THANK' TO ALLAH SWT


اَللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْ ذبِكَ مِنَ اْلهَمِّ وَاْلحَزَ نِ وَ اَ عُوْ ذ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذ بِكَ مِنَ اْلجُبْنِ واْلبُخْلِ وَأَعُوْذ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّ يْنِ وَ قَهْرِ الرِّ جَالِ

Rabu, Mei 21, 2008

ADIL versi pEnCoPet

oleh Ridwan Fadil

Pada suatu sore di tahun 2003 penulis sedang menunaikan sholat ashar di
sebuah masjid di pojok terminal depok. Waktu itu jarum jam menunjukan
tepat pukul 5.00. Selesai menunaikan sholat penulis keluar ruangan masjid
untuk mengambil sepatu yang dititipkan kepada penjaga masjid. Tiba-tiba
terjadi keributan di halaman masjid, karena penasaran penulis mencoba
mendekat untuk mengetahui penyebab keributan tersebut. Ternyata telah
terjadi perkelahian yang tidak seimbang, karena seorang pria walaupun
berbadan tegap dikeroyok oleh 5 orang pria lain. Ketika penulis bermaksud
melerai perkelahian tersebut, tiba-tiba terdengar suara bentakan yang
sangat keras dari seseorang di belakang saya "Berhenti !" teriak orang
tersebut. Seketika itu kelompok yang sedang berkelahi tersebut berhenti
dan semua berpaling kearah suara, termasuk penulispun ikut menoleh. Kenapa
kalian berkelahi ? teriak orang yang dibelakang saya, "Si Jhony gak adil
pak ustadz . . " kata salah seorang pengeroyok. Oh, rupanya orang yang
berteriak menyuruh berhenti berkelahi tadi seorang ustadz yang mengurus
Masjid dan anak-anak jalanan yang ada di sekitar terminal depok yang
belakangan diketahui namanya Abdul Rohim.

Selanjutnya Ustadz Rohim mengajak ke enam pria yang terlibat perkelahian
tadi ke teras masjid untuk di damaikan. Yang membuat penulis kagum pada
ustadz Rohim, walaupun postur tubuhnya relatif kecil, tapi dia punya nyali
yang besar. Terbukti dari ke enam pria yang tampangnya galak dan bengis
nurut dan patuh ketika disuruh duduk di teras masjid untuk di damaikan.
Ustadz Rohim mencoba mencari sebab kenapa kelima teman si Jhony
mengeroyoknya, Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, barulah si
Ustadz tahu bahwa ke enam orang ini adalah gerombolan pencopet yang sedang
membagi hasil jarahannya. Si Jhony di percaya untuk menghimpun uang hasil
mencopet di kereta untuk kemudian di bagi rata kepada seluruh anggota
kelompok. Dan ternyata dalam praktek pembagian tersebut, teman-teman si
Jhony merasa diperlakukan tidak adil, Mereka menuduh si Jhony
menyembunyikan sebagian hasil mencopet untuk dirinya sendiri. Merasa
didzolimi, kelima pencopet sepakat untuk mengeroyok si Jhony sampai dia
mengakui kesalahannya.

Singkat cerita, Ustadz Rohim mencoba memberi nasihat dengan lemah lembut
kepada si Jhony untuk berlaku jujur dan adil, karena siapapun pasti tidak
ingin diperlakukan tidak adil, termasuk teman-temanmu. Kamu akan
kehilangan kepercayaan dari teman-temanmu ketika berkhianat, bahkan bukan
cuma kehilangan kepercayaan tapi juga bisa mencelakakan diri sendiri. Saat
itu ke enam pencopet tertegun tak ada suara yang keluar dari mulut mereka,
sampai beberapa menit kemudian salah seorang dari mereka mengangkat kepala
dan berkata; "kalau begitu kami angkat pak Ustadz untuk menjadi juru bagi,
karena kami butuh orang yang jujur dan adil dalam membagi hasil jarahan
kami". Lalu usul tersebut diamini oleh teman-temannya yang lain termasuk
si Jhony.

Ustadz Rohim dengan bijak menjawab; "Untuk kali ini saja saya mau menjadi
juru bagi, supaya kalian tidak berkelahi. Untuk selanjutnya silahkan
kalian merenung dan bertanya kepada diri masing-masing, bagaimana rasanya
di perlakukan tidak adil ? bagaimana rasanya di dzolimi ? bagaimana
rasanya ketika hak kalian dirampas ?. Setelah kalian mendapatkan
jawabannya, pastikan bahwa yang dirasakan oleh orang yang kalian rampas
haknyapun sama dengan apa yang kalian rasakan. Setelah ustadz Rohim
membagikan uang hasil jarahan dengan adil para pencopetpun meninggalkan
Ustadz Rohim seiring dengan berkumandangnya adzan maghrib.

Satu bulan yang lalu penulis mampir kembali di Masjid terminal Depok,
secara kebetulan bertemu lagi dengan Ustadz Rohim, disela-sela
kesibukannya mengurus pendidikan anak jalanan di areal terminal depok,
penulis sempat berbicang-bincang dengan beliau sampai kepada cerita
tentang para pencopet yang dulu pernah berkelahi di halaman masjid.
Ternyata menurut cerita beliau tiga dari enam pencopet tersebut sudah
beralih profesi, satu orang jadi pengumpul barang bekas dan yang dua jadi
pedagang asongan di terminal. Bahkan ketiganya rajin shalat berjamaah di
masjid ini, mereka juga mulai aktif belajar agama.

Dari kisah tersebut di atas, menunjukkan bahwa keadilan itu menjadi hak
setiap orang siapapun dia. Pencopet saja tidak sudi di perlakukan tidak
adil dan dicurangi. Pencopet saja menyadari bahwa orang lain yang dirampas
haknya akan sama ransanya ketika sesuatu yang menjadi haknya dirampas
orang lain.Dia beralih profesi agar terhindar dari tindakan mendzolimi
orang lain.

Lalu bagaimana dengan kita, sudahkah kita berlaku adil?

Sudahkah kita menunaikan hak-hak orang lain?

Sudahkah kita menyadari kekeliruan kita, lalu melakukan perubahan?

Jawabannya ada pada diri kita masing-masing ...