THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Sabtu, Mei 08, 2010

RUMAH ISLAMI


Adakah konsep rumah Islami? Apakah rumah Islami itu berarti rumah dengan arsitektur ke-Arab-araban? Ataukah sebuah rumah dengan interior yang menampilkan hiasan kaligrafi ayat suci Al Quran? Pembahasan tentang rumah tinggal Islami memang selalu menyisakan pertanyaan yang tak pernah tuntas terutama tentang kata Islami itu sendiri. Banyak ahli dalam dan luar negeri yang telah menyumbangkan pemikirannya tentang masalah ini, dari yang menyampaikan sisi praktisnya hingga aspek filosofisnya. Beberapa tokoh arsitektur dalam negeri yang ikut memberikan sumbangan pemikiran diantaranya Zein Mudjiono (Arsitektur ITS ), Bambang Setyo Budi (Arsitektur ITB ), dan Budi A. Sukada (Arsitektur UI).

Sedangkan dari luar negeri terdapat tulisan-tulisan menarik tentang ruang Islami dalam format estetika ( keindahan ) yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu semisal Islamic Aesthetic karya Oliver Leaman. Selain itu, pembaca juga dapat memperoleh pemahaman yang total dari arsitektur Islam dari pemikiran suami istri Ismail dan Lamya Faruqi dalam karyanya The Cultural Atlas of Islam.

Bambang Setyo Budi yang juga telah memelopori munculnya blog dan meramaikan milis
arsitektur islam di dunia maya. Ia memberikan perhatian khusus secara tekstual
pada kata rumah yang disebut oleh Allah SWT dalam AlQur??™an. Dijelaskannya bahwa
terdapat tiga macam kata yang dipakai dalam wahyuNya yang berkaitan dengan
rumah, yaitu al bait, al maskan, dan ad dar. Al-bait disebut
dalam QS.17:93, 66:11, 8:5, 14:37, 4:100, 12:23, 71:28, 2:189, 4:15, 29:41,
24:36, 33:53, 7:74, 15:82, 16:68, 26:149, 10:87, 16:80, 24:27, 29,61, 3:49,
154, 10:87, 16:80, 33:13, 33,34, 27:52, 59:2, 43:33, 34, 65:1. Al Maskan
disebut dalam QS. 34:15, 9:24, 9:72, 61:12, 14:45, 21:13, 27:18, 20:128,32:26,
28:58, 29:38, 46:25, 24:29. Ad Dar disebut dalam QS. 6:127, 10:25.
Ketiga kata tersebut ini diartikan sebagai rumah tinggal dalam arti sempit
maupun luas.

Zein Mujiono memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk konsep praktis bagaimana membangun rumah yang Islami. Menurutnya rumah Islami harus mampu menjadi sarana meraih 2 (dua) tujuan hidup. Pertama, kesejahteraan dunia, yang meliputi: rasa kasih sayang (mawadah warahmah), terjaminnya pendidikan anak, berlangsungnya siklus biologis, ukhuwah Islamiyah, silaturahmi, pembentukan pribadi muslim, karier yang sukses, dan kesehatan yang terpelihara. Kedua, kesejahteraan akhirat yang meliputi: termudahkannya pelaksanaan ibadah mahdah, proses muamalah, dan mampu menjauhkan penghuninya dari hal-hal yang haram maupun makruh. Ia juga mengajukan konsep praktis sebuah rumah dengan arsitektur Islami yang terjabarkan secara detail dan teknis dalam 41 karakter rumah Islami.

Berlainan dengan Bambang dan Zein, arsitek kenamaan Budi Sukada memberikan pandangan yang agak berbeda. Menurutnya rumah yang Islami bukanlah rumah yang desain arsitekturnya seperti masjid atau rumah yang di dalamnya penuh dengan ornamen-ornamen Islam, seperti kaligrafi, dan lainnya. Rumah yang Islami, katanya, adalah rumah yang efisien, bisa untuk sarana dzikir kepada Allah, dan mengingat akan mati, serta tidak dibuat-buat. ???Rumah yang Islami itu bukan yang menghadap kiblat atau yang WC-nya tidak menghadap kiblat. Rumah yang Islami adalah rumah yang memungkinkan penghuninya untuk saling bersilaturahmi dan berinteraksi. Sementara itu, privasi masing-masing orang juga bisa terjaga di
dalamnya. Kalau kriteria-kriteria tersebut terpenuhi, baru menjadi tugas
arsitek untuk mewujudkan itu dalam desainnya??? ungkapnya. ???Rumah yang Islami
juga rumah yang bisa sebagai tempat kumpul seluruh anggota keluarga atau
penghuninya,??? terangnya. Namun, yang lebih penting rumah yang Islami adalah
rumah yang tidak menutup diri dari dunia luar. Tapi, tetap memungkinkan interaksi
dan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar dan para tetangga bisa
berlangsung dengan baik. Soal ornamen-ornamen yang bercorak Islami seperti kaligrafi, tutur Budi, boleh-boleh saja dipasang di rumah.

Agak berbeda dengan pemikiran Budi Sukada, Oliver Leaman justru menengarai bahwa di
kebanyakan masyarakat Muslim, rumah yang Islami adalah rumah dengan tingkat
privacy yang sangat tinggi. Keindahan rumah hanya diwujudkan pada bagian
dalamnya saja. Taman-taman misalnya, dibangun sebagai bagian dari keindahan
interiornya, bukan eksteriornya. Bagian luar rumah cukup diberi pagar atau
dinding yang tinggi dan sederhana sehingga aktivitas di dalam tidak terlalu
mencolok. Ia beralasan bahwa dalam Islam dilarang dengan keras adanya tindakan
pamer atau riya. Pendapat Leaman ini agaknya memang kurang pas dengan
perilaku sosial masyarakat kita di Indonesia.

Ismail Faruqi
berupaya lepas dari dimensi wujud dan mencoba memberikan landasan pemikiran
yang lebih abstrak dan spiritual. Menurutnya, keindahan yang Islami adalah
keindahan yang berlandaskan intisari dienul Islam itu sendiri. Jadi
semua yang ada harus ditujukan demi meraih intisari Islam yaitu tauhidullah atau
mengesakan Allah SWT. Berarti desain rumah yang Islami adalah wujud aplikasi
pola pikir tauhid. Berarti juga sebuah rumah tidak boleh ditujukan untuk
membanggakan diri, melebihkan diri, memperkaya diri, karena yang berhak untuk
itu hanyalah Allah SWT.

Upaya merangkum dan meringkas pemikiran para ahli ternyata membawa kita pada kesimpulan bahwa memandang rumah Islami ibarat memandang sebuah benda terbungkus rapi. Yang dibungkus lebih esensi dari pembungkusnya atau isinya lebih penting dari
kulitnya, entah pembungkus itu wujudnya adalah rumah petak 3mx3m atau rumah mewah
bak istana yang lengkap fasilitasnya. Artinya pola pikir dan tingkah laku yang
Islami dari penghuninya, itulah yang lebih penting dari pada desain atau
arsitektur rumahnya. Dengan demikian umat Islam dari semua kalangan dapat
mewujudkan rumah Islami mulai dari hatinya, jika sudah, barulah memperindah
tempat tinggalnya. Kalaupun ada keluarga yang mampu justru dari desain rumahnya
yang Islami agar dapat membentuk kepribadian penghuninya, juga silakan. Jika
dapat mencapai kebaikan di keduanya, kenapa tidak? Akhirat tercapai, dunia
tidak tertinggal.

Semoga
bermanfaat ...

Author: Mulyadi