THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Kamis, Oktober 16, 2008

J O D O H ???

oleh Siti Aisyah Nurmi

Aktivitas
cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak budaya
melakukannya Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.
Apa
ada aktivitas cari jodoh? Atau…apakah jodoh memang harus dicari? Yang
pasti, setiap orang normalnya ingin menikah. Meskipun ada yang karena
satu dan lain hal menjadi tak ingin atau tidak ditakdirkan berjodoh di
dunia.

Aktivitas cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak
budaya melakukannya. Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.

Apakah Islam juga menyediakan aktivitas ini untuk muda-mudi kita?
Sejujurnya penulis belum pernah menemukan sebuah ritual resmi atas nama
Islam tentang ini, yang ada dan cukup banyak adalah berbagai arahan
tentang mencari jodoh, memilih, dan memutuskan yang mana.

Mencari jodoh:

Ada sebuah tuntunan sangat praktis langsung dari Allah SWT.

” Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (An Nur 26).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT sudah menjodohkan setiap orang
bersesuaian jiwanya satu sama lain, mereka yang ”sesuai” akan cenderung
betah satu sama lain dan karenanya akan mudah berjodoh. Jika kita masih
lajang dan ingin cari jodoh, maka jika kita ingin mendapat jodoh yang
baik berarti kitalah yang lebih dahulu harus menjadikan diri kita baik,
maka Insya Allah kita akan dijodohkan dengan yang baik oleh Allah.
Mudah ’kan? Itu langkah adalah langkah pertama.

Langkah pertama ini jika diyakini dengan sepenuh hati Insya Allah
menjadi doa sekaligus usaha yang diajukan kepada Allah SWT tentang
calon pendamping seperti apa yang kita inginkan.

Apakah kriteria ”baik” itu? Bagaimanakah kita ingin jodoh yang baik dengan cara kita berusaha menjadi baik terlebih dahulu?

Ketaqwaan adalah ukuran baku dari Allah SWT. Kadar ketaqwaan ini
berdampak luas kepada semua sisi kehidupan seorang manusia. Ketika ia
sedang diuji dengan kesenangan, ia akan bersyukur dengan pas, tepat,
akurat, sehingga Allah menambah nikmat dariNya. Ketika ia diuji dengan
musibah dan kesulitan, ia bersabar, sehingga Allah bertambah
menyayanginya dan memberikan pahala yang banyak.

Hanya saja angka ketaqwaan tak dapat ditera manusia. Hanya Allah-lah
yang Maha Tahu kadar ketaqwaan manusia. Bahkan si manusia itu sendiri
tak pernah tahu berapa derajat ketaqwaannya, sebab ia sebagai manusia
selain sarat dengan khilaf, lupa dan lalai, juga seringkali tidak
mempertajam matahatinya sehingga semakin buta hakikat.

Manusia hanya mampu ”khawatir tak diterima Allah” (khouf) dan berharap ”agar ia diterima oleh Allah” (roja’).
Khouf dan Roja’ ini seyogyanya ada dalam diri manusia yang sadar ia
manusia yang sangat mungkin salah. Panjang lebar berbagai ulama modern
maupun ulama salaf membahas dalam topik-topik tentang taqwa dan
manajemen hati. Di situlah taqwa dibina.

Orang yang terbiasa mengelola hatinya Insya Allah juga mampu
memprogram dirinya untuk maju menjadi lebih baik setiap harinya tanpa
terjebak rasa sombong dan pongah bahwa ia sudah sampai kepada ”maqom”
taqwa padahal sesungguhnya belum. Alah bisa karena biasa. Pepatah ini benar adanya.

Hendaknya kaum muda sibuk mengelola hatinya, sibuk meningkatkan
taqwanya dengan keyakinan itulah kelak tiketnya ke surga dan ke
pelaminan. Janganlah kaum muda muslim harapan ummat malah sibuk ”te-pe
te-pe” (tebar pesona) di berbagai mal maupun layar kaca atau media lain
dalam rangka membangun masa depan mereka.

Ada yang pernah bertanya kepada penulis: kalau begitu kapan
berkesempatan berkenalan dengan orang banyak? Kalau sibuk menata hati
kapan berjumpa orang-orang yang potensial menjadi calon? Bukankah harus
”gaul”?

Tergantung apa makna ”gaul”. Jika ”gaul” bermakna harus ikut segala
tren dan mode, segala hura-hura dan pesta-pesta, maka itu tak perlu.
Berapa banyak remaja dan anak muda justru terjebak mendapat jodoh buruk
di tempat pergaulan semacam itu, dan bahkan bertemu dengan narkoba!

Bergaul normal, sebagaimana aktivitas sehari-hari, itu cukup. Bahkan
aktivitas zaman ini tidak terbatas di lingkungan fisik belaka, ada
dunia maya yang juga dapat menjadi ajang silaturahim. Sejak ketemu di
dunia maya, lanjut ke dunia nyata, maka selanjutnya terserah anda.

Itu cukup, asalkan dalam bergaul sehari-hari, patokan bergaul terus dipegang sesuai aturan Islami. Ini sangat penting.

Dalam pergaulan, cara seseorang bergaul akan menentukan siapa
selanjutnya kawannya. Seorang gadis yang berhati-hati dalam bergaul
maka sikapnya akan menyingkirkan
pemuda mata-keranjang sebab gadis ini
ogah diperlakukan sembarangan. Sebaliknya jika si gadis selalu memberi
”lampu hijau” bagi teman-teman prianya untuk memperlakukan dirinya
dengan sembarangan, maka dirinya hanya akan dipermainkan kemudian
dicampakkan.

Jangan khawatir sikap yang ”penuh aturan” ini akan menjauhkan teman,
sebaliknya, akan menseleksi dengan baik. Lagipula, buat apa punya teman
yang hanya ingin mempermainkan?

Allah SWT tak pernah lupa dan tak pernah tidur. Allah SWT selalu
memberikan kita bimbingan dan petunjuk, asal saja kita mau melihatnya.

Allah juga selalu menguji kita, hanya saja kita sering tak sadar.
Kadang kita menyangka sedang ditawarkan sesuatu yang baik karena seolah
indah dan baik (tampaknya), padahal sesungguhnya itu adalah ujian yang
harus kita hindari dan jauhi karena di balik itu ada keburukan
tersembunyi dan bahaya kepada agama.

Ada banyak anak muda muslim dan muslimah yang tertipu dengan
manusia-manusia penuh misi pemurtadan. Para misionaris ini memang
sengaja menjadi ”kawan terbaik” bagi calon sasarannya. Tujuannya adalah
menjadi kawan akrab, kemudian, pacar, kemudian menikahi, kemudian
memurtad-kan.

Entah ini memang sebuah gerakan terselubung atau hanya aktivitas
pribadi, yang pasti fenomena ini sudah sangat banyak dan sudah
berlangsung sejak puluhan tahun di bumi pertiwi ini. Ahh, andai saja
setiap pemuda-pemudi muslim tetap berpegang pada aturan Islam dalam
bergaul, berteman, bersahabat apalagi mencari jodoh, niscaya segala
kisah pemurtadan seperti itu tak pernah terjadi. Waspadalah.

Wallahua’lam