THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Rabu, Agustus 06, 2008

di balik BENCANA

Hidup kadang seperti
petani yang berharap menanti hujan. Ketika awan gelap membumbung
menutup langit, halilintar menyambar-nyambar memecut bumi; ketakutan
pun muncul. Padahal, di balik gelapnya langit dan kilatan path, di
situlah tercurah hujan.

Di masa kekhalifahan
Umar bin Khaththab, pernah terjadi gempa besar. Orang-orang panik.
Korban pun berjatuhan. Beberapa saat setelah kejadian itu, Khalifah
menyampaikan pesannya. "Kalian suka melakukan bid’ah yang tidak ada
dalam Alquran, sunah Rasul, dan ijma (kesepakatan umum) para
sahabat Nabi, sehingga kemurkaan dan siksa Allah turun lebih cepat."
(Sunan Al-Baihaqi diriwayatkan dari Shafiyah binti Ubaid)

Ucapan itu begitu menarik. Tanpa tedeng
aling-aling, beliau r.a. langsung menghubungkan antara bencana dengan
dosa orang sekitarnya. Bagaimana mungkin sebuah negeri yang masih
banyak dihuni para sahabat Rasul yang saleh; dipimpin oleh Umar yang
begitu dekat dengan Rasul; bisa mendapat bencana karena kemaksiatan.

Pesan
Umar itu akan lebih terasa tajam jika bencana terjadi pada diri umat
saat ini. Tentu, dosa-dosa umat saat ini jauh lebih besar dibanding
zaman para sahabat Rasul. Di masa itu, nyaris tidak ada kemusyrikan.
Tidak ada perzinahan. Tidak ada korupsi dan penindasan. Sementara di
zaman ini, hampir semua potensi kebaikan tercemari limbah nafsu duniawi.
Bencana
menurut Umar bin Khaththab, walaupun di sekelilingnya banyak orang
saleh, terjadi karena pelanggaran terhadap nilai-nilai ajaran Islam.
Bencana adalah teguran Allah swt. agar hamba-hambanya bisa kembali
kepada kebenaran.

Di zaman Nabi Musa a.s.,
gempa juga dimaknai beliau sebagai teguran berat. Tujuh puluh orang
terpilih dikumpulkan Nabi Musa untuk melakukan pertaubatan. Seperti
itulah yang diungkapkan Al-quran dalam surah Al-A’raf ayat 155 hingga
156.

"Dan Musa memilih tujuh puluh orang
dari kaumnya untuk (memohon taubat kepada Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan. Ketika mereka ditimpa gempa bumi, Musa berkata, Ya
Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau binasakan mereka dan
aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan
orang-orang yang kurang berakal di antara kami? Itu hanyalah cobaan
dariMu. Engkau sesatkan, dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki
dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah
pemimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah
pemberi ampun yang terbaik.”

"Dan
tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan dikhirat. Sungguh kami
kembali (bertaubat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, ‘Siksa-Ku akan
aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan; rahmat-Ku meliputi
segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang
bertakwa, yang menunaikan zakat dan orangorang yang beriman kepada
ayat-ayat Kami." (QS. 7: 155-156)

Di masa
Rasulullah saw. pernah terjadi bencana wabah. Aisyah r.a. menanyakan
soal wabah itu. Terutama, keadaan orang-orang beriman yang terjebak di
daerah bencana. Rasulullah saw. mengatakan bahwa wabah tha’un
merupakan siksa Allah yang dikirimkan kepada siapa saja yang
dikehendaki- Nya. Tetapi, Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi para
hamba-Nya yang beriman. Maka, seorang mukmin yang berada di daerah yang
kejangkitan wabah itu, jika sabar dan ikhlas karena ia mengerti tidak
akan terkena wabah itu kecuali kalau memang sudah ditakdirkan Allah
baginya, maka Allah akan mencatat baginya pahala seorang mati syahid.
(HR. Bukhari).

Bencana memang tidak akan
pilih kasih. Apakah di situ ada orang saleh atau penikmat maksiat.
Semua akan kena. Semua akan merasakan kedahsyatannya. Cuma bedanya,
orang kafir merasakannya sebagai azab. Sementara orang mukmin sebagai
rahmat Allah swt. Dengan catatan: sabar dan ikhlas.

Namun,
Allah swt. mengingatkan agar orang-orang beriman berupaya keras
melakukan perbaikan. Seorang mukmin tidak dibenarkan membiarkan
kemaksiatan membudaya di lingkungannya. Karena ketika siksa datang,
siapa pun akan terkena kedahsyatannya. Termasuk orangorang yang beriman.

Allah
swt. mengingatkan hal itu dengan sebutan fitnah. Firman Allah, swt.
dalam surah Al-Anfal ayat 25, "Dan peliharalah dirimu dari fitnah
(siksaan) yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di
antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."

Fitnah
memang punya beberapa arti. Ia bisa berarti siksaan seperti tersebut di
surah ke-85 ayat 10. Fitnah juga berarti ujian seperti di surah ke-29
ayat 2 dan 3: Juga berarti kemusyrikan, dalam surah ke-8 ayat 39, dan
lain-lain..

Ketika bencana sudah
terjadi,besar atau kecil, seorang mukmin harus bersikap positif. Ia
tidak mengeluh, apalagi menggugat: Allah tidak adil!" (QS. 89: 15-16)

Selalu
saja, semua yang Allah turunkan termasuk juga bencana akan punya
hikmah. Ada pelajaran di balik penderitaan seorang mukmin. Di sana ada
ampunan, teguran, solidaritas, juga pendidikan kesabaran dan
keikhlasan. Wallahu’alam