THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Jumat, April 25, 2008

HARI PERHITUNGAN/ HISAB

oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : "Apakah hari perhitungan
itu hanya sehari?"

Jawaban
Memang hari perhitungan itu hanya sehari, akan tetapi sehari yang kadarnya
lima puluh ribu tahun, sebagaimana difirmankan Allah Ta'ala.

"Artinya : Seorang peminta telah meminta kedatangan azab yang bakal
terjadi. Untuk orang-orang kafir, yang tidak seorangpun dapat menolaknya,
(Yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik.
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari
yang kadarnya lima puluh ribu tahun". [Al-Ma'arij : 1-4].

Yakni, azab ini akan menimpa orang-orang kafir dalam sehari yang kadarnya
limu puluh ribu tahun. Dalam hadits Shahih Muslim disebutkan hadits dari
sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :"Tiada seorangpun dari pemilik emas atau
pemilik perak yang tidak menunaikan haknya, melainkan pada hari kiamat
akan dibentangkan untuknya papan dari logam dan dipanaskan di atasnya
dalam Naar Jahannam, lalu dipangganglah lambungnya, dahinya dan
punggungnya. Ketika telah dingin, dikembalikan lagi dalam sehari yang
kadarnya lima puluh ribu tahun sehingga tertunaikanlah segala yang
berkaitan dengan hamba". Hari yang panjang ini adalah hari yang
menyusahkan bagi orang-orang kafir. Allah Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dan adalah (hari itu), hari yang penuh kesukaran bagi
orang-orang yang kafir". [Al-Furqan : 26].

"Artinya : Maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi
orang-orang kafi lagi tidak mudah". [Al-Mudatsir : 10].

Namun dapat dipahami dari dua ayat ini bahwa bagi orang-orang mukmin
adalah mudah. Hari yang amat panjang ini dan penuh dengan hal-hal yang
menakutkan dan perkara-perkara yang luar biasa djadikan mudah oleh Allah
Ta'ala bagi orang mukmin dan menyusahkan bagi orang kafir. Kita memohon
kepada Allah Ta'ala kiranya berkenan menjadikan kita dan saudara-saudara
kita termasuk golongan yang diberi kemudahan oleh Allah pada hari kiamat.

Terlalu berlebihan dalam memikirkan dan menyelami masalah-masalah ghaib,
seperti ini termasuk perbuatan tanatthu' (berlebihan/ melampui batas) yang
pernah disinyalir oleh Nabi melalui sabdanya ;" Celakalah orang-orang yang
berlebihan, celakalah orang-orang yang berlebihan, celakalah orang-orang
yang berlebihan".

Tugas kita sebagai manusia dalam masalah-masalah semacam ini adalah pasrah
saja dan mengambil zhahirnya makna tanpa perlu menyelami atau berusaha
mengqiyaskan dengan hal-hal yang terdapat di dunia ; karena hal-hal yang
ada di akhirat itu tidak seperti yang ada di dunia. Meskipun terdapat
keserupaan secara makna, akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan
yang besar. Sebagai contoh, Allah Ta'ala menyebutkan bahwa di dalam surga
itu terdapat kurma, delima, buah-buahan, daging burung, madu, air, susu,
khamr, dan sejenisnya namun Allah Ta'ala berfirman.

"Artinya :Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka,
yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". [As-Sajadah : 17].

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa Allah berkata :
"Artinya : Aku sediakan bagi hamba-hamba- Ku yang shalih sesuatu yang belum
pernah dilihat oleh mata, belum pernah di dengar oleh telinga, dan belum
pernah terdetik dalam hati maunusia".

Nama-nama ini yang memiliki substansi di dunia ini tidak berarti bahwa hal
itu sama seperti yang disebutkan oleh Allah mengenai hal-hal yang ada di
akhirat, meskipun secara asalnya maknanya ada kesamaan.

Setiap hal-hal yang ghaib yang memiliki kesamaan asal maknanya dengan
hal-hal yang bisa kita lihat di alam dunia ini tidak memiliki kesamaan
dalam substansi. Karena kita dan siapa saja mesti memperhatikan kaedah ini
dan hendaklah dalam menghadapi masalah-masalah yang ghaib seperti ini
dibiarkan menurut makna zhahirnya saja tanpa perlu berusaha mencari-cari
arti lain dibalik itu.

Oleh karena itulah ketika Imam Malik Rahimahullah ditanya mengenai firman
Allah Ta'ala.

"Artinya : Yang Maha Rahman beristiwa di atas 'Arsy".

"Bagaimana Ia beristiwa ?", beliau menggeleng-gelengka n kepala sampai
keringatnya bercucuran, karena pertanyaan tersebut terasa amat berat
baginya. Kemudian beliau berkata yang kemudian jawaban beliau ini menjadi
masyhur dan menjadi neraca untuk setiap apa yang disifatkan oleh Allah
bagi diri-Nya. Kata beliau :"Istiwa' itu tidak majhul, kaifiatnya tidak
ma'qul (tidak masuk akal atau tidak bisa dimengerti), iman dengannya
wajib, dan mempertanyakannya adalah bid'ah".

Mempertanyakan secara mendalam mengenai masalah-masalah semacam ini
merupakan bid'ah, karena para sahabat Radhiyallahu 'Anhum yang merupakan
generasi yang paling tamak terhadap ilmu dan kebaikan, apalagi kalau
dibandingkan dengan kita, tidak pernah bertanya kepada Nabi dengan sejenis
pertanyaan-pertanya an semacam itu. Cukuplah kiranya mereka itu mejadi
teladan.

Apa yang kami katakan disini yang ada kaitannya dengan masalah hari akhir,
tak berbeda permasalahannya dengan segala yang terkait dengan sifat-sifat
Allah 'Azza wa Jalla yang Dia sendiri sifatkan untuk diri-Nya. Di
antaranya : Dia memiliki ilmu, kekuasaan, pendengaran, penglihatan,
perkataan dan sebagainya. Maka substansi dari itu semua jika dinisbatkan
kepada Allah 'Azza wa Jalla, tentu tidak ada sesuatupun yang menyerupai
atau menyamainya, yang jika hal itu dinisbatkan kepada manusia apa yang
menyerupainya. Setiap sifat mengikuti maushufnya (yang disifati). karena
Allah Ta'ala tidak ada yang menyerupainya dalam hal sifat-sifat- Nya.

Pendek kata, bahwa hari akhir adalah satu hari. Ia merupakan hari yang
amat menyusahkan bagi orang-orang kafir, dan bagi orang-orang mukmin
ringan dan mudah. Segala pahala dan siksa yang ada di hari akhir itu
termasuk perkara yang tidak bisa diketahui hakekatnya di kehidupan dunia
ini, meskipun asal maknanya dapat kita ketahui dalam kehidupan dunia ini.