Malangnya umat Islam hari ini tidak memahami konsep 'al-Aulawiyat' ini. Mereka dengan mudah terjerumus dengan cinta makhluk-Nya sehingga sanggup dikongkong oleh nafsu tamak, rakus, bakhil dan mengutamakan keuntungan dunia tanpa had dosa atau pahala. Akhirnya kebinasaan dan kerugian yang terpaksa diratapi dan disesali apabila jasad mereka menjadi bahan makanan kepada cacing dan ulat di dalam tanah.Â

Di dalam al-Quran Allah s.w.t. memberi amaran kepada manusia melalui firman-Nya yang bermaksud: Katakanlah (wahai Muhammad) jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu bimbang kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq. (At-Taubah: 24)Â

Hal ini kerana cinta yang hakiki bukan diukur berdasarkan pandangan mata makhluk atau kerana tuntutan hawa nafsu semata, tetapi lebih mengikut pandangan Allah Taala yang dialirkan ke dalam hati setiap makhluk-Nya. Malah semua anugerah Allah Taala kepada manusia seperti nikmat kebaikan, kemewahan, hidup dan mati semuanya adalah rahmat dan kasihan belas-Nya pada kita yang kadang-kadang gagal difahami falsafah sebenar di sebalik pemberian tersebut. Dalam sebuah hadis, Rasulullah s.a.w. mengingatkan kita melalui sabdanya yang bermaksud: Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dan seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan dan mengerumuni talam hidangan mereka.'' Maka salah seorang sahabat bertanya "Apakah kerana kami sedikit pada hari itu?'' Nabi s.a.w. menjawab, "Bahkan kamu pada hari itu ramai sekali, tetapi kamu umpama buih pada waktu banjir, dan Allah s.w.t. akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati
musuh-musuh kamu, dan Allah s.w.t. akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit wahan.'' Seorang sahabat bertanya, "Apakah wahan itu wahai Rasulullah?' ' Nabi s.a.w. menjawab, "Cinta pada dunia dan takut pada mati. (Riwayat Abu Daud)Â

Justeru itu Islam telah menyusun dan mengatur tatacara berkorban dengan kemas dan sempurna supaya kita memahami pengajaran di sebalik peristiwa agung tersebut. Falsafah daripada pensyariatan ibadat ini nanti akan mengekalkan ingatan kita kepada lambang cinta agung Nabi Ibrahim yang mengorbankan puteranya Nabi Ismail demi cinta dan taqarrub mereka kepada Allah s.w.t.Â

Firman-Nya yang bermaksud: Dan apabila hamba-hamba- Ku bertanya kepadamu mengenai Aku, maka (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka). Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menyahut seruan-Ku (dengan mematuhi perintah-Ku) , dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku supaya mereka menjadi baik serta betul. (Al-Baqarah : 186)Â




Selasa, Desember 02, 2008

10 HARI PERTAMA DZHULHIJAH

"Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah). " Para sahabat pun bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid)." (HR. Al-Bukhari).

Adapun amal-amal yang disyariatkan itu adalah :



1. Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah.

Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga".

2. Berpuasa selama hari-hari tersebut, atau pada sebagiannya, terutama pada hari Arafah.

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi :

"Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku".

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun". (Hadits Muttafaq 'Alaih).

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah Rahimahullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya".

3. Takbir dan Dzikir pada Hari-hari Tersebut

Sebagaimana firman Allah Ta'ala.

".... dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan ...". (Al-Hajj : 28).

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma.

"Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid". (Hadits Riwayat Ahmad).

Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhum keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha', tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan :

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu"

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah".

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.

"Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu ...".
(Al-Baqarah : 185)

4. Taubat serta Meninggalkan Segala Maksiat dan Dosa

Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta'atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya" (Hadits Muttafaq 'Alaihi).

5. Banyak Beramal Shalih

Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma'ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

6. Disyariatkan pada Hari-hari itu Takbir Muthlaq

Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah ; bagi selain jama'ah haji dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.

7. Berkurban pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq

Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta'ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu". (Muttafaq 'Alaihi).

8. Dilarang Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku bagi orang yang hendak Berkurban

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu 'Anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya".

Dalam riwayat lain :

"Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban".

Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya.


Firman Allah.
" ..... dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan. ..".
(Al-Baqarah : 196)

Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.

9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha dan mendengarkan Khutbahnya

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.

10. Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas

Marilah kita isi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan serta memanfaatkan kesempatan emas ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.

Semoga Allah melimpahkan Taufik dan Hidayahnya-Nya dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

disadur dari : www.nurulyaqin. org